Selain keaneka ragaman di atas, perbedaan ide dan pendapat juga mewarnai kehidupan berbangsa dan bernegara kita. Berselisih tentang perbedaan pendapat pun adalah satu hal yang sangat manusiawi terjadi asal jangan sampai menimbulkan perkelahian yang bisa menjadi tindakan anarki.
Namun, di balik semua perbedaan itu, ada satu hal yang rasanya bisa membuat suasana adem ayem, tidak saling ngotot sampai terlihat urat leher atau mencaci tanpa kompromi yaitu ketika semua bisa duduk makan bersama.
Sebelum virus Covid-19 menjelajah seluruh dunia, budaya makan bersama adalah hal yang sangat menonjol buat masyarakat Indonesia.
Apapun perayaan yang dilakukan oleh kita, ujung-ujung nya biasa di tutup dengan acara makan bersama.
Dalam acara makan tersebut, segala gundah gulana, perbedaan dan perseteruan bisa ditinggalkan untuk sementara. Percakapan ringan yang mungkin bagi sebagian orang dianggap membosankan dan tidak berkualitas menjadi topik yang menghangatkan.
Karena saat makan bersama itulah sesungguhnya kita kembali diingatkan bahwa kita semua adalah sesama manusia, tidak ada yang tinggi atau rendah, miskin atau kaya. Kita semua manusia yang kalau mau hidup memang harus makan.
Apalagi negara Indonesia yang memang kaya akan rempah dan bumbu tradisional nya yang terkenal sampai ke mancanegara membuat acara makan bersama bisa menjadi begitu penting bagi identitas kebangsaan kita sehingga kita bisa mengerti dan memahami jenis dan rasa makanan itu sesungguhnya dari daerah mana.
Dengan begitu, kita bisa lebih lagi mencintai dan menghargai keaneka ragaman budaya bangsa.
Â
Bukan hanya budaya, makanan pun bisa menceritakan tentang sejarah suatu bangsa.
Dan itu terjadi ketika mencicip rasa old fashioned ice cream dari Toko Oen di Kota Malang. Toko yang sudah ada sejak tahun 1930 ini masih mempertahankan arsitektur kuno di dalamnya sehingga ketika makan di sana bukan hanya ice cream yang terasa tapi nuansa kembali ke masa lalu seakan tengah menaiki wahana perjalanan waktu.
Rasa old fashioned ice cream yang ditawarkan ternyata memiliki sisi yang unik yang tidak dimiliki oleh ice cream millenial masa kini.
Struktur ice cream nya yang kasar serta rasa yang tidak terlalu manis bagi sebagian orang yang terbiasa dengan budaya milenial tidak akan terbiasa apalagi mau menambahkannya menjadi campuran bobba yang lagi trend saat ini.
Memang, bentuk dan rasa ice cream 'kekunoan' berbeda dengan ice cream 'kekinian'.
Namun tak dapat dipungkiri, itu adalah ice cream yang dimakan oleh para pejuang kita di masa lampau. Saat hidup tidak semudah dan seinstant saat ini. Saat hidup semua harus diperjuangkan dan bukan hanya pemberian.
Mencicip ice cream old fashioned bukan hanya soal rasa tapi ada kisah sejarah di sana. Perjuangan melawan penjajah dalam semangat bhinneka tunggal ika.
Saat ini, ketika perbedaan yang ada membuat jurang pemisah, mungkin rasanya kita semua perlu duduk makan bersama dan mencicipi segarnya ice cream 'kekunoan' sehingga otak dan semangat kita disegarkan untuk mengatasi problem 'kekinian'.