Pada suatu hari, aku harus bersekolah di luar kota atau bisa di bilang merantau. Meskipun merasa kehilangan, sahabatku berusaha mendukung keputusan aku.
   "Kamu harus pergi, Geo. Jangan sedih, ini demi masa depan kamu, jangan khawatir kita tetap bersahabat kok," kata sahabatku dengan senyum yang tersembunyi di balik mata yang sedikit berkaca.
Tibalah aku di kota jogja. Hari-hari awal di kota ini penuh dengan kebahagiaan, tetapi seiring berjalannya waktu, aku merasa kesepian. Walaupun teman-teman aku di kota ini baik-baik, aku rindu dengan kota Jayapura tercinta dan persahabatanku. Di tengah kesibukanku, aku jarang menghubungi sahabatku. Tetapi  sahabatku yang tetap menghubungiku dan mengirimkan kabar, merasakan jarak yang semakin jauh.
Suatu ketika, di mana aku sedang sakit dan sahabatku mendapat kabar bahwa aku sedang opname di rumah sakit, ia pun kemudian menghubungiku dan memberikan aku semangat, dalam hatiku berkata,
  "Meskipun aku sibuk dengan dunia baruku, dia selalu mengingatku dan menghubungi ku, aku rindu untuk pulang."
Kemudian aku meminta maaf kepada sahabatku.
   "Aku minta maaf, aku terlalu sibuk dengan dunia baruku hingga aku tidak menghubungi mu, aku tidak akan pernah melupakan persahabatan kita."
Kemudian sahabatku tersenyum dan berkata.
   "Tidak apa-apa. Aku tau kok kamu sibuk karena tugas-tugas dan kegiatanmu pasti banyak, ini semua kan juga demi masa depanmu."
Hari itu, aku saling bercerita keluh kesah kita melalui telfon, dan akupun berencana untuk berlibur di kotaku pada saat libur Desember. Aku menyadari bahwa persahabatan yang sejati bukanlah tentang berapa sering kita bertemu, tetapi tentang saling percaya, mengerti, dan selalu ada untuk satu sama lain.
Mungkin langkah kita berbeda, tetapi hati kita selalu berjalan berdampingan. Persahabatan kita tetap tumbuh, meskipun waktu dan jarak hampir memisahkan kita.