Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Perang Aceh dalam Kurun Waktu 141 Tahun

30 Maret 2014   16:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:17 168 0
JAKARTA-GEMPOL, Sejarah pergolakan perang Aceh dengan pemerintah kolonial Belanda telah 141 tahun berlalu. Peristiwa ini menelan ribuan korban jiwa serta harta benda yang tidak ternilai. Kuburan massal berserakan di seluruh bumi Aceh.

Pada tanggal 26 Maret 1873, pemerintah kolonial Belanda menyatakan perang terhadap kerajaan Aceh. Perang bodoh yang dilancarkan Belanda karena berlangsung lama hingga tahun 1904 serta masa perlawanan hingga tahun 1942 dan menguras harta kas Belanda yang cukup besar.

Ini terjadi karena keserakahan negara-negara Eropa dalam menaklukan, menguras dan menjajah belahan dunia lain yang damai dan tenteram.

Sekarang saksi bisu perang Aceh dengan kolonial Belanda dapat kita saksikan di Mesjid Raya Baiturrahman yang dibangun kembali karena dibakar orang kafir Belanda. Di sana juga terdapat monumen tewasnya Jenderal JHR Kohler yang mati ditembak sniper Aceh hasil didikan militer kesultanan Turki Utsmani pada 14 April 1873.

Tidak jatuh dari situ juga terdapat kuburan Belanda di kerhkof Blower Banda Aceh, di belakang museum tsunami Aceh. Lebih dari 2200 serdadu kolonial Belanda dikubur bersama 4 orang Jenderalnya.

Pada saat Gempa Bumi dan Tsunami Aceh, 26 Desember 2004, kuburan para serdadu kolonial Belanda ini dan 4 orang Jenderalnya juga merasakan gelombang Tsunami Aceh dan membuat kuburan Belanda ini berantakan.

Sekarang sudah 141 tahun jalannya perang Aceh dengan kolonial Belanda. Bila dahulu Gubernur Hindia Belanda mengangkat dan mengirim jenderal JHR Kohler untuk berperang di Aceh, akhirnya sang Jenderal Kohler tewas tertembak.

Gubernur Aceh yang sekarang malah lebih heboh lagi dengan mengangkat dan melantik pejabatnya tetapi orang tersebut telah meninggal dunia. Mayat hidup disuruh menjalankan perintah.

Premanisme di Pemerintah Aceh cukup kental, mumpung sedang berkuasa. Terlihat arogansi kekuasaan dan tukang teror bebas berkeliaran. Aparat cukup gigit jari saja.

Rupanya sang tikus lebih besar daripada sang kucing. Anjing-anjing liar bebas berkeliaran di jalanan, saatnya semua diracun dan dibasmi hingga ke akar-akarnya. Anjing-anjing liar ini harus dihajar habis-habisan walaupun dibeking oleh kekuatan militer.

Komunitas Aneuk Nanggroe Aceh yang berbisnis narkoba cukup meresahkan dan membuat gelombang tsunami baru yaitu Tsunami Narkoba. Ada 10.000 orang memakai shabu-shabu. Ini harus kita perangi bersama. Mafia narkoba harus diberantas dan diperangi.

Malah mantan ketua KPA (Kompulan Pemalak Aceh) Sabang ketahuan sedang pesta shabu-shabu bersama pasangan zina/mesumnya. Ada juga dugaan penggelapan uang sebesar Rp 400 juta, sampai mantan ketua KPA Sabang dipecat. Celakalah komunitas Aneuk Nangroe Aceh.

Moncong senpi-pistol milik sang teror gam cantoi siap menyalak membungkam siapa saja yang menghalang-halanginya menikmati kenikmatan sesat yang sesaat saja di dunia fana ini.

Soe jih aneuk jen, hantom sembahyang, galak jep esmenen, piep shabu-shabu ngoen bakong ganja, dasar cantoi. Si cantoi cucoi kafee Belanda...oh gam cantoi.

Dia adalah anak jin, tidak pernah sembahyang, suka mabuk-mabukan, makai shabu-shabu, isap ganja, dasar cantoi. Si cantoi adalah cucu kafir Belanda...oh gam cantoi.

Kini di Aceh sedang berlangsung perang kata-kata dan perang program antara partai politik dan caleg (calon geleg) demi memperebutkan kursi kekuasaan di DPRK, DPRD, DPD dan DPR/MPR.

Semua cara ditempuh untuk memperoleh suara yang sebanyak-banyaknya. Puluhan juta hingga milyaran dihabiskan oleh calon geleg ini dan trilyunan uang dihamburkan parpol (partai obral janji).

Dana dari mafia narkoba juga ikut bermain disini. Uang siluman yang tidak jelas ujung pangkalan militernya beredar di kas-kas partai abal-abal. Semua cara dihalalkan untuk memenuhi ambisi politik mereka.

Pada tanggal 9 April 2014, rakyat Aceh ikut pemilu (pesta sehari dalam 5 tahun sekali). Ada 10.843 buah TPS, 1.642.721 orang laki-laki, 1.686.617 orang perempuan dari total 3.329.338 orang penduduk Aceh yang berhak menggunakan hak pilihnya.

Perang ini puncaknya terjadi pada hari "H" yaitu 9 April 2014. Rakyat Aceh akan menggunakan pelurunya "hak suara" untuk memilih partai politik dan calon gelek yang duduk di kursi DPRK, DPRD, DPD, DPR/MPR.

Hal ini turut menentukan masa depan Aceh selama 5 tahun ke depan. Ingat jangan salah pilih, nanti Anda akan menyesal selama 5 tahun lagi dan jangan golput.

Datanglah ke TPS untuk memberikan suara Anda dan jangan ada intimidasi untuk memilih partai tertentu. Pesta demokrasi harus tetap berjalan walaupun ada pembakaran, teror dan pencabutan atribut parpol.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun