Selain dua raksasa yang diprediksi bakal berikan atmosfer membara pada kompetisi Negeri Tiga Singa, Arsenal, yang pada musim sebelumnya sukses bertahta di gelaran FA selama dua tahun lamanya, juga tak mau ketinggalan dengan mengusung misi dapatkan gelar liga kedua pada lintang milenium anyar.
Tim Meriam London, yang dahulu bermarkas di Stadion Highbury, akan menjadi nama yang mengukir musim suci. Musim yang bagi seluruh penggemar Arsenal disebut sebagai musim dimana kebahagiaan tak pernah berhenti. Hal itu bahkan sudah terlihat ketika para penggawa belum memasuki lapangan. Lorong stadion yang jadi awal keberangkatan pemain menuju pertandingan, sudah lebih dulu melambungkan parade kemenangan sebelum masuk ke medan perang.
Kemenangan memang menjadi hal yang tidak selalu didapat. Namun setidaknya mereka tak pernah menyentuh satupun kekalahan.
Maka, untuk mengenang musim luar biasa pasukan meriam di bawah asuhan Arsene Wenger, sebuah julukan "The Invincibles" masih menjadi yang begitu agung ketika para penggemar membuka ulang kisah lama yang pernah membuat semua orang terpana.
Arsene Wenger
Status juara Arsenal tanpa tersentuh kekalahan terbalut rapi dalam rangkaian 38 pertandingan, dengan rincian 26 kali menang dan 12 kali seri. Mereka berhasil mengumpulkan 90 poin, unggul 11 angka dari Chelsea yang duduk di tangga kedua.
Satu nama yang layak mendapat penghargaan sebelum masuk ke dalam skuad spektakuler yang dimiliki Arsenal adalah sosok Arsene Wenger. Pelatih asal Prancis tersebut telah berhasil menciptakan sebuah mahakarya yang sampai saat ini belum ada yang mampu menyamai raihannya.
Wenger berhasil memadukan secara sempurna setiap kelebihan yang dipunya, untuk menghasilkan tim yang paripurna. Penulis The Guardian, Kevin Mitchell, bahkan menyebut sang profesor sebagai pelatih paling cerdik di Liga Primer, atau mungkin pelatih terbaik sepakbola di masa itu.
Apa yang ditulis oleh Kevin Mitchell memang bukan sebuah pujian biasa. Ada maksud dan alasan impresif, yang memang menggambarkan betapa fantastisnya Wenger ketika itu. Wenger dianggap tidak hanya merevolusi Arsenal namun juga seluruh elemen sepakbola Inggris. Dia memperkenalkan gaya pelatihan baru, yang mana seorang nahkoda tim tidak hanya berfokus pada taktik yang akan diterapkan, namun juga pada pentingnya kebugaran, gaya hidup setiap pemain, dan diet khusus untuk memproduksi penggawa yang profesional dan memiliki disiplin tinggi.
Selain meletakkan fokus pada setiap detail seluruh pemain Arsenal, Wenger juga dikenal sebagai pencari bakat ulung. Nama Freddie Ljungberg yang didatangkan dari Swedia pada tahun 1998 menjadi salah satu bukti, betapa jelinya Wenger dalam menemukan sosok berbakat. Kemudian ada juga palang pintu kokoh Kolo Toure yang didatangkan dari klub Pantai Gading, ASEC Mimosas, pada tahun 2002.
Sebelum dimulainya musim bersejarah itu sendiri, Arsene Wenger dihadapkan dengan kondisi yang tidak ideal. Arsenal dipaksa untuk tidak agresif di bursa transfer karena fokus keuangan mereka memang tengah terpecah, dimana aliran dana yang ditujukan ke pembangunan stadion baru, Emirates, menjadi prioritas utama.
Beruntung dengan kecerdikan Wenger, Arsenal tetap berhasil mendapatkan jasa Jens Lehmann dengan harga murah, plus Jose Antonio Reyes yang sudah lebih dulu didatangkan pada bursa transfer musim dingin. Ketika itu, pergerakan Wenger di bursa transfer juga cukup diperhitungkan setelah ia mampu menggaet pemain muda berbakat semacam Gael Clichy, Cesc Fabregas, dan Djohan Jorou, serta mempertahankan pemain andalan seperti Robert Pires dan Patrick Vieira dengan memberi mereka pembaruan kontrak anyar.
Pada akhirnya, segala yang telah dipersiapkan bermuara pada pertandingan yang diperankan oleh setiap penggawa. Arsene Wenger menggunakan skema 4-4-2 dengan adaptasi menjadi 4-4-1-1.
Skema Permainan
Dalam skema 4-4-2 yang diisi oleh Thierry Henry dan Dennis Bergkamp di lini depan, Robert Pires dan Freddie Ljungberg di sisi lapangan, Gilberto Silva dan Patrick Vieira di poros permainan, serta Ashley Cole, Kolo Toure, Sol Campbell, dan juga Lauren lengkap dengan Jens Lehmann di posisi pertahanan, Arsenal menjadi tim yang selalu gagal dikalahkan.
Bergkamp yang ditempatkan di lini serang bersama Henry sering turun ke bawah dan berperan sebagai pemain nomor 10. Sementara itu, dua pemain sayap memiliki peran yang cenderung membantu lini tengah dan siap bergerak maju bila dibutuhkan. Kemudian, dua fullback eksplosif dalam diri Ashley Cole dan Lauren sukses masuk ke dalam salah satu generasi awal bek sayap modern. Selain memiliki kemampuan bertahan, dua pemain tersebut juga kerap merepotkan lini pertahanan lawan dengan gerakan-gerakan agresif ketika melakukan serangan.
Dalam membentuk pola pertahanan melalui skema dasar tersebut, Arsenal menjadi tim yang akan menunjukkan pressing intensitas sedang ketika kehilangan bola. Bentuk skuad asuhan Wenger ketika bertahan adalah, pertama, menggunakan Henry dan Bergkamp sebagai pemain yang bertugas untuk menekan bek lawan yang menguasai bola.
Di garis yang lebih dalam, Patrick Vieira berhasil menjadi pemutus serangan lawan dimana dia mampu memberi tekanan pada gelandang lawan yang tengah menguasai bola. Gerakan tiba-tiba yang dilakukan Vieira kerap kali membuat Arsenal sering mendapatkan turn over di lapangan tengah. Dengan begitu, serangan balik pun jadi lebih mudah dilakukan karena dekat dengan gawang lawan.
Sementara itu tandem nya, Gilberto Silva, bertugas melindungi bek tengah apabila bola berhasil melewati Vieira.
Biasanya, lawan yang kesulitan melewati dua gelandang tangguh milik Arsenal akan melakukan bola-bola lambung, yang mana hal tersebut juga seringkali dipatahkan oleh duet Sol Campbell dan Kolo Toure yang memang fasih menghalau serangan semacam itu. Kalaupun mereka gagal, masih ada Jens Lehmann yang tidak mudah untuk ditaklukkan.
Cara bertahan Arsenal sepanjang musim terbilang sederhana namun sangat efektif. The Gunners hanya kebobolan sebanyak 26 gol dalam 38 pertandingan.
Di sisi lain, dalam melakukan transisi serangan, mereka akan memenangi bola secepat mungkin dengan tujuan untuk memaksimalkan serangan balik, yang sering disebut punya daya hancur spektakuler.
Pola serangan Arsenal yang sering mendapatkan bola dari lini tengah, akan memunculkan para gelandang yang dengan cerdik mendistribusikan bola ke pemain depan. Dibarengi umpan satu-dua sentuhan lengkap dengan pergerakan pemain yang begitu cair, serangan Arsenal tak hanya melibatkan nama Henry dan Bergkamp yang memang punya ikatan erat dengan catatan gol, namun juga Robert Pires dan Freddie Ljungberg yang sering melakukan cut inside.
Maka, tak jarang kita melihat dua pemain tersebut, Pires khususnya, turut menyumbang gol untuk memberi kemenangan pada tim Meriam London.
Henry, yang boleh dibilang sebagai pemain kunci Arsenal dalam meraih status The Invincibles, sukses menyumbangkan sebanyak 30 gol sepanjang musim. Akselerasi, teknik menendang, teknik olah bola, hingga kemampuan menyelesaikan peluang, murni dimiliki oleh pria bernomor punggung 14.
Kerap berlari dari sisi kiri sebelum masuk ke kotak penalti, Henry akan menyelesaikan pertunjukannya dengan sebuah sontekan yang seringkali mengandalkan kaki kanan bagian dalam, untuk memantik tawa bahagia para penggemar Arsenal.
Yamadipati Seno dalam bukunya yang berjudul, Arsenal Berhati Nyaman, menyimpulkan bahwa Arsenal musim 2003/04 berhasil menunjukkan identitas taktikal yang jelas. Pertama, mereka mampu melepas umpan kunci dari segala posisi. Kedua, banyak memaksimalkan gerak dalam memotong dari sisi lapangan ke kotak penalti. Ketiga, memaksimalkan kemampuan overlap dua bek sayap yang tangguh dalam bertahan dan agresif dalam menyerang, serta keempat atau yang terakhir, Arsenal mampu memaksimalkan pergerakan bola yang cepat untuk bermain kombinasi di sepertiga akhir.
Kini, narasi tentang tim juara Arsenal dengan nir kekalahan telah mandek selama lebih dari 15 tahun. Arsenal yang telah ditinggal Arsene Wenger beberapa kali mencoba peruntungan bersama jurulatih baru. Namun tetap saja, mereka gagal mengulang kejayaan di masa lampau.
Jangankan mengulang era kejayaan dengan status tanpa kekalahan, untuk kembali naik ke panggung juara Liga Primer Inggris saja masih belum terlaksana.
Lekas pulih Arsenal! Ada banyak pasang mata yang ingin menyaksikan masa dimana sebuah era bersejarah itu terulang.