pada bulan kesepuluh penanggalan Masehi 1910
Raja yang tak membuka pintu pada moncong bedil dan titah kompeni
kini dirajam dengan api dan panas yang laknat
lalu kisah-kisah, seperti sejarah
lahir dari kobar api dan sisa debu istana yang hangus
Tapi sejumlah kabar tersiar,
jauh sebelum lidah maut melumat istana
sang raja telah dihanguskan cemburu
oleh selir yang dirampas prajurit berambut jagung
Tiada kekuasaan yang abadi, tuanku
bahkan cinta adalah seperti perang
tak selalu menyisakan kehormatan
bagi mereka yang terlanjur kalah
(Koe, 18-19)
Gusty Fahik, Komunitas Penulis Kompasiana Kupang-NTT (KampungNTT)