Faktor pertama adalah dukungan Demokrat merosot disebabkan karena partai itu gagal melakukan langkah cepat untuk menyelesaikan dua kasus besar, yaitu Wisma Atlet dan Hambalang yang selama ini menyandera. Dalam kasus ini nama Anas Urbaningrum dan Andi Mallarangeng yang diduga kuat terlibat kasus korupsi.
Faktor kedua adalah publik merasa kecewa terhadap kinerja dan kepemimpinan SBY. Masyarakat menengah merasa kecewa dengan kondisi ekonomi yang tidak kunjung membaik. Sementara masyarakat menengah atas, merasa kecewa tidak adanya perlindungan terhadap kebebasan warga negara dalam agama.
Faktor ketiga adalah Partai Demokrat dianggap tertinggal oleh partai lain dalam melakukan pendekatan kepada pemilih. Partai Demokrat cukup disibukkan oleh pertengkaran antar elitenya saja. Coba lihat Golkar sudah menggalakkan program usaha kecil dan mendekati pemilih mayoritas.
Jika hal tersebut terus dibiarkan maka partai ini akan kembali menjadi partai papan menengah seperti 2004 lalu yang hanya mendapat dukungan di bawah 10 persen.
Dari hasil survei yang dilakukan LSI, penurunan dukungan terhadap Demokrat terus terjadi sejak Januari 2011. Saat itu dukungan Demokrat sebesar 20.5 persen. Jumlah tersebut turun menjadi 15.5 persen pada Juni 2011. Dukungan sempat naik pada Oktober 2011 menjadi 16.5 persen. Namun kembali menurun pada Januari 2012 menjadi 13.7 persen dan 11.3 persen pada Juni 2012.
Bila hal ini terus terjadi di khawatirkan Partai Demokrat akan kalah total pada pemilu pada tahun 2014. Saat itu orang akan bisa berkata," Selamat lengser bagi dominasi Partai Demokrat dari kekuasaan 2014."
Untuk calon Presiden berdasarkan survei LSI, nama Anas urbaningrum hanya mencapai angka 4 persen dan Marzuki Ali di posisi kunci sebesar 2.5 persen.