Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Pilih Capres yang Mana Biar Gak di Bilang Kafir ?

2 Juli 2014   06:34 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:53 139 0
Pertanyaan inilah yang mulai menghantui masyarakat Indonesia saat ini dalam memilih dan menentukan siapa yang menjadi Presiden RI periode 2014-2019.
Stigma ini muncul beriringan dengan kencangnya hembusan kampanye hitam beraroma SARA dari kubu yang ingin mendapatkan Kursi Kekuasaan. Mulai dari Isu Kristenisasi sampai masalah Ibadah Pribadi seseorang pun dijadikan alat untuk menyerang lawan politiknya ? Tak lain dan tak bukan untuk menarik suara massa Islam yang sejatinya sebagai Mayoritas di Republik ini. Jelas sudah bahwa kita mundur beberapa langkah dari harapan Reformasi, itu terlihat dengan adanya Distorsi Kognitif yang ada pada Jiwa Wakil Rakyat kita yang akan kita beri amanah dalam menjalankan Negara dengan segala ke-majemukkannya.
Stigma ini terbangun di kalangan umat lantaran Negara tidak mampu mengawal Proses Pemilu yang fair, akibatnya banyak akun-akun gelap di Media Sosial yang entah siapa pengelolanya kerap kali menjelekan Capres tertentu dan terkesan sengaja dibiarkan oleh Negara. Hal ini pun juga terbangun di kalangan umat lantaran para Imam yang terlalu gegabah dalam menentukan pilihannya tanpa mengikuti Proses Pemilu sampai selesai guna menyeleksi, menyaring informasi yang ada dan menentukan sikap politiknya.
Tanpa sadar Islam saat ini ter-Polarisasi atau berhasil di pecah oleh kepentingan-kepentingan Elit Politik saat ini. Perpecahan-perpecahan itu pun sangat jelas terlihat dalam perselisihan di tubuh internal ormas-ormas Islam yang menyatakan dukungannya secara terang-terangan pada capres tertentu.
Fenomena ini terjadi karena MUI sebagai wadah para ulama untuk melakukan ijtihad, seolah telah kehilangan kewibawaan di mata umat. Pada akhirnya umat semakin jauh dari nilai-nilai agama dan akhirnya para Tokoh Agama mengalami disorientasi dalam politik.
Dalam Islam dan Berdasarkan Kaidah Fiqh memilih pemimpin, dianjurkan memilih pemimpin yang resiko buruknya paling sedikit atau paling sedikit mudharatnya. Tapi apakah yang di maksud dengan Mudharat Para Imam itu tadi ? Apakah umat tahu ? Atau umat hanya jadi bagian alat permainan politik ?
Kubu 1 yang tak pernah di serang Isu soal agamanya (padahal ayahnya seorang kristen dan ibunya seorang muslim) dan Pribadi dalam beribadah, fenomena yang muncul adalah ia banyak di dukung Partai Islam yang Notabene kita sama-sama tahu, dari Partai Islam tersebut banyak terlahir Koruptor-Koruptor yang kini meringkuk di Hotel Prodeo (Penjara). Di sisi lain Kubu 1 juga banyak di dukung Ormas Islam. Lantas di manakah letak minim mudharatnya ?
Kubu 2 yang kerap di Isukan Kristen, Tidak Bisa Sholat, Islamnya gak jelas atau akan meng-kristenisasi Indonesia, didukung juga oleh Partai Islam dan Ormas Islam beserta tokoh-tokohnya. Lantas dimana letak minim mudharatnya ?
Klo kita berbicara kuantitas, apakah yang banyak yang benar dan bukan kafir ? Atau yang jumlahnya sedikit yang sesat atau kafir ?
Coba kita simak Firman Allah SWT :
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah” (QS. Al An’am: 116)
Selain itu bahkan Rasul pernah bercerita tentang sebuah tolak ukur kebenaran.
Bahwasanya ada Nabi Allah yang tidak memiliki pengikut, ada yang hanya satu orang, ada pula yang hanya sekelompok orang. Andai yang sedikit itu pasti sesat, apakah mereka tidak memiliki pengikut atau menjadi minoritas karena mengajarkan kesesatan ?
Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
“Diperlihatkan kepadaku umat manusia seluruhnya. Maka akupun melihat ada Nabi yang memiliki pengikut sekelompok kecil manusia. Dan ada Nabi yang memiliki pengikut dua orang. Ada Nabi yang tidak memiliki pengikut” (HR. Bukhari 5705, 5752, Muslim, 220)
Disini jelas di tegaskan bahwa Kebenaran tidak diukur dari Kuantitas atau banyaknya pengikut.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengingatkan kita :
Demi Allah ! Bukanlah kefaqiran yang aku takutkan menimpa kalian. Akan tetapi, yang aku takutkan adalah terbukanya dunia bagi kalian, sebagaimana telah terbuka bagi umat-umat sebelum kalian. Sehingga kalian akan berlomba-lomba, sebagaimana mereka telah berlomba-lomba. Demikian itu akan menghancurkan kalian, sebagaimana juga telah menghancurkan umat sebelum kalian. [Muttafaqun 'alaih].
Apakah Fenomena ini muncul sebagai tanda hancurnya Islam ?
Nabi Muhammad SAW juga pernah bercerita bahwa Islam itu awalnya asing, dan akan kembali menjadi asing kelak. Dan beliau memuji orang-orang yang masih mengamalkan ajaran Islam ketika itu.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
“Islam pada awalnya asing dan akan kembali asing kelak sebagaimana awalnya. Maka pohon tuba di surga bagi orang-orang yang asing” (HR. Muslim no.145)
Nah, apakah kita seorang yang beragama Islam itu asing ketika mayoritas manusia mengamalkan ajaran Islam ? Bahkan yang minoritas ketika itu adalah yang dipuji oleh Rasulullah.
Al Fudhail bin Iyadh rahimahullah (wafat 187 H) berkata:
“Janganlah engkau menganggap buruk jalan-jalan kebenaran karena sedikit orang yang menjalaninya. Dan jangan pula terpedaya oleh banyaknya orang-orang yang binasa” (Dinukil dari Al Adabusy Syar’iyyah 1/163)
Lantas bagaimana kita sebagai umat dan rakyat menyikapi Fenomena-Fenomena ini untk menentukan pilihan kita siapa yang layak menjadi Presiden Periode 2014-2019 dan membawa Indonesia pada kemerdekaan yang hakiki ?
Cermati Visi-Misi Para Kandidat, Simak Debat Capres Terakhir dan Shalat Istikharah .
Shalat Istikharah adalah shalat sunnah yang dikerjakan untuk meminta petunjuk Allah oleh mereka yang berada di antara beberapa pilihan dan merasa ragu-ragu untuk memilih atau saat akan memutuskan sesuatu hal.
Dan yakinlah pada pilihan anda, pasrahkanlah pada-Nya. Apapun yang terjadi nanti adalah atas Qadhar-Nya (Ketetapan-Nya)
Sebagaimana Firman-Nya :
“…Allah mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya).” (QS. al-Fath: 18)
Wallahu a'alam.. Maha Benar Allah atas segala Firman-Nya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun