Sambil terus berkampanye untuk kepentingan Jokowi-JK, kini MetroTv sibuk mendorong kemungkinan akan pecahnya Golkar, begitulah topik yang dikabarkanya, dengan begitu rupa, dengan berbagai berita pendapat para ahli dan pengamat yang tentu berpihak pada keinginannya.
Pemirsa diberikan informasi bahwa Golkar sedang dalam perpecahan. Keberadaan Golkar dalam koalisi merah putih akan berakhir, dan Golkar akan mendukung Jokowi-JK, berita tersebut sedemikian meyakinkan, seakan hal itu adalah pasti bahkan sudah hampir terjadi.
Tentu bisa dipahami bahwa perpecahan Golkar sangat diharapkan oleh koalisi Jokowi-JK.
Dengan dapatnya dilaksanakan Munas Golkar di bulan Oktober ini, atau secepat mungkin kalau bisa, maka diusahakanlah agar Aburizal bisa segera digantikan, oleh Agung Laksono, mungkin, atau Ginanjar, Fahmi Idris, atau lebih afdol tentu JK sendiri. Hal ini bukan masalah yang terlalu sulit, mengingat bahwa kader Golkar sebenarnya telah sejak dulu dipenuhi oleh kelompok pengusaha oportunis yang berjiwa politikus sejati, yang jiwa patriotiknya bisa dipertanyakan, pola fikir untuk tujuan mementingkan bangsa negara juga harus diselidiki dulu, selain yang sangat jelas adalah jiwa mementingkan diri sendiri.
Lihatlah begitu banyaknya kutu loncat Golkar ke partai lain, kita tahu bahwa Sekjen PDIP, Ketum Hanura, Ketum Nasdem, Ketum PKPI, dan banyak anggota parpol saat ini sebelumnya adalah orang Golkar. Keadaan yang juga terjadi masif di daerah di tingkat DPD I dan DPD II dari partai politik.
Aburizal harus dianggap gagal menakhodai Golkar sejak 2009, karena perolehan suara Golkar menurun, dan Golkar tak berhasil mengajukan capres atau setidaknya cawapres. Karena itu kesepakatan jadwal Munas di tahun 2015 harus dirubah. Setidaknya hal tersebut harus dapat dijadikan alasan untuk melengserkan Aburizal. Untuk itu sebagai pengusul, dimajukanlah tokoh tokoh muda Golkar, yang sebenarnya tak punya hak suara di munas, dan yang sebenarnya adalah orang atau pendukung JK.
Aburizal memang tidak menghasilkan prestasi menonjol. Ia tak laku dijual sebagai capres, pun tidak menarik bagi partai lain untuk cawapres koalisi. Golkar juga sebenarnya sudah tidak menarik bagi rakyat di era reformasi ini. Suara Golkar pada Pileg lalu tidak lepas dari usaha para caleg Golkar berjuang di dapil masing masing, dengan segala cara, tentu dengan sesuatu yang sangat kental dengan politik uang. Bukan rahasia lagi, bukan?
Namun heboh berita MetroTv yang berkolaborasi dengan kepentingan elit tertentu Golkar dan di luar Golkar yang diuntungkan, akan menampilkan pada kita apa yang disebut Penyakit Kotor Politikus: kutu loncat, munafik, khianat partai, munafik, taktahumalu: yang semuanya diberikan pembenaran melalui statement "dalam politik itu semua biasa, tidak ada musuh dan kawan abadi, yang ada adalah kepentingan"
Itu satu kata kepentingan, harus dibaca sebagai kemunafikan, pembaca!
Mari kita saksikan dan ikuti. Pasti ramai di MetroTv.
RG. Salam NKRI