ada kalanya pula aku merasa lelah melewati kaki-kaki jalang itu
menghindari seokan yang seolah menghimpit rongga-rongga nafasku
membidik ketepatan antara hentak dan gerak
membatasi nafas dan pandangan nanar pada pilihan sekitar
tergolek atau lari
tak pelak.pandangi lagi kaki-kakiĀ jalang itu
tetap saja..di buru antara paksa
bisakah mendegup hidup tanpa harus picingkan mata pada tautan kaki-kaki itu??