Jaman mahasiswa dahulu adalah hal yang
absurd ketika kita tidak pernah “darmaji”,
dahar lima ngakuna hiji, apalagi untuk anak-anak rantau yang ongkos transportasi pun dirapel dengan jatah apel. Tanpa disadari, kita telah berlaku koruptif, walaupun kecil-kecilan. Harus diakui, kata “walaupun” disini sering kali hadir sebagai sebagai sebuah laku permisif bahwa bila nominalnya sedikit maka serta merta tidak lagi merugikan orang lain. Buat masyarakat Indonesia, premis ini sepertinya telah mengakar budaya.
KEMBALI KE ARTIKEL