PRABOWO Subianto adalah bekas menantu Soeharto, bagaimana pun juga, seorang menantu, bekas sekalipun, harus hormat kepada mertuanya. Jika Prabowo terkesan memuja Soeharto, itu adalah sebuah kewajaran. Sama halnya ketika kita menghormati mertua kita, walaupun sang mertua sering memandang kita sinis, bahkan jika mertua kita adalah seorang bajak laut.
Saya melihat terlalu picik jika kita mempersalahkan atau menganggap kesan Prabowo yang seolah memuja Soeharto adalah negatif, karena itu sesuatu yang wajar. Yang tidak wajar kemudian adalah ketika Prabowo Subianto mengejek-ejek Soeharto.
Prabowo Subianto adalah sosok yang pandai berpidato. Nyaris sama dengan Soekarno. Melihat dari gaya bicaranya sejak muncul ke permukaan dari beberapa tahun lalu, sepertinya Prabowo terinspirasi oleh Soekarno.
Hal tersebut, bagi saya, memberikan pemahaman bahwa Prabowo Subianto bukanlah seseorang yang mendadak Soekarno, karena Prabowo banyak terinspirasi oleh Soekarno.
Lihat saja misalnya, bagaimana gaya berpidato Prabowo, yang saya melihatnya terinspirasi oleh style Soekarno. Termasuk cara berpakaiannya.
Saya berfikir bahwa, Prabowo tidaklah mendadak Soekarno dan adalah wajar bila dia memuja Soeharto.
Saya tidak membela Prabowo, saya pun bukan pendukung Prabowo, tapi saya adalah bagian dari Republik Indonesia yang mencintai positif Campaign tanpa menjatuhkan.
Jokowi maupun Prabowo adalah aset bangsa yang sangat berharga, keduanya memiliki potensi memimpin. Adalah hak seluruh rakyat Indonesia untuk memilih pemimpin lima tahun kedepan. Dan bagi saya, pilihlah apa yang dikatakan oleh hati, bukan apa yang dikatakan oleh orang lain, apalagi jika orang itu adalah penyampai kabar keburukan orang lain, karena seorang manusia yang baik adalah yang mampu menjaga sesamanya dari cerita-cerita buruk yang tidak bermanfaat bagi semua dan hanya menguntungkan satu pihak saja.
Salam Bhinneka Tunggal Ika dari pelosok Sulawesi Tengah, Indonesia.