Bagaimana kita bisa maju?
Ya, mungkin ini tepat diucapkan siswa-siswi kelas IV SD Negeri 2 Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen. Bagaimana tidak, mereka mengalami kendala berkaitan dengan faktor pendukung belajar, yaitu pengadaan buku. Buku-buku di SD ini tidak sebanding, artinya apa, tidak semua siswa menyanding buku pegangan, bahkan mungkin 4 anak mendapat satu buku pegangan.
Ketika pelajaran IPA degan materi tentang alat indera, semua siswa mencari materi tentang kelainan pada mata. Anak putra tidak mau kalah berebut buku IPA, saking semangatnya sehingga bukupun tidak mampu dijaga kerapiannya, nampak ada yang sobeh, lecek dan lain sebagainya, ditambah lagi itu bukan buku baru, buku tinggalan kakak kelas mereka.
Semangat yang tinggi untuk menimba ilmu patut dicontoh oleh sekolah-sekolah di kota-kota besar yang mana, mungkin satu anak dapat memegang 2 buku pegangan. Jika prestasi yang dicetak di kota-kota besar kalah dengan yang di desa-desa, maka harap malu bagi pendidik dan seharusnya jadi tantangan bagi mereka (guru) dan stake holder.
“Kapan Pak Menteri pendidikan mengunjungi kami? Bapak Mohammad Nuh, berkenankah Engkau mengunjungi kami, melihat situasi dan kondisi kami,,,?
Kami menginginkan adanya kemajuan di negeri ini terutama di bidang pendidikan untuk meningkatkan kualitas SDM kami,
Harapan kami sederhana, kami ingin nyaman belajar di sekolah. Kami ingin menggapai cita-cita kami yang setinggi mungkin, setinggi langit. Semoga pemerintah mengutamakan kepentingan rakyat seluruh Indonesia, dibandingkan mementingkan sebagian saja,,,,
Salam perjuangan dari desa..........