Mohon tunggu...
KOMENTAR
Music Pilihan

Delapan Lagu Anti Perang Paling Bermakna

12 Agustus 2022   21:27 Diperbarui: 12 Agustus 2022   21:39 1757 4
Beberapa waktu lalu topik tentang Perang Dunia Ketiga trending di media sosial Twitter. Tidak hanya sekali tapi sekian kali. Tagarnya bervariasi seperti #worldwar, #worldwar3, #worldwarthree, #ww3 atau #WWIII.

Apalagi ketika Nancy Pelosi, Juru Bicara Kepresidenan Amerika Serikat (AS), melakukan kunjungan ke Taiwan Rabu (4/8/22) lalu, tagar tersebut kembali naik. Kunjungan Pelosi tersebut dikhawatirkan memicu eskalasi ketegangan antara China dan Taiwan.

Selasa lalu (9/8/22), sejumlah media mengabarkan bahwa puluhan armada tempur China mulai mendekati wilayah perairan Taiwan. Terbersit kabar ada latihan perang di sana. Akan tetapi kabar lainnya mengatakan bahwa China cuma menggelar latihan militer.

Sementara itu perang Rusia-Ukraina masih berlangsung. Sejak pecah akhir Februari 2022 lalu, hingga bulan Agustus 2022 ini belum nampak ada tanda-tanda akan terjadi gencatan senjata.

Rasa cemas pun melanda. Bila sejumlah konflik di dunia berujung pada Perang Dunia III, entah bagaimana nasib kita? Saat ini teknologi persenjataan pasti sudah jauh melampaui persenjataan yang dipakai selama Perang Dunia I dan II.

Perang Dunia II saja bisa meluluhlantakkan dua kota, apalagi Perang Dunia III. Kemajuan pesat teknologi robotika dan nuklir misalnya, bisa membuat dunia menjadi neraka.

Sebenarnya isu tentang terjadinya Perang Dunia III cukup sering bergaung di dunia. The Independent pernah mengulas tentang sejumlah prediksi kapan Perang Dunia III akan pecah.

Sebuah jajak pendapat mengatakan bahwa Perang Dunia III bakal pecah tahun 1950 menyusul ketegangan antara AS dan Uni Soviet. Padahal waktu itu dampak Perang Dunia 2 juga masih terasa, tidak terkecuali Indonesia yang waktu itu baru lima tahun merdeka.

Prediksi lainnya, Perang Dunia III akan terjadi tahun 2016 berkaitan dengan konflik di Suriah. Konflik yang terjadi di negara itu membuat banyak warganya eksodus ke berbagai negara khususnya negara-negara di Eropa.

Tahun 2017 lalu juga muncul prediksi mengenai Perang Dunia III yang datang dari Elon Musk, punggawa sejumlah perusahaan teknologi dari AS. Adanya kompetisi teknologi, khususnya dalam hal kecerdasan buatan, membuat sejumlah negara superior ingin menjadi yang paling depan.

Terbaru, konflik Rusia-Ukraina yang pecah sejak akhir Februari 2022 lalu dipandang berpotensi memicu Perang Dunia III. Begitu pula dengan situasi di Asia Timur yang sekarang sedang menghangat.

Sekadar merunut ke masa lalu, Perang Dunia I dan II adalah muara dari serentetan letupan konflik lokal di sejumlah negara. Nah, sejumlah konflik lokal yang terjadi sekarang ini bila tidak didinginkan bisa jadi akan menyulut Perang Dunia III.

Kita semua pasti tidak ingin Perang Dunia III pecah. Perang Dunia I dan II saja sudah sedemikian hebatnya. Banyak negara porak poranda, gedung-gedung dan rumah tinggal hancur lebur, jutaan warganya meninggal dunia. Perang akan selalu menjadi mimpi buruk, menjadi neraka dunia.

Banyak orang melakukan berbagai upaya guna mencegah terjadinya perang, salah satunya lewat musik. Ada sekian banyak musisi yang membuat karya lagu yang menyuarakan anti perang.

Para musisi baik solois, duo dan grup/band sepakat bahwa perang itu merugikan, menjadi bencana yang tidak akan membuat dunia menjadi lebih baik. Melalui karya musik, mereka berharap pesan mereka akan mendorong lebih banyak orang untuk tidak mendukung perang.

Karya musik mereka dari berbagai genre, baik pop, R&B, rock hingga cross over beberapa genre musik. Apapun aliran musiknya, tujuannya cuma satu yaitu menentang perang. Nah, berikut daftar delapan lagu anti perang yang paling bermakna.


8. Waiting on the World to Change - John Mayer

Tidak mengira musisi AS John Mayer pernah membuat lagu anti perang. Lagu yang dimaksud berjudul "Waiting on the World to Change", yang menjadi lagu pembuka sekaligus sebagai lead single atau tunggalan pertama album "Continuum" keluaran tahun 2006 silam.

Billboard, Blues Rock Review dan Esquire mengatakan kalau album bergenre pop-rock/blues-rock itu adalah album terbaik Mayer di sepanjang karirnya. Majalah Rolling Stone menempatkan album tersebut di posisi 486 dalam daftar album musik terbesar sepanjang masa "500 Greatest Albums of All Time".

Lagu "Waiting... " terdengar sebagai musik yang ringan. Lagu ini seperti sebuah catatan harian seseorang yang berbicara dengan kawannya. Ceritanya mereka ngobrol santai tentang keadaan dunia yang sepertinya tidak baik-baik saja.

Intinya, mereka tidak setuju dengan apa yang terjadi di dunia. Akan tetapi mereka sadar kalau mereka tidak bisa berbuat apa-apa sehingga yang bisa dilakukan hanya menunggu sampai dunia berubah.

Meski musiknya terdengar santai, liriknya penuh pesan yang terburai. Ada sejumlah baris lirik yang membuat kita penasaran apa yang sebenarnya sedang terjadi.

Kita-kita para ordinary people bisa apa? Mungkinkah kita perlu seorang Gatotkaca, Superman atau sekalian saja satu tim Avengers demi menegakkan perdamaian? Sayangnya mereka cuma eksis di ranah dongeng.

Benar apa kata Mayer, kita tunggu saja sampai dunia berubah. Sambil menunggu, ada baiknya kita mendengarkan lagu tersebut berikut ini:




7. Mr. President - Janelle Monae

Artis multitalenta dari AS, Janelle Monae, pernah membuat sebuah lagu yang mengkritisi perang. Lagu berjudul "Mr. President" termuat dalam album extended play Janelle pertama berjudul "Metropolis: The Chase Suite", yang dirilis tahun 2007 lalu. Sebagai informasi, lagu itu cuma ada di album special edition.

Album musik itu sendiri merupakan sebuah album konseptual bertema scifi yang bercerita tentang keadaan dunia di tahun 2719. Di dalam album tersebut, ceritanya Janelle menjelma menjadi robot android bernama Cindi Mayweather.

Janelle menulis lirik lagu "Mr. President" bersama Charles Joseph II dan Nathaniel Irvin III. Lirik lagu bergenre pop/funk itu digambarkan sebagai pesan dari robot Cindi kepada presiden di tahun tersebut.

Akan tetapi kalau kita simak liriknya baik-baik, rasanya mengandung sindiran atau protes terhadap situasi yang terjadi di masa kini. Penggalan lirik dari verse 2 berikut rasanya terdengar makjleb:
Can we talk about the education of our children? (Bisakah kita bicara tentang pendidikan buat anak-anak kita?)
A book is worth more than a bomb any day (Sebuah buku lebih berharga daripada sebuah bom)

Dari dua baris lirik tersebut, bagaimana mungkin manusia di tahun 2719 masih bicara tentang pendidikan? Bagaimana mungkin orang masih perang di tahun segitu? Nah, ngerti sekarang? Ngerti donggg, masak nggak ngerti. Hehe..

Kalimat-kalimat di bagian berikutnya lebih tajam lagi. Bila ingin membaca lirik selengkapnya, silakan bisa googling sendiri. Janelle terbilang sangat berani menyuarakan pendapatnya lewat karya lagu, bahkan di album EP perdananya.

Salah satu baris lirik yang bisa kita highlight adalah Use your heart and not your pride yang artinya gunakan hatimu, bukan kebanggaanmu. Kebanggan akan kedigdayaan, kebanggan akan armada tempur, teknologi persenjataan, dan sebagainya tidak lebih berharga daripada perdamaian.

Oh ya, Rabu (5/8/22) lalu, tagar #Mr.President sempat jadi trending topic. Tagar itu bukan tentang lagu ini, melainkan ucapan ulang tahun Presiden ke-44 AS, Barrack Obama. Baiklah, berikut lagu "Mr. President" dari Janelle Monae:




6. Saigon Bride - Joan Baez

Musisi senior AS Joan Baez punya satu lagu anti perang yang berjudul "Saigon Bride". Lagu itu tercantum dalam album Baez yang ketujuh berjudul "Joan" yang  dirilis tahun 1967 silam.

Lirik lagu ini sebetulnya adalah puisi karya Nina Duschek, seorang musisi dari Italia. Oleh Baez, puisi itu digubah dalam sebuah karya musik. Vokal merdu Joan yang bervibrasi diiringi oleh gitar akustik dan trombone bermelodi cantik.

Lirik lagu atau puisi tersebut menyuarakan protes perang Vietnam yang terjadi pada tahun 1955 hingga 1975. Jadi ketika lagu itu dirilis, perang tersebut masih berlangsung.

Kalau kita mengikuti liriknya, sebetulnya tidak hanya protes terhadap Perang Vietnam tetapi juga terhadap semua perang yang tengah dan akan terjadi. Penggalan lirik dalam verse 2 menyengat sekaligus membuat merinding:
How many dead men will it take
To build a dike that will not break?
How many children must we kill
Before we make the waves stand still?


Perang merenggut banyak korban yang mati sia-sia. Anak-anak tidak mengerti apa-apa, tetapi mereka kerap menjadi korban bombardir senjata. Sedih.

Berikut kita simak lagu dari Joan Baez tersebut:




5. No More -  Disturbed

Lagu "No More" adalah salah satu track dalam album "Evolution" milik band Disturbed. Album band heavy metal / hard rock asal AS itu dirilis pada tahun 2018 lalu. Lagu keren ini menjadi tunggalan ketiga yang dirilis pertengahan Juni 2019.

Lagu yang ditulis oleh para anggota band bersama Kevin Churko, seorang musisi dari Kanada, itu juga menyuarakan protes terhadap perang. Verse pertama lagu itu saja sudah menghentak:
Once again we hear them calling for war
It doesn't matter what they're fighting for


Lirik selanjutnya terdengar lebih eksplisit: So tell me people are you ready to kill? Lirik di verse pertama itu nantinya akan disahut oleh lirik di verse kedua tetapi dari sisi yang bertentangan: So tell me people are you ready to die?

Dalam setiap peperangan pasti ada pembunuh dan ada yang terbunuh. Ujung-ujungnya adalah penentuan siapa yang menang perang dan siapa yang kalah perang. Tetapi siapapun yang menang atau siapa pun yang kalah, tetap ada banyak korban manusia yang bergelimpangan. Sungguh miris.

Adapun kalimat 'no more' sendiri ditegaskan dalam reffrain lagu sebagai berikut:
No more defending the lies
Behind the never ending war..

Baris lirik tersebut mengungkap makna agar tidak ada lagi propaganda dusta atas nama perang. Perang Dunia II misalnya, secara fisik sudah selesai, akan tetapi Perang Dingin membuat negara-negara saling curiga dan berlomba menghimpun kekuatan.

Berikut ini adalah video musik lagu "No More" dari Disturbed.




4. Zombie - The Cranberries

Band asal Irlandia The Cranberries pernah merilis sebuah lagu super keren yang menyuarakan protes terhadap perang. Lagu itu berjudul "Zombie", lead single album "No Need to Argue" yang dirilis tahun 1994 silam.

Lagu yang ditulis oleh sang vokalis Dolores O'Riordan itu pernah sangat populer di tahun 1990an. Generasi tahun 1990an pasti mengenal lagu itu karena kerap diputar di sejumlah stasiun televisi dan radio. Lagu itu menduduki posisi puncak dan Top 10 di sejumlah tangga lagu internasional.

Lagu ini sebenarnya mengandung konteks konflik antara Irlandia dan Inggris. Secara spesifik, lagu ini merupakan protes keras terhadap insiden ledakan bom di Warrington, Chesire, Inggris tahun 1993 silam yang menewaskan dua anak.

Penggalan lirik It's the same old theme, since nineteen-sixteen merujuk pada peristiwa Easter Rising atau Pemberontakan Paskah yang terjadi pada 24 April 1916 silam, bertepatan dengan Hari Raya Paskah. Pada waktu itu juga sedang terjadi Perang Dunia I dimana Inggris memimpin pasukan sekutu.

Meski begitu, lagu tersebut rasanya juga relevan dengan situasi konflik yang terjadi di belahan dunia manapun, termasuk konflik yang sedang dan akan terjadi. Kata "zombie" yang kerap disuarakan dalam lagu ini bisa jadi adalah hujatan terhadap siapapun yang menginisiasi perang.

Lirik What's in your head, in your head, Zombie, zombie, zombie... mengandung makna bahwa mereka yang terlibat dalam perang nihil kewarasan. Tidak ada lagi rasa kemanusiaan, membuat puluhan, ratusan hingga jutaan manusia menjadi korban.

Dolores membawakan lagu ini dengan sangat baik. Emosinya dapet, begitu pula ungkapan kemarahan dan caci makinya kepada mereka yang demen perang. Berikut video musik lagu "Zombie" dari The Cranberries:




3. Harry Patch (In Memory Of) - Radiohead

Ketika pertama kali mendengarkan lagu ini, kita tidak bisa menolak kalau lagu ini sangat indah. Sebuah band experimental art rock menyanyikan lagu bergenre klasik? Kalau bukan Radiohead rasanya ogah.

Ya, band asal Oxfordshire, Inggris, ini pernah menginisiasi sebuah gerakan sosial untuk para veteran perang Inggris. Mereka membuat sebuah lagu berjudul "Harry Patch (In Memory Of)" yang liriknya terinispirasi dari cerita Henry John Patch, seorang veteran Perang Dunia I.

Ketika diwawancarai oleh vokalis band Thom Yorke pada tahun 2005 lalu, sang veteran sudah berusia 107 tahun. Empat tahun kemudian, tepatnya di bulan Juli 2009, Patch meninggal di usia 111 tahun.

Sebulan kemudian, Radiohead merilis sebuah lagu spesial tersebut untuk mengenang sang veteran. Lagu yang dirilis sebagai self-released itu hanya tersedia di laman Radiohead sejak 5 Agustus 2009 dengan harga GBP 1 atau sekira 16.500 rupiah (kurs Agustus 2009). Seluruh hasil penjualaan lagu didonasikan pada sebuah organisasi veteran perang.

Lirik lagu ini tidak panjang, hanya 10 baris. Akan tetapi kalimat-kalimatnya lugas sekaligus menyayat. Apalagi kalimat penutupnya, akan membuat kita merenung selama beberapa waktu lamanya.

Mungkin Tuhan memberi Patch umur panjang agar ia bisa menceritakan sepenggal kisah hidupnya yang pahit kepada generasi sekarang. Tentara saja melihat perang sebagai horor yang nyata, apalagi warga kebanyakan.

Di satu sisi, musik lagu ini membuai rasa karena santun memasuki telinga. Tapi di sisi lainnya mengandung kekelaman dan membuat bulu kuduk berdiri, khususnya di bagian ini: I've seen demons coming up from the ground, I've seen hell upon this Earth, yang artinya aku melihat iblis muncul dari tanah, aku melihat neraka di Bumi ini.

Sejenak kita bayangkan bagaimana kehidupan kakek dan nenek moyang kita semasa perang dulu? Hari demi hari pasti selalu diliputi rasa cemas dan khawatir, tidak ada ketenteraman dalam hidup.

Perang membawa kesedihan yang mendalam bagi kebanyakan orang. Perang juga selalu menghasilkan kerusakan. Terkadang, perang menghapus jejak sejarah suatu bangsa.

Perang adalah sejuta keburukan yang sayangnya dilakukan oleh manusia yang seharusnya memelihara dunia. Sejarah sudah mencatat sekian perang yang meluluhlantakkan kota, memisahkan anak dan orang tua, menewaskan manusia yang tidak berdosa.

Lirik terakhir lagu itu ada benarnya, But they will never learn yang artinya tetapi mereka (manusia) tidak akan pernah belajar. Manusia tidak pernah memetik pelajaran dari sejarah masa lalu yang kelam yang penuh dengan peperangan.

Berikut kita simak lagu "Harry Patch (In Memory Of)" dari Radiohead. Semoga bisa membuat kita merenung bahwa perang itu kejam.




2. What's Goin' On - Marvin Gaye

Lagu anti perang berikutnya adalah "What's Goin' On" dari salah satu musisi R&B/soul besar asal AS, Marvin Gaye. Kita mungkin pernah mendengarkan lagu ini di radio atau pun di sejumlah tempat seperti mal atau kafe.

Lagu bergenre R&B / soul progresif ini sangat keren, melodinya enak dan ramah di telinga. Sepintas terdengar sebagai lagu romansa, tetapi ternyata lagu ini mengandung pesan menentang perang dan kekerasan.

Lagu yang dikerjakan oleh Al Cleveland, Renaldo Benson dan Marvin Gaye itu menjadi lead single album Gaye kesebelas yang berjudul sama, yang dirilis pada tahun 1971 silam. Sebagai tunggalan pertama, lagu itu dirilis terlebih dulu yaitu pada 20 Januari 1971. Sedangkan albumnya dirilis empat bulan kemudian, tepatnya 21 Mei 1971.

Rasanya kita perlu membahas tentang sejarah lagu ini sekilas saja. Disadur dari laman SongMeanings+Facts, awalnya lagu ini ditulis oleh Benson. Ia terinspirasi pada peristiwa tanggal 15 Mei 1969 ketika terjadi kericuhan di tengah demonstrasi menentang Perang Vietnam di Berkeley, California, AS yang kemudian dikenal dengan peristiwa 'Bloody Thursday' atau Kamis Berdarah.

Benson dan anggota grup musiknya yang bernama Four Tops menyaksikan aksi kekerasan itu dengan mata kepala mereka. Apa yang ada di kepala Benson pada waktu itu adalah "What's happening here?" (apa yang sedang terjadi?)

Singkat cerita, terbersit ide membuat lagu berdasarkan insiden tersebut. Benson membawa idenya ke Cleveland yang menyambut baik ide tersebut. Akan tetapi member Four Tops justru enggan menerima lagu itu. Mungkin ada rasa khawatir karir mereka terganggu bila mereka membawakan lagu itu.

Singkat cerita, lirik lagu itu sampai ke Gaye yang ternyata juga punya ide yang selaras. Hatinya terketuk dengan sejumlah aksi kekerasan yang terjadi di negaranya.

Ia enggan membawakan lagu cinta setelah melihat situasi yang terjadi di sekelilingnya. Apalagi Gaye memiliki seorang saudara laki-laki veteran perang Vietnam yang menceritakan betapa horornya perang di sana. Bahkan salah seorang sepupunya tewas dengan tragis.

Gaye bersedia membawakan lagu itu asal lagu itu direvisi dengan menambah lirik baru dan mengubah melodi. Ketika sedang mengerjakan sejumlah lirik baru untuk lagu itu, ia memberi judul lagu "What's Going On". Pada akhirnya Gaye membawakan lagu itu sekaligus menjadi produser, penyanyi latar dan memainkan instrumen piano.

Lagu itu meraih sukses besar secara komersial. Memuncaki tangga lagu R&B Billboard dan nomor 2 di Billboard Hot 100. Meski tidak pernah meraih Grammy Awards, lagu itu menduduki peringkat 4 lagu terbaik sepanjang masa dalam daftar "500 Greatest Songs of all Time" oleh majalah Rolling Stone di tahun 2004 dan 2010. Di tahun 2020, album "What's Going On" malah menduduki posisi puncak daftar "500 Greatest Albums of All Time" oleh majalah yang sama.

Video musik lagu ini tidak pernah diproduksi. Tapi di tahun 2019 muncul video musik dengan sejumlah footage demonstrasi yang sepertinya berkaitan dengan gerakan "Black Lives Matter". Berikut lagu "What's Going On" dari Marvin Gaye versi video lirik yang dirilis tahun 2021 lalu dalam rangka memperingati 50 tahun album Gaye paling ikonik itu.




1. Give Peace A Chance - Plastic Ono Band

Lagu "Give Peace A Chance" dari Plastic Ono Band sudah lama menjadi semacam anthem gerakan anti perang di AS. Lagu yang digubah oleh John Lennon itu juga relevan dengan gerakan anti rasisme dan ketidakadilan, isu yang kerap terjadi di berbagai belahan dunia.

Plastic Ono Band adalah proyek solo Lennon ketika ia masih menjadi member The Beatles. Ia berkolaborasi dengan sang istri, Yoko Ono.

Lagu itu merupakan bagian dari single atau tunggalan band yang diberi judul "Give Peace A Chance / Remember Love" dimana lagu "Remember Love" menjadi B-side tunggalan tersebut. Kedua lagu tersebut dirilis tanggal 4 Juli 1969.

Proses kreatif lagu ini sungguh unik. Lagu ini lahir selama keduanya melakukan aksi "Bed-In for Peace" atau rebahan di ranjang selama beberapa hari dalam rangka memprotes perang dan mempromosikan perdamaian. Aksi mereka dilakukan dari satu hotel ke hotel lain.

John Lennon dan istrinya sebenarnya sedang berbulan madu usai menikah pada 20 Maret 1969. Tetapi bukannya menikmati kebersamaan dan tidak memikirkan pekerjaan, mereka malah membuat sebuah proyek musik.

Tapi proyek pasutri Inggris-Jepang itu bukan proyek kaleng-kaleng. Ada sebuah pesan penting yang ingin mereka sampaikan, yaitu pesan anti perang.

Walau tidak tertuang secara eksplisit di dalam lirik, lagu ini memprotes Perang Dingin yang terjadi antara dua negara adikuasa pada waktu itu, AS dan Uni Soviet. Sebagai musisi yang cinta damai dan terkenal, John Lennon ingin mendorong lebih banyak orang untuk mendukung perdamaian.  

Ada cerita menarik tentang pemilihan judul lagu tersebut. Ketika sejumlah reporter mewawancarainya tentang gerakan "Bed-In" yang mereka lakukan, Lennon melontarkan kalimat "just give peace a chance" yang artinya beri perdamaian sebuah kesempatan.

Semuanya berlangsung begitu cepat. John segera menulis lirik lagu dengan judul dari kalimat tersebut. Ia menulis draft lirik lagu pada secarik kertas dan menggubahnya menjadi lagu.

Lirik lagunya terkesan aneh, tetapi kita segera memahaminya sambil mengangguk-anggukan kepala mengikuti irama musik. John Lennon bermaksud agar perdamaian itu ya perdamaian saja, tidak usah membawa-bawa keyakinan kita, preferensi politik kita, hingga idola kita. Damai ya damai saja.

Ketika lagu itu jadi, John Lennon merekamnya dengan cara yang unik pula. Tanggal 31 Mei 1969, Lennon, Ono dan sejumlah kawan-kawan mereka (Tommy Smothers, Timothy Leary, Allen Ginsberg dan Petula Clark) sepakat merekam lagu tersebut di kamar hotel suite 1472 Queen Elizabeth Hotel di kota Montreal, Kanada. Bahkan ketika merekam lagu itu, John dan Yoko mengenakan piyama.

Mereka menggunakan mikrofon dan alat perekam empat track serta rekaman video. Tetapi sebenarnya ada rekaman awal yang dibuat sehari sebelumnya. Rekaman musik termasuk dokumentasi video sesi latihan itu tidak pernah dirilis.

Lagu "Give Peace A Chance" terbilang sukses, khususnya di Eropa. Di tangga lagu Inggris, lagu itu menduduki posisi 2. Sedangkan di AS, lagu itu berada di posisi 14 tangga lagu AS Billboard Hot 100.

Pada bulan Oktober 1969, lagu itu dinyanyikan oleh para demonstran secara massal di sebuah demonstrasi besar "The Moratorium to End the War in Vietnam". Demonstrasi itu punya maksud untuk mengakhiri Perang Vietnam.

Pada tanggal 8 Desember 1980, kabar meninggalnya John Lennon mengejutkan fansnya di seluruh dunia. Pada 14 Desember 1980, para fansnya berkumpul di sejumlah kota antara lain London, Liverpool dan New York City untuk mengenang kepergian sang legenda musik seraya menyanyikan lagu tersebut.

Oh ya, ada cerita menarik tentang draft lagu yang ditulis Lennon di kertas sebagaimana disampaikan oleh Songfacts. Jadi ada remaja 16 tahun bernama Gail Renard (kini menjadi seorang penulis serial komedi, penulis buku dan produser) yang nekat menyelinap masuk ke kamar 1472 Queen Elizabeth Hotel bersama temannya demi menemui sang idola.

Tak disangka mereka disambut baik oleh pasutri terkenal itu. Tak lama mereka pun akrab. Nah, John Lennon memberikan sejumlah barang termasuk draft lagu itu kepada Renard seraya mengatakan "Suatu hari ini akan bernilai".  

Di tahun 2008, draft lagu "Give Peace A Chance" dilelang oleh Balai Lelang Christie di London. Draft lagu asli tulisan tangan John Lennon di atas kertas itu laku terjual dengan harga GBP 421,250 atau sekira 7,6 miliar rupiah (kurs Juli 2008: GBP 1 = IDR 18.201).

Berikut video musik awal lagu "Give Peace A Chance". Selain John Lennon, Yoko Ono dan kawan-kawan mereka, ada sejumlah fans dan selebritas yang ikut meramaikan suasana di dalam kamar suite 1472 Queen Elizabeth Hotel.



Sedangkan berikut ini video musik versi remixed dengan kualitas HD dan suara lebih jernih. Di versi ini terdapat footage sejumlah aksi demonstrasi di sejumlah tempat.



***

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun