Pun sepasang bola mata bening berhasil menepis hujan di pipi. Cemas saja belum teratasi, namun tanya sudah berderet menanti.
Ia seorang anak lelaki yang sedang merindu. Duduk manis dan menunggu. Tangannya sibuk menulis bait-bait rindu. Baginya rindu adalah keharusan.
Perihal rindu di ujung rindu, ia tidak tahu-menahu. Baginya rindu tanpa ujung. Begitulah ia menempatkan rindu dalam mimpinya.
Kerinduan, dapatkah kau mendengar ?
Kembalilah padanya, dihadapan wajahnya.