Berkolaborasi dengan Kipin (Kios Pintar), GUIM 12 membawakan Kipin School 4.0 ke dalam pembelajaran anak-anak SDN 2 Sugihwaras. Kipin School 4.0 merupakan produk unggulan Kipin berupa aplikasi mobile yang aksesibel untuk anak-anak. Kipin School 4.0 dapat diakses melalui gawai maupun laptop dengan menggunakan jaringan internet maupun tidak. Aplikasi tersebut memuat buku pelajaran, video pembelajaran, latihan try out, serta komik literasi yang tersedia dalam beberapa kurikulum sekolah.
Dampak dari penerapan Kipin School 4.0 sebagai salah satu media pembelajaran terlihat jelas. Ungkap pengajar kelas 2 dari GUIM, Catur Prasetyo, Kipin sangat membantunya ketika mengajar. “Dalam aplikasi Kipin, kita dapat mengeksplor banyak fitur yang ada. Seperti buku pelajaran yang tersedia dalam berbagai kurikulum, kita dapat membedakan antara satu kurikulum dengan kurikulum yang lain,” ujar laki-laki yang akrab disapa Pak Catur itu. “Sebagai seorang pengajar, hal tersebut sangat membantu dalam menemukan materi-materi pembelajaran”.
Selain materi, perihal soal-soal yang disediakan oleh Kipin pun tak kalah bermanfaat. Pak Catur mengungkapkan, “Soal-soal yang ada di Kipin sangat sesuai dengan materi pembelajaran. Dalam artian, ketika anak-anak sedang mempelajari materi A, soal-soal yang disajikan pun juga mengenai materi A. Intinya, materi dan soal yang diujikan tidak saling bertabrakan.”
Tak hanya mengenai materi dan soal, Pak Catur juga menyadari terdapat dampak positif lainnya dari penerapan Kipin di sekolah. Berdasarkan observasinya, anak-anak terlihat lebih antusias dalam belajar ketika menggunakan Kipin yang berbasis teknologi. Sebelumnya, memang Pak Catur mengakui bahwa anak-anak kelas 2 di SDN 2 Sugihwaras sangat jarang menggunakan gawai dalam media pembelajaran mereka. “Ketika dikenalkan mengenai Kipin, mereka antusias,” terangnya. “Ketika belajar menggunakan Kipin pun, mereka sangat senang.” Bagi Pak Catur, digitalisasi sekolah menggunakan Kipin layaknya belajar sambil bermain.
Akan tetapi, mengingat penerapan Kipin ini berkelindan dengan daerah pengabdian GUIM yang menyongsong daerah rural dan pelosok, ketersediaan gawai dan akses internet sempat menjadi kekhawatiran. Untungnya, sebagian besar dari anak-anak sekitar memiliki gawai pribadi. Sementara, sebagian anak lainnya mengakses internet melalui gawai orang tuanya. Bagi Pak Catur, hal ini bukanlah masalah karena yang terpenting adalah bagaimana anak-anak tersebut mampu mengakses, mengunduh, dan belajar dari Kipin melalui gawai yang tersedia.