Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Debat Sehat Biar Nggak Berujung Gawat

13 Desember 2023   20:42 Diperbarui: 13 Desember 2023   20:53 156 6
Debat Calon Presiden atau Debat Capres 2024 perdana semalam (12/12/2023) lumayan seru, ya. Masing-masing Capres saling melempar umpan dan kadang kala menyerang lawan.

Ketiga capres sudah punya jam terbang cukup tinggi di ranah politik. Mereka pernah atau sedang mengemban jabatan di pemerintahan yang pastinya sanggup menyampaikan argumen dengan merujuk data primer ataupun sekunder.

Gagasan yang mereka utarakan pastinya (berbaik sangka saja, ya) bukan pepesan kosong, bukan sekadar kata-kata ataupun janji manis semata. Apabila salah satu capres terpilih menjadi presiden baru Republik Indonesia, semestinya ia mengemban tugas-tugasnya dengan baik dan tentu saja menunaikan janji yang telah diutarakan di depan rakyat.

Bersamaan dengan itu, debat tentang capres juga terjadi di tengah-tengah masyarakat baik online ataupun offline tentang ini itu ataupun begini begitu. Dimulai dari seorang fans berat seorang capres yang melempar pendapat tentang acara debat perdana tersebut, yang segera ditimpali oleh fans berat capres lainnya.

Masing-masing mempertahankan argumentasinya untuk membuktikan diri bahwa mereka berada di "fan base" yang benar. Kadang merasa geli sendiri ketika sepintas waktu mengikuti percakapan mereka di media sosial. Ada yang menyindir, ada yang mencela, bahkan ada yang melempar meme dengan kata-kata dari salah satu capres.

Sore tadi, salah satu capres masih trending di media sosial X dan jadi nomor satu. Seingat saya beliau sudah sejak semalam menjadi salah satu trending topic. Dua capres lainnya sudah terlebih dahulu keluar dari daftar tersebut.

Namun ketika saya buka hashtag-nya, konten-kontennya tidak selalu berpihak pada capres tersebut. Tentu saja ada sejumlah upaya counter dari pendukung fanatiknya ataupun tim suksesnya. Dalam suasana Pilpres seperti ini, counter terhadap konten bertentangan seperti itu hukumnya wajib karena bisa berpengaruh pada level elektabilitas capres yang mereka dukung.

Ini belum debat di level akar rumput seperti di warung kopi, kantor, hingga kampung yang bisa jadi lebih hot. By the way, di X sudah ada yang membagikan info bahwa di warkop yang dia kunjungi suasananya jadi kurang kondusif gegara debat capres semalam. Nah, kan... kan...

Kadang saya merasa khawatir hal seperti itu terjadi. Gegara debat sengit masalah capres, kawan bisa menjadi lawan, saudara bisa menjadi kontra. Setelah debat panas masalah capres, besoknya bisa jadi hubungan mereka bakal tidak sama lagi. Siapa yang rugi, ya mereka sendiri.

Debat tentang capres favorit boleh-boleh saja asal sehat. Tapi apabila salah satu pihak mulai berniat untuk memenangkan argumentasinya, hati-hati, situasi bakal menjadi kurang kondusif dan jadi tidak sehat lagi.

Kalau ada yang tidak mau kalah, debat jadi tidak terkendali. Lama-lama menjadi bibit perselisihan yang berpotensi menimbulkan persekusi.

Oleh karena itu ketika suasana debat memanas, salah satu pihak harus berkepala dingin. Karena kalau kepala sama-sama panas, debat bisa jadi berkembang menjadi perselisihan yang semakin runyam.

Waduhhh, persoalan hidup sehari-hari saja tiada habisnya masih ditambah dengan pertengkaran karena debat capres. Kalau saya sih ogah ya...

Lalu bagaimana berdebat yang positif? Sini saya bisikin sebelas tips ketika kita berdebat dengan sehat, dengan siapa saja dan topik apa saja termasuk tentang capres favorit di masa kampanye ini.

Tujuannya bukan memenangkan argumen kita, tapi membawa suasana debat yang positif, konstruktif, kondusif dan bukannya perang kata-kata tanpa makna.  Harapannya, usai debat jabat tangan tetap erat.  

Paling utama adalah tetap tenang selama berdialog. Kita mesti memendam dalam-dalam sikap emosional karena itu dapat meningkatkan suasana menjadi negatif. Selain itu, percakapan antara pihak yang berdebat menjadi kurang produktif.

Ketika di warkop atau kafe, santai ketika berargumentasi, santai juga ketika menanggapi sambil sesekali menghirup kopi. Lebih jos lagi kalau ada gorengan yang tersaji. Hehe...

Kedua, menguasai fakta. Sebelum terlibat dalam sebuah perdebatan, pastikan kita memiliki pemahaman yang bagus mengenai topik yang diperdebatkan. Tentu saja didukung oleh fakta yang terdokumentasi dan referensi yang valid. Informasi yang relevan dan valid akan mendukung argumen yang kita sampaikan.

Contoh simpel ketika di warung kopi, orang dari mana saja duduk di situ menikmati kopi dan aneka jajanan. Ketika dua orang berbicara tentang sesuatu hal, kadang orang lain yang ada di situ ikutan nimbrung.

Nah, nimbrung tidak sekadar nimbrung. Mesti paham juga dengan apa yang dibicarakan atau diperdebatkan.

Maka dari itu kita perlu banyak membaca informasi ataupun isu-isu terkini dari sumber apa saja. Karena kalau kita minim membaca, kita hanya bisa melihat sebuah isu dengan kacamata kuda.

Ketiga, menyimak lawan debat dengan seksama. Kita wajib memperhatikan baik-baik apa yang dikatakan oleh lawan debat. Terkadang, orang-orang yang berbeda pendapat memiliki poin-poin valid yang bisa kita akui dan bila perlu ditanggapi tanpa perlu memperpanjang percakapan lagi.

Keempat, boleh-boleh saja mengajukan pertanyaan. Misalnya ada argumen lawan debat tidak jelas atau sepertinya didasarkan pada referensi/informasi yang kaliru, kita bisa mengajukan pertanyaan bernada meminta klarifikasi agar kita bisa lebih memahami pendapatnya ataupun sudut pandangnya.

Terkadang seseorang menelan informasi hoaks ataupun disinformasi yang ia yakini. Nah, kalau ada buktinya sebaiknya segera kita tunjukkan kepada lawan debat agar ia bisa mengubah pemahamannya. Terkadang debat itu mengandung edukasi ketika lawan meyakini suatu disinformasi.

Kelima, menggunakan referensi yang valid/kredibel. Ketika kita menyampaikan argumen, boleh saja mengutip referensi, hasil riset, dan pakar yang kredibel untuk mendukung pendapat kita. Referensi yang kredibel akan membuat argumen kita jadi lebih berbobot.

Keenam, fokus pada topik. Jaga agar perdebatan tetap fokus pada topik yang diperdebatkan. Apabila lawan debat mencoba mengalihkan pembicaraan atau mengemukakan hal yang tidak ada berkaitan, kita perlu mengarahkan diskusi ke topik utama dengan santun.

Ketujuh, mengutamakan logika. Ketika lawan debat membuat kekeliruan atau ketidakkonsistenan baik data, fakta, atau informasi, saatnya mengeluarkan jurus penalaran logis dan pemikiran kritis dalam argumen kita yang berkaitan dengan klaim dari lawan debat.

Tujuannya untuk mengingatkan lawan debat bahwa terjadi inkonsistensi atau mungkin logical fallacy dalam argumennya. Harapannya lawan debat dapat mengakui kekeliruan yang ia sampaikan.

Kedelapan, open minded. Meski kita bersikukuh dengan argumen kita berkat ketersediaan data/bukti/referensi yang kuat, sebaiknya kita juga terbuka untuk mengubah posisi kita jika lawan debat punya bukti valid yang bertentangan. Pengetahuan baru membuat debat menjadi produktif.

Kesembilan, jangan sekali-sekali menyerang lawan debat secara personal karena itu tidak baik dan tidak menghormati orang lain. Hati-hati, itu bisa berujung pencemaran nama baik.

Jadi kita mesti berada di atas rel, fokus pada pokok pembahasan. Berbekal data, fakta dan argumen, kita bisa berdebat secara sehat tanpa harus menyerang lawan debat secara personal.

Kesepuluh, tetap sabar tapi tetap gigih menyampaikan argumen. Tidak semua perdebatan akan menghasilkan kesepakatan atau kesimpulan yang jelas. Terkadang ada pihak yang tetap teguh dengan pendiriannya. Kalau itu yang terjadi, ya tidak masalah.

Dalam konteks debat tentang capres, kita paham bahwa masing-masing capres mengusung visi dan misi yang mengandung semangat perbaikan dan perubahan atas berbagai situasi yang belum atau tidak tercapai di masa kepemimpinan periode sekarang ini. Tujuannya agar menjadi lebih baik lagi.

Kesebelas, kita harus tahu kapan harus mundur dari perdebatan. Apabila perdebatan menjadi tidak produktif, terlalu panas, atau tidak santun, hal terbaik adalah keluar dari perdebatan. Tidak ada faedahnya bila kita tetap melanjutkannya.


***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun