Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money

Nilai Tukar Rupiah Stagnan di Level Rp 9,573

31 Agustus 2012   11:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:05 311 0
JAKARTA-GEMPOL, Pasca lebaran Idul Fitri 1 Syawal 1433 H, perekonomian Indonesia sedikit bergejolak. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus terkoreksi. Pada akhir pekan di akhir bulan Agustus 2012  kurs tengah yang di patok Bank Indonesia (BI) dari  Rp 9,515- Rp 9,573.

Akibat melemahnya mata uang Indonesia ini  akibat dipicu masih belum jelasnya program stimulus yang akan drilis oleh the Fed di akhir pekan bulan Agustus 2012.

Dari sisi domestik, sebenarnya cukup baik karena belanja modal pemerintah naik hingga Agustus 2012 dibandingkan tahun sebelumnya.

Belanja modal pemerintah naik jadi Rp 49,6 Triliun dari tahun sebelumnya (per 23 Agustus 2011) yang mencapai Rp 34,5 Triliun. Kondisi internal yang tidak cukup mendukung ialah terhadap meningkatnya inflasi dan memburuknya kinerja ekspor Indonesia lebih lanjut.

Apalagi memasuki hari kerja setelah libur lebaran dan tingginya permintaan dolar oleh importir menjelang akhir bulan diprediksi tetap menekan rupiah.

Gubenur BI meramalkan bahwa rupiah akan mencari level ekuilibrium baru membuat rupiah akan sedikit mengalami underpressure pada pekan ini.

Bank Indonesia (BI) telah melakukan antisipasi agar rupiah tidak terlalu anjlok secara signifikan karena kondisi rupiah akan berfluktuasi tergantung kondisi perekonomian global. Dimana hal tersebut berfluktuasi tergantung kondisi.

BI diharapkan masuk ke pasar valas untuk menjaga stabilitas nilai tukar dari tekanan keluarnya modal investor asing di pasar keuangan yang mulai terlihat beberapa hari terakhir.

Pelemahan Rupiah terutama disebabkan karena faktor eksternal, selain itu intervensi akan dapat mengikis cadangan devisa yang pada Juli 2012 hanya berada di level USD106,5 Miliar.

Bank Indonesia akan mengambil sejumlah langkah untuk mempercepat penyesuaian keseimbangan eksternal melalui kebijakan nilai tukar, penguatan operasi moneter, kebijakan makroprudensial untuk mengelola permintaan domestik, dan kebijakan yang mendorong arus modal.

Di sisi Pemerintah, berbagai kebijakan akan ditempuh agar kegiatan ekspor dapat terus ditingkatkan dan impor dikelola untuk mendukung kesehatan Neraca Pembayaran.

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2012 mencapai 6,4% dengan sumber utama pertumbuhan ekonomi mengalami pergeseran dari ekspor beralih menjadi permintaan domestik, yaitu investasi dan konsumsi rumah tangga.

Ekspor tumbuh melambat cukup tajam akibat melambatnya perekonomian global yang berdampak pada menurunnya permintaan negara mitra dagang utama dan turunnya harga komoditi ekspor Indonesia.

Di sisi eksternal, kuatnya permintaan domestik, di tengah turunnya ekspor akibat penurunan kinerja ekonomi global menyebabkan kenaikan defisit transaksi berjalan. Transaksi berjalan triwulan II-2012 mencatat defisit sebesar 6,9 Miliar dolar AS (3,1% dari PDB) meningkat dari 3,2 Miliar dolar AS (1,5% dari PDB) pada triwulan I-2012.

Suku bunga BI Rate dipertahankan tetap pada tingkat 5,75%, koridor bawah operasi moneter dipersempit dengan menaikkan suku bunga deposit facility sebesar 25 bps dari 3,75% menjadi 4,00%.

Transaksi modal dan finansial mengalami kenaikan surplus yang besar, dari 2,5 Miliar dolar AS triwulan I-2012 menjadi 5,5 Miliar dolar AS triwulan II-2012, baik dalam bentuk investasi asing langsung (PMA), investasi portofolio asing, maupun penarikan utang luar negeri sektor swasta.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup pada akhir pekan, Jumat, 31 Agustus 2012, naik 34 poin (0,86 persen) ke level 4.060,33 dengan jumlah transaksi sebanyak 7,4 juta lot atau setara Rp 5,05 triliun.

Bank Indonesia (BI) pada pertengahan bulan  Agustus 2012  telah menaikkan suku bunga Fasilitas Simpanan Bank Indonesia (Fasbi) dari 3,75 persen menjadi 4 persen. Dengan demikian berdampak pada harga surat utang negara (SUN) yang kembali anjlok.

Saat harga SUN anjlok, otomatis imbal hasil obligasi pemerintah pun naik, bahkan terjadi di semua tenor. Tenor menengah rata-rata naik 6,9 basis poin.

Adapun tenor pendek dan menengah naik 2,4 basis poin dan 2 basis poin. Tapi bila dilihat dari kondisi fundamental, rupiah akan terus menguat karena inflasi dan BI Rate juga stabil.

Walaupun  kondisi perekonomian global yang masih diliputi oleh ketidakpastian, keyakinan investor asing terhadap ketahanan dan prospek perekonomian Indonesia tetap tinggi.

Dengan kondisi yang bagaimana pun bangsa Indonesia harus tetap optimis, para spekulan jangan main borong dolar karena bisa berdampak anjloknya nilai tukar rupiah yang di prediksi bisa menembus batas psikologis sebesar Rp. 10.000.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun