Â
 Januari kemarin mendarat dengan aman satu paketan buku, buku yang ditulis oleh seseorang yang tumbuh besar di salah satu pesantren di Madura sana. Sebetulnya buku ini adalah catatan-catatan harian bebasnya yang dituangkan untuk merespon dan mempertanyakan segala kondisi saat itu. Akibat kecelakaan yang menimpa belio, Ahmad Wahib tutup usia pada akhir bulan maret tahun 70an. Atas inisiatif koleganya sperti Cak Nur, Dawan Rahardjo dkk barulah catatan tsb dibukukan dan di beri judul "Pergolakan Pemikiran Islam".
Â
 Rasa-rasanya nama seperti Ahmad Wahib, Cak Nur, Gus Dur, Dawam Raharjdo dll ato yang belum lama ini meninggal Jalaludin Rahkmat bukan lgi hal yang asing ditelinga mahasiswa, khususnya mahasiswa yang ngehaha-hihi di Fak Ushuludin. Seingetku awal mula tahu nama Ahmad Wahib itu dari catatan kaki dari buku yang pernah tak baca.
Â
 Nama-nama yang barusan di baca itu, adalah belio" yang berada di gerbong gerakan "Pembaharuan Islam di Indonesia" sebuah upaya pemahaman ulang terhadap teks-teks keagamaan agar tetap relevan dengan zaman. Sebagai mahasiswa eksakta di univ Jogja, Ahmab Wahib juga aktif bergeliat di HMI mendiskusikan soal soal keagaman,sosial dsbg. percikan dan curahan pemikirannya tersalurkan di setiap lingkaran HMI, bahkan kerap kali pemikirannya itu dianggap aneh dan pendapat yang tidak biasa di dengar oleh banyak orang. seperti catatannya yang berbunyi :