Menjadi pemimpin wanita memang tidak mudah karena dunia perpolitikan adalah dunia patriarkal. Kisah Calon Arang menjadi bukti betapa wanita yang menonjol dengan kepemimpinan, akan sulit bertahan karena akan ditekan dan diserang dengan berbagai tipu daya. Kisahnya sendiri sudah sangat terkenal, tetapi versi yang kita kenal itu adalah versi pemenang: versi Airlangga dan versi Brahmana Lohgawe. Kita tidak pernah mendengar cerita sesungguhnya dari wanita perkasa dari Dusun Dirah ini.
Mungkin kita akan mengernyitkan dahi kala mendengar bahwa Calon Arang adalah wanita bijak nan perkasa yang didukung oleh rakyatnya. Empatinya pada penderitaan rakyat, membuatnya bersinar di tengah kekacuan politik zaman Airlangga, pesaing potential dinasti yang berkuasa. Kekhawatiran Airlangga, memaksanya untuk membinasakan wanita perkasa ini dan Dah Hyang Lohgawe, bersama pengikutnya diutusnya untuk menyingkirkan pesaing tahta kerajaan. Rumor dihembuskan bahwa sesungguhnya Calon Arang adalah jelmaan Durga, dan juga dukun kejam yang menyebar guna-guna.
Tipu daya Brahmana ini tetap tak berguna karena Calon Arang adalah wanita jujur dan perkasa yang siap berkorban demi rakyatnya. Karena itulah muslihat lain diaturnya. Putra Brahmana itu mengawini anak Calon Arang dan kemudian mengkhianatinya. Pembaca sudah tahu akhir cerita tragis ini dan sekarang kita menghadapi cerita yang hampir sama di Surabaya.
Risma dengan gagah berani membela prinsip dan kebjakannya yang pro rakyat. Banyak orang terusik dan banyak orang tidak menyangka tidak semudah itu mengendalikan Risma untuk kepentingan mereka. Saat mengusungnya, PDIP sudah waswas dan beberapa kali mencoba menelikungnya. Pengusaha hitam, bekerja sama dengan politisi busuk Surabaya sudah lama pasang jaring-jaring untuk menjebak Risma.
Apakah nasibnya akan sama dengan Calon Arang dari Dusun Dirah, Wanita perkasa yang berani melawan Raja Airlangga? Kita akan menantikannya dan berharap cerita kali ini akan berbeda.
Salam Kompasiana! Salam Merdeka!