Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Konsisten Tampil di Level Dunia, Siapa Sosok di Balik Kebangkitan Sepak Bola Jepang?

11 Mei 2023   08:45 Diperbarui: 11 Mei 2023   08:51 535 4
Di mulai dari Piala Dunia edisi 1998, timnas Jepang selalu muncul dalam daftar partisipan empat tahunan. Pada gelaran Piala Dunia tahun 2022 kemarin saja, satu lingkaran merah yang terletak di atas kain putih, menjadi simbol yang terus berkibar ketika sepak bola tengah menggelar pesta.

Jepang menjadi definisi dari kesuksesan bukanlah sebuah kebetulan. Ada perjalanan panjang yang mengiringi perjuangan demi perjuangan yang dilakukan. Selain itu, ada orang-orang yang terus bekerja keras demi menciptakan sebuah iklim kesuksesan dalam sepak bola, yang notabene jadi olahraga kurang populer di Jepang.

Salah satu sosok paling berjasa dalam kebangkitan sepak bola Jepang hingga sekarang adalah Tom Byer.

Siapa Sebenarnya Tom Byer?

Tom Byer merupakan pria asal Amerika yang kini berusia 61 tahun. Sebagai orang yang berkecimpung di dunia sepak bola, Byer bukanlah mantan pemain yang dikenal oleh banyak orang. Dia memiliki perjalanan karir yang sederhana. Dia menghabiskan nyaris seluruh karirnya di negeri Paman Sam, sebelum akhirnya memilih hijrah ke Jepang pada tahun 1986.

Ketika itu, dia membela Kashiwa Reysol selama setahun dan langsung merasa jatuh cinta sedalam-dalamnya terhadap kultur Jepang.

Byer menganggap bila warga Jepang, termasuk anak-anak, memiliki karakter yang tidak jauh berbeda dari negara-negara maju di Eropa. Menurutnya, orang-orang Jepang sangat terorganisir, punya disiplin tinggi, dan peka terhadap detail.

Untuk memenuhi hasrat memajukan sepak bola di Asia, Jepang khususnya, Byer kemudian tak ragu untuk membentuk organisasi yang berfokus pada pelatihan sepak bola remaja pada tahun 1989. Caranya, Byer yang secara kebetulan bekerja di sekolah Internasional di sana memiliki murid yang merupakan anak dari seorang bos Nestle Jepang. Dia lantas berkomunikasi dengan anak tersebut untuk bisa menjalin kerja sama dengan orang tuanya.

Setelah mendengar dan mempelajari rencana Byer, tanpa ragu, bos Nestle itu kemudian memutuskan untuk mensponsori program sepak bola tersebut untuk melakukan tur nasional dengan 50 program pelatihan sepak bola.

Program itu menjadi terobosan perdana Byer untuk merevolusi sepak bola Jepang. Dia telah berhasil menciptakan riak pertama untuk membentuk sebuah gelombang besar nantinya.

Program Pelatihan Coerver

Setelah melalui kerjasama dengan Nestle, Byer "hanya" melakukan pengembangan sepak bola remaja dengan tujuan hiburan. Dia lantas membuka sekolah sepak bola bersama dengan mantan pelatih Toronto FC, Paul Mariner. Keduanya sepakat untuk membentuk Program Pelatihan Coerver pada tahun 1993.

Program Pelatihan Coerver terinspirasi dari metode yang diciptakan oleh pelatih Belanda, Wiel Coerver. Metode tersebut disajikan dalam sebuah piramida dengan langkah-langkah yang dibangun dari dasar di bagian bawah, menuju simulasi permainan nyata di bagian atas.

Pemain akan memulai pelatihan dasar secara individual. Mereka akan diperlihatkan cara yang berbeda dalam mengontrol dan memainkan bola. Dalam hal ini, mereka akan berlatih tanpa lawan, meskipun pelatihan dasar tersebut digunakan ketika berada dalam situasi berhadapan dengan lawan. Tujuannya adalah agar pemain menguasai dasar permainan tersebut. Pelatihan itu pun akan terus diulang sampai pemain benar-benar lihai dalam melakukannya.

Setelah pelatihan itu tercapai, fokus bergeser ke fase menerima dan mengirimkan bola. Pemain diharapkan menguasai akurasi, sentuhan pertama yang baik dengan kedua kaki, dan didorong untuk berkreasi dengan passing sebagai kelanjutan.

Setelah segala dasar permainan dalam sepak bola telah berhasil dikuasai, pemain-pemain tersebut akan dikumpulkan dan diminta untuk melakukan uji coba satu lawan satu, di mana mereka harus menggunakan keterampilan yang telah dikembangkan untuk mengalahkan satu atau beberapa pemain bertahan.

Sekali lagi, proses pengulangan keterampilan yang diperoleh akan terus dilakukan, dengan tujuan membantu para pemain menjadi pemikir kritis dan pemecah masalah ketika berada di bawah tekanan tertentu.

Ketika tahapan dari bagian bawah piramida telah dilewati satu demi satu, fokus kemudian berlanjut ke dalam proses latihan kecepatan dan urgensi. Dalam hal ini, pemain akan diberikan latihan dengan dan tanpa bola untuk meningkatkan kecepatan, kelincahan, dan mempertajam pengambilan keputusan.

Ketika paket ball mastery, receiving and passing, 1v1 attack plus defense, hingga speed ability telah dikuasai, maka sampailah pemain pada proses pelatihan finishing guna mengasah insting mereka di sekitar gawang.

Pelatihan itu kemudian berlanjut ke pengumpulan kelompok besar, untuk menjalani simulasi permainan.

Melalui program pelatihan Coerver yang kemudian menjadi terkenal dan sangat populer, Tom Byer bisa dengan mudah menggaet banyak siswa. Sampai setidaknya awal 2022 kemarin, pria asal Amerika itu sudah memiliki sebanyak 100 camp latihan yang tersebar di seluruh Jepang.

Terobosan yang Lebih Besar

Meski namanya telah populer dengan program pelatihan Coerver, Tom Byer jadi lebih tersohor di seluruh pelosok Jepang, usai dirinya juga memanfaatkan media untuk memperkenalkan sepak bola. Byer merasa bahwa media berperan penting dalam menumbuhkan rasa cinta anak-anak terhadap sepak bola.

Pada gelaran Piala Dunia 1998, dia membintangi Program TV Anak-anak nomor satu di Jepang, Oha Suta, dengan mempersembahkan segmen "Teknik Sepakbola Tomsan". Selain itu, teknik pelatihan sepak bolanya yang begitu populer juga dimuat di buku komik Manga nomor satu di Jepang, CoroCoro Comic.

Turut mengikuti perkembangan teknologi, Byer tak lupa untuk menciptakan produk pelatihan sepak bola dalam bentuk DVD, yang diproduksi oleh TV Tokyo, Shopro, dan JVC. Jadi anak mana pun bisa berlatih sepak bola dengan benar di lingkungan sekitar rumahnya, hanya dengan menonton program pelatihan yang telah dikemas dengan sangat menarik.

Langkah tersebut benar-benar membuat jangkauan nya jadi lebih luas, dan menjadikan nama Tom Byer begitu ikonik di persepakbolaan Jepang, khususnya di kalangan anak-anak. Dia menjadi fenomena yang berhasil meningkatkan popularitas sepak bola yang melebihi bisbol di Jepang.

Meski namanya sudah begitu tersohor, Tom Byer masih belum puas untuk terus memunculkan inovasi baru. Tepat pada tahun 2007, Byer yang meninggalkan program pelatihan Coerver, tampil dengan akademi T3, yang benar-benar dikelolanya sendiri. T3 berfokus tidak hanya pada klinik pelatihan, tetapi juga mengembangkan platform multi media untuk menyampaikan program dan kurikulum khusus, dengan tujuan mengembangkan pesepakbola muda yang tersebar di seluruh wilayah Asia.

Pada tahun 2012, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia, atau PSSI, bahkan mengumumkan kemitraan dengan T3, yang diikuti dengan pembukaan T3 Soccer Academy di Indonesia pada Oktober 2013.

Hasil Kerja Keras Tom Byer

Melalui kerja keras, dedikasi, keberuntungan, dan sikap pantang menyerah, Tom Byer yang sudah melakukan program pelatihan nya pada akhir 80 hingga awal 90 an, berhasil menciptakan produk-produk terbaik yang bisa dimanfaatkan oleh sepak bola Jepang.

Pada tahun 1992, Jepang berhasil menjadi juara di kompetisi Asia timur, plus menguasai wilayah Asia. Kemudian pada tahun 1998, atau sekitar sepuluh tahun setelah Tom Byer berkomitmen untuk membangkitkan sepak bola Jepang, negeri Matahari Terbit berhasil lolos ke putaran final Piala Dunia untuk kali pertama.

Yang cukup menggebrak, Jepang akhirnya sukses meneruskan kejayaan di edisi 2002, dengan tidak hanya menjadi partisipan namun juga bertindak sebagai tuan rumah gelaran akbar tersebut. Tahun 2011 kemudian boleh dibilang sebagai puncak dari hasil kerja keras Tom Byer, ketika timnas putra berhasil menjuarai Piala Asia, sementara timnas putri menjuarai Piala Dunia.

Bila dilihat dari pemain yang merupakan hasil didikan Byer, semua tentu mengenal legenda tim nasional wanita Jepang, Aya Miyama. Kemudian ada ikon sepak bola Jepang seperti Keisuke Honda dan mantan bintang Manchester United, Shinji Kagawa. Untuk saat ini, nama Takehiro Tomiyasu dan Kyogo Furuhashi menjadi dua dari sekian produk terbaik yang sukses meniti karir di Eropa.

Kemudian masih ada Takumi Minamino dan Ritsu Doan yang turut menjadi hasil dari kerja keras Byer, di mana kedua pemain tersebut mengikuti program latihan usia 6 sampai 12 tahun. Ketika Ritsu Doan berhasil mencetak gol di laga melawan Jerman pada gelaran Piala Dunia 2022, Tom Byer bahkan tak lupa untuk meluapkan kebanggaannya melalui media sosial Twitter resminya.

Dukungan dari Asosiasi Sepak Bola Jepang

Dedikasi dan kerja keras Tom Byer tidak akan berjalan dengan mulus bila tidak didukung oleh Asosiasi Sepak Bola Jepang, JFA. Asosiasi tersebut benar-benar mengutamakan perkembangan pemain dan sangat mendukung program Tom Byer, mengingat Jepang telah membuat "Rencana 100 Tahun".

"Rencana 100 Tahun" yang dimulai sejak 1992 merupakan mimpi seluruh warga Jepang yang ingin menjadi juara dunia pada tahun 2092.

Untuk kian meningkatkan kualitas para pemain muda, JFA bahkan meluncurkan Prince Takamado U-18 Premier League pada tahun 2011. Kompetisi tersebut memainkan sekitar 360 pertandingan setiap tahun di sembilan wilayah di Jepang. Ribuan penggemar sepak bola pun menunjukkan antusiasnya dengan bersedia hadir untuk menyaksikan kompetisi tersebut.

Lebih lanjut, Tom Byer juga turut terbantu dengan motto Asosiasi Sepak Bola Jepang yang menerapkan standar dunia, bukan lokal. Mereka terus menanamkan karakter pemenang pada setiap diri pemain muda, agar tidak merasa puas ketika baru memenangi kompetisi domestik.

Maka tak heran bila kita melihat sudah banyak sekali pemain Jepang yang bisa tampil dan bersaing di tim berkelas dunia, khususnya di kawasan Eropa.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun