Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi Pilihan

Masih Relevankah Mencubit Murid di Sekolah?

3 Juli 2016   04:01 Diperbarui: 3 Juli 2016   14:32 391 1
Akhir-akhir ini menjadi trend pembicaraan disosial media tentang seorang orang tua murid yang melaporkan guru ke polisi dikarenakan anaknya dicubit siguru disekolah. Aneh rasanya jika dijaman semodren ini seorang guru masih melakukan hukuman terhadap murid dengan cara-cara yang “Ortdoks”, seperti mencubit murid, menghukum dilapangan atau menghormat bendera dan hukuman-hukuman lain yang melibatkan fisik.

 Dan yang sangat disayangkan justru banyak nitizen yang mencibir simurid dengan berbagai cara, ada yang mengeluarkan foto simurid yang sedang merokok, disebagian mengatakn anak alay dll, yang justru sebenarnya dia gak layak mendapatkan cemohoan seperti itu.

 Hal yang paling menggelikan adalah mereka membandingkan perlakuan guru terhadap mereka dijaman dulu (Jaman mereka sekolah) biarpun dipukul, dicubit, dibanting dengan penggaris mereka tidak pernah mengadu keorang tua, karena jika mereka mengadu justru orang tuanya balik menyalahkannya. Pertanyaan saya adalah apakah masih relevan cara-cara yang dipakai 20 tahun yang lalu kejaman sekarang? Selama 20 tahun ini kita sudah melewai berbagai hal, melihat perkembangan yang hampir kita sendiri tidak mampu mengikutinya, kemajuan yang sangat cepat. Teknologi yang sangat canggih. Jika saja cara-cara 20 tahun yang lalu masih digunakan artinya mereka akan ketinggal zaman selama 20 tahun juga, terus bagaimana dengan anak-anak untuk 50 bahkan 100 tahun yang akan datang? Apakah cara 20 tahun yang lalu tetap akan dipertahankan??

 Saya jadi teringat sebuah film yang dibintangin evan sandler * klo saya tidak salah. Ketika seorang murid melakukan kesalahan, dia dipanggil pihak sekolah kekantor dan diajak berbicara dengan seorang ‘psikologis’ dan psikolog tersebut mengajaknya berbicara dari hati-kehati sambil memberikan nasehat-nasehat, motifasi dll, dan hebatnya lagi simurid bebas mengeluarkan segala unek-uneknya dan permasalahannya kepsikolog tersebut. Dilain fillm diceritakan ketika simurid bermasalah justru orang tuanya yang dipanggil kesekolah dan tetap berbicara dari hati kehati, tujuaannya agar pihak sekolah dan orang tua tau apa masalah yang sedang dihadapin simurid dan mereka bisa mengambil langkah terbaik untuk mengubah simurid kearah yang lebih baik. Mereka melakukan ini karena mereka tau betul bahwa anak yang sedang mereka hadapi bukan sekedar anak atau murid melainkan asset berharga yang harus dilindungi, dirawat, dijaga dengan baik demi masa depannya yang lebih baik.

 Coba dibayangkan bagaimana malunya seorang murid dicubit dihadapan teman-temannya, dia akan kehilangan kepercayaan diri. Jika kepercayaan diri simurid sudah hilang dikelas, jangan harapkan dia akan mampu menyerap pelajaran disekolahnya, justru akan semakin berulah. Sekolah akan menjadi tempat yang tidak nyaman baginya, bahkan sekolah akan jadi momok yang sangat menyeramkan dalam pikirannya. Sehingga yang terjadi dia akan lebih sering bolos, tawuran, bikin onar, merokok dll.

 Saya pernah mengalami ketika saya SMA, karena orang tua saya berjualan dipasar, jadi pagi-pagi saya harus membantunya untuk membereskan dagangannya, atau menunggu mobil sewaan untuk membawa barang jualannya ke pasar, dan alhasil saya jadi sering terlambat, karena mobil yang dipakai untuk mengangkat barang jualan tidak menentu jam berapa datangnya dan setelah semua beres saya masih harus jalan kaki 45 menit kesekolah, alhasil hampir setiap hari saya dapat hukuman dengan napas yang masih ngos-ngosan dan keringat yang belum kering. Dan pihak sekolah tidak peduli dengan  alasan saya, dan lucunya malah membandingkan saya yang anak petani dengan anak orang kaya yang selalu tepat waktu disekolah.  Dan sayapun lebih memilih terlambat tiap hari ketimbang membiarkan orang tua saya membereskan dan mengangkat barang dagangan sendiri, hampir tiap hari juga saya kehilangan kesempatan belajar dua jam pertama karena harus hormat bendera.

 Intinya adalah bagaimana siguru/pihak sekolah harus memahami betul psikologis setiap murid, latar belakangnya, latar belakang orang tua serta masalah-masalah apa yang sedang dialamin serta menjadikan sekolah menjadi tempat nyaman bagi simurid.
 sekolah harus menjadi rumah kedua bagi murid, dan guru harus menjadi orang tua kedua bagi murid. Jadilah motivator yang baik buat murid-murid. Tidak perlu memaksanya membaca, mengerjakan tugas atau datang tepat waktu kesekolah, tapi berikan dia alasan-alasan dan motivasi yang baik, kenapa dia harus membaca, harus mengerjakan tugas, dan seberapa penting makna disiplin, jika murid sudah memahami ini, tanpa disuruh bacapun dia akan baca dll.

 Bayangkan pengorbanan orang tua untuk menyekolahkan anaknya, dengan harapan kehidupan yang lebih baik bagi anaknya untuk saat ini dan masa depannya. Murid adalah asset, barang berharga yang harus dijaga, dilindungi, dirawat dan dididik dengan baik. Keberhasilan mereka kelak adalah keberhasilan pendidikannya, kegagaln mereka kelak juga kegagalan pendidikannya.

 “Murid adalah Orang yang kelak akan bertanggung jawab terhadap dirinya, orang tuanya, masa depannya, agamanya, negaranya,istrinya, anak-anaknya bahkan terhadap Tuhannya ”, dan tanggung jawab itu dibebankan dipundak para guru.

 Salam Damai 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun