Ayah saya lahir tahun 1938, 7 tahun sebelum Indonesia Merdeka. Saya ingat betul bagaimana ayah saya bercerita sulitnya kondsi dijaman penjajahan hingga terkahir di masa penjajahan Jepang. Hidup begitu sulit hingga susu, roti pun sudah sesuatu makanan yang mewah untuk didapatkan. Bagaimana ayah saya berjuang melawan kesulitan dan setelah Indonesia merdeka, mulailah suatu tatanan baru, cara berpikir baru, bagaimana anak muda saat itu sebagaiman mulai mereformasi cara berpikir lama yang dibawah tekanan, dan hrus memikirkan masa depan yang lebih jauh, hingga akhirnya tahun 1959 meyakinkan diri sendiri daan beberapa rekan sebayanya untuk meninggalkan kampung halaman, meninggalkan orang tua, dengan dana terbatas, untuk masuk ke kota yang lebih besar yaitu Bandung, dan kuliah di Universitas Parahyangan Bandung angkatan pertama Arsitektur. Â Saya melihat suatu motivasi kuat dalam dirinya, untuk tumbuh demi masa depan yang lebih baik. Ini pula yang dialami Ibu saya saat itu, yang juga lahir tahun 1943, 2 tahun sebelum Indonesia Merdeka, untuk memberanikan diri dengan visi yang kuat mengubah mindset, mengubah paradigma saat itu, melawan kondisi keterpurukan sosial, tekanan politik, untuk juga pindah ke Kota Bandung, dan kuliah di Universitas yang sama dengan ayah saya, Universitas Parahyangan, fakultas hukum di tahun 1962. Banyak crita yang bisa lebih banyak saya ceritakan, namun satu hal yang saya berkesan dengan kedua oarng tua saya, adalah tekad, merubah cara pemikiran orang daerah yang konvensional dan sedrhana serta kuno, dan berani keluar dari zona nyaman nya saat itu, demi kedepan dan masa depan yang lebih baik.
KEMBALI KE ARTIKEL