13 September 2013 11:20Diperbarui: 24 Juni 2015 07:574472
Kapan terkhir Anda bepergian dengan jasa dari PT KAI? Masih ingat tidak berapa harga tiket kereta ekonomi? kereta yang notabene dipakai oleh kaum dengan kasta keuangan menengah kebawah, kereta yang akrab dengan suara suara menarik dan menggelitik dari pedagang asongan yang berharap rejeki dari penumpangnya.Adalah kereta logawa misalnya, pada tahun 2010 harga yang dikenakan PT. KAI sebesar 20.000. Lalu pada tahun 2013 mengalami kenaikan menjadi 40.000 rupiah. Bahkan pernah mencapai kenaikan yang sangat drastis pada 1 Agustus 2013, menjelang arus mudik, 100.000 rupiah! Angka yang sangat fantastis tentunya, mengingat yang menikmati jasa kereta ini adalah saudara saudara kita dari kalangan bawah. Kenaikan yang mencapai tiga kali lipat ini disebabkan subsidi dari pemerintah untuk PSO belum-atau memang sengaja tidak?-diturunkan.Oke, kita tidak akan membahas masalah itu. Sayangnya saya tidak akan membahas tentang hal tersebut.Yang akan saya bahas kali ini adalah apa yang mengiringi dibelakang subsidi tiket kereta ekonomi jarak jauh yang turun hingga 50% pada tanggal 1 September yang lalu.Well, turunnya tiket kereta api ekonomi kembali disambut dengan antusias. Tren bepergian dengan kereta kembali menunjukkan taringnya. Kemarin(7/9) sayamenjajalkereta ekonomi logawa jurusan Purwokerto-Jember. Begitu masuk, kata yang pertama kali keluar adalah: Ini serius kereta ekonomi? Penumpang duduk dengan tenang ditempat duduk yang memang harus dipesan jauh jauh hari sebelum keberangkatan, tidak ada penumpang yang tidur dilantai kereta, ibu-ibu bisa menenangkan tangisan anaknya tanpa diusik asap rokok, gerbong yang memang khususno smoking area, dan itu betul betul diterapkan oleh petugas kereta. Benar benar pemandangan yang sangat berbeda dari yang saya rasakan beberapa tahun yang lalu.Yang mengherankan bagi saya adalah, hilangnya ciri khas kereta ekonomi, yaitu pedagang asongan yang berlalu lalang di setiap gerbongnya. Hanya beberapa yang berani menampakkan diri dihadapan penumpang, itupun hanya di kota kota besar, madiun misalnya. Bagaimana kalau kelaparan padahal tidak membawa bekal? Tenang, di kereta juga menyediakan beberapa menu makanan dan minuman, yang tentunya dengan harga yang sangat tidak biasa. Mie rebus misalnya, di pantry kereta dihargai 10.000 rupiah, padahal yang kita tau, harga mie mentah hanya sekitar 1.500-2.000 rupiah. Sedangkan kopi yang ditawarkan seharga 5.000 rupiah, bandingkan dengan produk pedagang asongan yang haya 3.000 rupiah, wadah sama sama dari plastic, air sama sama panas, cumin beda latar belakangnya aja.
Iya, tiket keretanya sih murah, tapi pengeluaran menumpuk di konsumsi, adalah 17 jam perjalan dari Jogja ke Jember. Tiket murah tapi ‘dipaksa’ bayar lebih buat ngisi perut? Bisa setoleran apa kita kalau menyangkut masalah perut?
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Akun Terverifikasi
Diberikan kepada Kompasianer aktif dan konsisten dalam membuat konten dan berinteraksi secara positif.