Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Ibnu Miskawaih dan Pemikiran Filsafatnya

6 Mei 2024   10:15 Diperbarui: 6 Mei 2024   10:19 95 0
Ibnu Miskawaih dan pemikiran Filsafatnya
Gea Aurlina
gheaaurlina10@gmail.com

Biografi Ibnu Miskawaih
Ibnu Miskawaih merupakan salah satu filosof muslim yang memusatkan perhatiannya pada etika islam. Dalam sejarah pemikiran islam, Ia dikenal sebagai intelektual muslim yang pertama kali merintis sebuah pemikiran dibidang filsafat akhlak.
Nama lengkap Ibnu Miskawaih ialah Ahmad Ibn Ya'kub Ibnu Miskawaih. Ia lebih dikenal dengan panggilan Miskawaih yang artinya harum semerbak seharum minyak misik karena keharuman budi pekerti, keluasan ilmu pengetahuan dan akhlaknya yang terpuji. Nama Miskawih itu diambil dari nama kakeknya yang sebelum masuk islam beragama Majusi. Ia memiliki gelar yaitu Abu Ali yang diperoleh dari nama sahabatnya Ali, yang bagi kaum syi'ah dipandang sebagai seorang yang berhak menggantikan Nabi dalam kedudukannya sebagai pemimpin umat islam setelahnya. Dengan gelar inilah, kebanyakan orang mengatakan beliau adalah penganut syi'ah. Dan indekasi ini juga didasarkan pada pengabdiannya kepada Sultan dan wazir-wazir syi'ah dalam masa pemerintahan Bani Buwaihi (320-448 H). Beliau juga mendapati gelar Al-khazim yang berarti bendarawan, karena beliau memperoleh kepercayaan sebagai bendarawan dimasa kepemimpinan Sultan Ahmad 'Adhud Al-Daulah dari Bani Buwaih.
Ibnu Miskawaih dilahirkan dikota Rayy (sekarang Taheran), termasuk wilayah Iran pada tahun 330 H/941 M. Ibnu Miskawaih berumur cukup panjang dan beliau wafat di Ashafah pada tanggal 9 Shafar pada tahun 421 H/16 Februari 1030 M. Beliau hidup pada masa pemerintahan Bani Abbas yang berada dibawah pengaruh Bani Buwaihi, jika kita lihat dari tahun lahir dan wafatnya. Puncak kejayaan Bani Buwaihi adalah pada masa Adhud al- Daulah (367-372 H). Perhatiannya terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan kesastraan sangatlah besar.Sehingga pada masa itu beliau memperoleh kepercayaan untuk menjadi seorang bendaharawan. Dan pada masa inilah Ibnu Miskawaih muncul sebagai seorang filosof, tabib, ilmuan dan pujangga. Disiplin ilmunya meliputi kedokteran, bahasa, sejarah dan filsafat. Akan tetapi, ia lebih popular sebagai seorang filosof akhlak (al-falsafat al-'amaliyat) dari pada filosof ketuhanan (al-falsafat al- nazhariyyar al-ilahiyyat).  Pada masa itu kemajuan ilmu pengetahuan tidak dibarengi dengan ketingian akhlak. Bahkan pada masa itu terjadi kemerosotan akhlak, baik dikalangan menengah maupun kalangan bawah. Hal inilah yang mendorong Ibnu Miskawaih untuk mendalami dan memusatkan perhatiannya pada etika Islam.

Pemikiran filsafat Ibnu Miskawaih
1. Ketuhanan
Menurut Ibnu Miskawaih, Tuhan adalah zat yang tidak berjism, Azali, dan pencipta. Tuhan esa dalam segala aspek dan tidak satupun yang setara dengan-Nya. Ia ada tanpa diadakan dan ada-Nya Tuhan tidak bergantung kepada yang lain. Sementara yang lain membutuhkan-Nya. Pemikirannya ini sama dengan pemikiran  dan Al-Kindi.
 Menurut De Boer, Ibnu Miskawaih juga menyatakan Tuhan adalah zat yang jelas dan zat yang tidak jelas. Dikatakan zat yang jelas bahwa ia adalah Hak yang (benar), yang benar adalah terang. Dikatakan tidak jelas karena kelemahan akal pikiran kita untuk menangkap-Nya, disebabkan banyak dinding-dinding atau kendala kebendaan yang menutupi-Nya. Pendapat ini bisa diterima karena wujud manusia berbeda dengan wujud Tuhan.
Segala sesuatu di alam ini ada gerakan, gerakan tersebut merupakan sifat bagi alam yang menimbulkan perubahan pada sesuatu dari bentuknya semula.ini sebagai bukti tentang adanya Pencipta alam. Pendapat ini didasarkan pada pemikiran Aristoteles bahwa segala sesuatu selalu dalam perubahan yang mengubahnya dalam bentuk semula. Sebagai filosof religious sejati, Ibnu Miskawaih menyatakan alam semesta diciptakan Allah SWT dari tiada menjadi ada karena penciptaan dari bahan yang sudah ada tidak ada artinya. Disinilah, letak persamaan pemikirannya dengan Al-Kindi.
2. Emanasi
Ibnu Miskawaih juga menganut paham Emanasi, yakni Allah menciptakan alam secara pancaran. Namun paham Emanasinya berbeda (bertentangan) dengan Emanasi Al-Farabi. Menurutnya,entitas pertama yang diciptakan Allah secara pancaran ialah 'Aql fa'al (akal aktif) tanpa perantara, yang bersifat qadim, sempurna, dan tak berubah. Dari akal aktif ini Allah menciptakan jiwa dan dari perantaraan jiwa Allah menciptakan planet (al-falak). Pelimpahan atau pemancaran yang terus menerus dari Allah dapat memelihara tatanan didalam alam ini. Andaikan Allah menahan menahan pancarannya, maka akan berhenti kewududan dalam alam ini. Perbedaan Emanasi antara Al-Farabi dan Ibnu Miskawaih diantaranya:
Bagi Ibnu Miskawaih, Allah menjadikan alam ini secara Emanasi dari tiada menjadi ada. Sedangkan menurut Al-Farabi alam dijadikan Tuhan secara pancaran dari sesuatu atau bahan yang sudah ada menjadi ada.
Bagi Ibnu Miskawaih, ciptaan Allah yang pertama ialah akal aktif, dan bagi Al-Farabi ciptaan Allah yang pertama ialah akal pertama,dan akal aktif adalah akal yang kesepuluh.
Dari uraian itu dapat ditegaskan dalam masalah pokok Ibnu Miskawaih sejalan dengan Al-Farabi  
3. Kenabian
Menurut Ibnu Miskawaih, Nabi adalah seorang muslim yang memperoleh hakikat atau kebenaran karena pengaruh akal aktif atas daya imajinasinya. Hakikat dan kebenaran seperti ini juga diperoleh oleh para filosof. Perbedaannya hanya pada teknik memperolehnya. Filosof mendapatkan kebenaran tersebut dari bawah keatas, yakni dari daya indrawi menaik ke daya khayal dan menaik lagi kedaya berpikiryang dapat berhubungan dan menangkap hakikat-hakikat atau kebenaran dari akal aktif. Sementara itu, Nabi mendapat kebenaran diturunkan langsung dari atas kebawah, yakni dari akal aktif langsung kepada Nabi sebagai Rahmat Allah SWT. Dari itu, sumber sumber kebenaran yang diperoleh Nabi dan filosof sama yakni Akal aktif (akal fa'al).Pemikiran ini dengan apa yang dikemukakan Al-Farabi sebelumnya.
Dari sini dapat dilihat bahwa Ibnu Miskawaih berusaha merekonsiliasikan antara agama dan filsafat, karna diantara keduanya itu memiliki hubungan dan mesti cocok,karena sumber keduanya sama. Oleh karena itulah,Filosof adalah orang yang paling cepat menerima dan memercayai apa yang dibawa Nabi karena Nabi membawa ajaran yang tidak bisa ditolak akal dan tidak bisa pula bertentangan dengannya. Namun demikian, tidak berarti manusia tidak memerlukan Nabi karena dengan perantara nabi dan wahyulah manusia dapat mengetahui hal-hal yang bermanfaat,yang dapat membawa manusia pada hal kebahaiaan. Ajaran ini tidak dapat diketahui kecuali filosof, dengan kata lain sangat sedikit kuantitas manusia yang dapat mencapainya karena filsafat tidak dapat ditangkap oleh semua lapisan masyarakat.
Menurut Ibnu Miskawaih, persamaan antara Nabi dan filosof adalah untuk mencapai kebenaran.
4. Jiwa
Menurut Ibnu Miskawaih, jiwa adalah jauhur rohani yang tidak hancur dengan sebab kematian jasad, ia adalah kesatuan yang tidak terbagi-bagi, ia akan hidup selalu,ia tidak dapat diraba dengan pancra indra karena ia bukan jism dan bagian dari jism. Jiwa dapat menangkap keberadaan zatnya. Menurutnya, jiwa dapat menangkap bentuk sesuatu yang berlawanan dalam waktu bersamaan, seperti warna hitam dan putih sedangkan badan tidak dapat demikian. Ibnu Miskawaih juga membedakan antara pengetahuan jiwa dan pengetahuan pancaindra. Secara tegas ia katakana bahwa pancaindra tidak dapat menangkap selain dari apa yang dapat diraba. Sedangkan jiwa dapat menangkap apa yang ditangkap pacaindra,yakni yang dapat diraba dan juga tidak dapat diraba.
Tentang balasan diakhirat,ia juga menyatakan bahwa jiwalah yang akan menerima balasan (kebahagiaan dan kesengsaraan)di akhirat,karena menurutnya kelezatan jasmaniah bukanlah kelezatan yang sebenarnya.
5. Akhlak
Menurut Ibnu Miskawaih, akhlak ialah suatu sikap mental atau keadaan jiwa yang mendorongnya untuk berbuat tanpa piker dan pertimbangan. Sementara tingkah laku manusia terbagi menjadi dua unsur, yakni unsur watak naluri dan unsur lewat kebiasaan dan latihan. Berdasarkan idenya itu, Ibnu Miskawaih menolak pandangan orang-orang Yunani yang mengatakan bahwa akhlak manusia tidak dapat berubah. Baginya akhlak yang tercela bisa berubah menjadi akhlak yang terpuji dengan jalan pendidikan (tarbiyah al-akhlaq). Ibnu miskawaih juga menjelaskan sifat-sifat yang utama. Sifat-sifat ini, menurutnya berkaitan erat dengan jiwa. Jiwa memiliki tiga daya: daya pikir, daya marah, daya keinginan. Sifat hikmah adalah sifat utama bagi jiwa berpikiryang lahir dari ilmu. Berani adalah sifat utama jiwa marah yang timbil dari sifat mawas diri. Sementara murah adalah sifat utama bagi jiwa keinginan yang lahir dari 'iffah (memelihara kehormatan diri). Dengan demikian jika ketiga sifat utama itu serasi maka muncul sifat utama yang keempat yaitu adil.

Jadi dapat kita lihat, Dari beberapa pembahasan tentang pemikiran filosof Ibnu Miskawaih, dapat kita lihat bahwasannya ajaran islam memiliki pengaruh yang besar dalam filsafatnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun