Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Artikel Utama

Puisi | Kematian yang Lain

28 Januari 2019   18:13 Diperbarui: 31 Januari 2019   00:11 258 28
Jenazahmu tiba, sudah malam
lampu-lampu kota redup menahan haru
air mata mama-mama, gugur bersama pucuk-pucuk sepe

Tiga tahun lalu ia berangkat, kami tak tahu ke mana
ia masih gadis belia, kala itu
perginya adalah tanda tanya yang tak tentu mendapat jawab
hingga hari ini, 
ia kembali tanpa berbagi cerita
tentang lelahnya di tanah orang

Lelaki pemamah sirih pinang itu berkisah
tentang kau yang kini menjadi jenazah
gerimis turun tipis-tipis, samar kulihat bening menetes
di keriput pipi lelaki tua itu

Kematiannya ialah kematian yang lain,
dengan nama yang lain, umur yang lain
alamat yang lain, di negeri lain
tapi aku tetap mengenalinya,
sebab hanya dia, anak gadis semata wayangku

Kisahnya berakhir dengan isak tertahan di ujung lidahnya

Aku hanya bisa bergumam, dalam hati yang terbakar amarah
sebab di negeri ini, orang tak bosan saling memangsa
manusia-manusia ditukar lembar-lembar rupiah
sedang yang berdasi sibuk memoles senyum sambil tak bosan menebar janji, 
meski terus diruwat nyala seribu lilin

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun