Pagi hari nan dingin, ditemani secangkir kopi, aku membaca selembar Koran bernama Kompas. Sontak, jari-jemariku segera menjamah, membolak-balik halaman demi halaman. Ingatanku mulai bergeliat. Mulai dari P.K Ojong, Jakoeb Oetama hingga Lilik Oetama, ingatanku menelusuri keberadaan Kompas, yang hari ini mafhum media itu mewarnai carut marut, silang-sengkarut bangsa ini.
KEMBALI KE ARTIKEL