Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Selalu Lebih Memperbaiki

30 Desember 2023   19:43 Diperbarui: 30 Desember 2023   19:57 109 1
Kompas.

Diakhir pekan ini, ketika Kiara sedang memikirkan beberapa hal penting yang begitu sangat krusial mengenai banyak hal yang begitu sedang menjadikan sesuatu menjadi sedikit, bimbang.

Kiara yang baik, yang saat ini sedang berjuang demi sesuatu yang baik tersebut, kemudian mendesah lelah dan memandangi sekitaran senja yang tak lagi berteralis kesenduan dalam keirian.

"Hmmm, ya, sebentar lagi hujan," kata Kiara yang sekarang ini begitu sangat luar biasa menerawang ke awang-awang dimana mendung sedang menggantung dan menjuntai begitu melelahkan di atas, nun jauh di sana.

Lantas, dengan tersenyum penuh semangat ia menyemangati dirinya sendiri terlebih dulu ketika ia hendak memulai hari di hari pada akhir pekan yang malah semakin padat dan juga beritme 'Up Beat' ini.

"Yaaah, tapi hari masih benar-benar pagi dan langit begitu mendung dengan awang-awang yang sedang ngambekan, terutama di bulan ini, mereka bilang, hujan sehari-hari di bulan ini," Kata Kiara di depan Selasar rumahnya yang begitu sangat rindang, ketika apa yang sedang dipikirkannya di dalam hati dan juga benaknya yang begitu sangat flawless, membuatnya semakin lesu namun ia tetap tersenyum penuh dengan semangat.

Menyemangati diri sendiri,  dengan sepenuh kebaikan dan keyakinan yang baik.

Karena Kiara meyakini akan kepercayaan, 'Bagaimana pun, sesuatu yang dan atau demi kebaikan sekecil apapun, akan mendatangkan kebaikan pula'.

Itulah kenapa, Kiara selalu melakukan hal dengan kebaikan dan selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik, yang bisa ia lakukan dan menurut kemampuannya.

"Ya, aku tahu pastinya begitu," jawabnya dengan suara yang begitu melirih di ujung kalimatnya yang diselesaikan dengan sinar mata yang sedikit sendu, seolah memahami langit yang sedang mendung sedikit akan gelap,  karena mending yang menjuntai di setiap biasannya yang memang sedang  sendu.

Lantas, Kiara menundukkan pandangan dari mengasah terawangnya ke pada langit yang sedang memperlihatkan kesenduan yang begitu sangat  sedang membias, dan kemudian Kiara berkedip satu kali dua kali untuk menyadarkan dirinya sendiri dari lamunan yang luar biasa mengelangut, seperti tonggeret tong yang berbunyi di musim panas atau musim  kemarau.

Sebulir air, dari gerimis yang sedang menyendukan suasana di Pagi di awal musim Penghujan yang begitu menyegarkan, namun juga begitu sendu.

Kiara melihat dan mendengar begitu jelas, dengan begitu cepatnya, sedikit air tersebut turun dengan begitu tepatnya di permukaan Kolam Ikan dengan beberapa tanaman, atau tumbuhan air yang menghias di sudut dimana-mana sekitaran Kolam Ikan sepanjang selasar.

Menimbulkan riak-riak air yang beradu entah menyatu atau tidak. "Hujan sudah tiba, dan aku haru segera menyusuri jalanan dengan pengamatan yang selalu teduh," itu kata Kiara di Pagi hari itu, yang harus melakukan begitu banyak hal untuk Tugas perjuangannya meraih apa yang sudah semestinya.

"Apa kau tidak pergi dengan mengendarai Jasa Antar saja, Kiara?" tanya Mamanya yang sedikit khawatir dengan suasana Pagi di awal musim hujan yang  begitu menyendu.

Lantas, dengan duduk di salah satu kursi kesayangannya di ruang tengah di dekat Stand Cello miliknya, di pojok ruang tengah di dekat Jendela Plengkung Besarnya yang ada di rumahnya.

Semacam Area Nook, yang begitu teramat Ma dan Kiara sukai. Maksudnya, itu pojok favorit yang sangat mereka sukai saat berada dirumah bersama Keluarga lengkap mereka. Dan terlebih lagi, karena itu juga tempat Favorit Ayah yang sekarang masih mempersiapkan banyak hal untuk datang ke kantornya, untuk bekerja di musim Penghujan di awal musim hujan ini.

"Sudah hujan Ma, tadi gerimis waktu aku masih berada di selasar belakang saat aku memandangi Kolam Ikan, sekeluarku dari Kamarku, Ma," ucap Kiara yang sekarang ini melongo menatap Sang Mama yang tersenyum dengan penuh semangat meskipun nada dan suaranya dan juga ekspresinya yang begitu lumayan khawatir kalau-kalau, Anak kesayangannya yang begitu rajin dan juga penuh dengan  semangat  tersebut kehujanan dan juga terkena masuk angin.

Apalagi, ini sudah memasuki musim Penghujan dan Kiara sedang di dalam tahap akhir mengurus Ujiannya di bangku perkuliahan.

Lantas, pada Sang Putri tersayang, Sang Mama yang mengkhawatirkannya tersebut itupun kemudian segera berkata, sembari menyerahkan satu kotak makan siagnya, yang dipermanis Kain pembungkus makanan bermotif kotak-kotak berwarna hijau pupus tersebut itu. "Jadi, kau akan naik Bajaj atau naik Angkot atau naik Trans sayang?" ucap Ibundanya yang begitu sangat tegas juga pendiriannya.

"Itu opsional, Ma, hehhee" ucap Kiara dengan membercandai Mamanya yang selalu saja bisa untuk  mengkhawatirkan Anak Gadisnya itu walaupun ia sudah begitu sangat besar atau dewasa.

"Hmmmpph!Dasar Kiaraku sayang! Mama mengkhawatirkanmu, jangan sampai kau masuk angin, ini sudah ujian akhir kuliahmu!" kata Sang Mama yang begitu sangat terlihat bingung dengan berada Sang Putri kesayangan dan kemudian ia melihat Sang Putri yang hendak berangkat untuk Ujian dengan membawa 'Pengamatan Teduhnya' yang begitu berwarna dan juga penuh keamanan. "Jadi kau akan jalan kaki saja, begitu sayangku?" ucap Mama Kiara yang begitu  sangat mengkhawatirkan Sang Putri.

"Ya, jalan sebentar keluar dari Kompleks Perumahan, terus setelah itu setibanya di halte ujung Perumahan yang ada ntaran Bajaj atau Angkot atau Bus Trans, yang nongol di Halte di jalan Besar Kompleks Perumahan," ucap Kiara Salmah yang sekarang ini menatap manis wajah Sang Mama tercinta.

"Oooo, syukurlah kalau begitu, dan itu yang kau sebut dengan pilihanmu, tapi Mama bersyukur kau tidak hujan-hujanan berjalan kaki untuk sampai  ke Kampus, sayang?!" kata Mamanya dengan ucapan dan perasaan yang lembut dan begitu sangat sayang kepada Sang Buah Cinta yang begitu dimana dan dilindungi sekaligus dirawat sepenuh cinta agar sesuai dengan harapan cinta yang selalu kembali kepada kesejatiannya.

Cinta.

Yang selalu berporos pada ketulusan dan juga makna dari pada sekedar hanya ketulusan.

Cinta adalah perlindungan yang adil.

"Hahaha, Mama sih serius amat! Aku kan cuma bercanda," ucap Kiara Salman kepada Sang Mama yang kini wajahnya sedikit kendur dalam mengekspresikan kekhawatirannya.

Lantas Sang Mamapun menanggapi. "Ah! Dasar anak kesayangan Mama, kau tahu betapa  khawatirnya Mamamu ini, kalau kau nanti terlambat ujian atau kau nanti kena masuk angin," ucap Sang Mama tersayang yang selalu bisa aja mengkhawatirkan Sang Buah Cinta yang kini sudah benar-benar dewasa dan cantik menawan. Paras, hati dan benaknya dalam kebaikan yang diharuskan. Disetiap sendi kehidupan.

Bukankah demikian?!

"Hmm, oke baiklah Ma! Aku akan berangkat ke Kampus dan kemudian segera pergi ke tempat Kerja Freelanceku!" kata Kiara Salman yang menyalami tangan ibunya dan mencium punggung tangan Sang Mama tersayang. Lantas sembari tersenyum berpindah posisi untuk menyalami dan menciumi punggung tangan Sang Ayah yang sekarang ini tersenyum dengan begitu bangga terhadap apa yang diperjuangkan Sang Putri yang teramat di sayangi. "Oke, Kiara hati-hati di jalan, nanti kalau sudah pulang dari kerja Freelancemu, Mama dan  Papa akan menjemput kalau-kalau hujan nanti turun lebih deras," jelas Sang Ayah memberi tahu kepada Sang Putri tersayang.

"Okay, siap, Papa!!! Aku berangkat dulu! Dah Pa dah Ma, sampai jumpa sore nanti," kata Kiara sembari ngacir begitu saja setelah berpamitan sembari mengembangkan 'Pengamatan Teduhnya' yang begitu sangat terasa teduh dan juga mengamankan.

****

Kiara Salmah, yang saat ini sedang melaju dengan begitu santai di dalam Bus Trans, yang berkenalan dengan hiruk pikuk penumpang yang mendapat tempat duduk ataupun yang  tidak mendapatkan tempat duduk tersebut, karena waktu masih mencukupi untuknya, agar tepat waktu untuk ke Kampusnya yang cukup jauh dari Kediaman kedua Orangtuanya.

Baru mau menghabiskan setengah jalan perjalanan menuju Kampus, di Bus yang berjubel dan penuh dengan hiruk pikuk para Penumpang dari berbagai Kalangan yang khusus di dalam Bus Trans, Kiara pun berjumpa dengan Bapak Dosennya yang kemudian tidak mendapatkan kursi Bus dan harus berdiri berpegangan ke pegangan Bus Trans.

"Selamat pagi pak, saya Mahasiswi Bapak, ini Pak silakan duduk di kursi penumpang, biar saya yang berdiri, Pak," kata Kiara yang tahu Dosennya pagi itu juga berangkat memakai Bus Trans di Kota  tempatnya belajar.

Lalu, Bapak  Dosen yang baik itu pun segera berkata kepada Kiara setelah ia duduk dengan nyaman. "Oh, kau mahasiswi yang mau ujian ya?" Kiara mengangguk membenarkan. "Ya, Nak, semoga kau lulus dan segera mendapatkan ijazah kelulusan dengan nilai yang pantas, yang telah kau perjuangkan, dengan begitu lebih dari sekedar tulus dan baik," ucap Beliau.

"Baik pak, terimakasih atas do'anya," ucap Kiara, lantas tersenyum dengan  begitu tulus kepada Bapak Dosennya yang baik.

"Yayaya, Nak kembali kasih dan  semoga kau mendapat segera mendapat kerja yang baik dan bermakna baik sekaligus bermanfaat  baik,"

"Ya, Pak terimakasih banyak dan ya, Bapak betul karena saya yakin apapun yang dikerjakan dengan baik dan daamkebikan dan dan cinta  yang tulus dan adil, akan selalu kembali kepada kebaikan dan pada akhirnya akan selalu memperbaiki," ucap Kiara Salman dengan senyum yang tulus berterimakasih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun