Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Memori Piala Dunia 2006: Antiklimaks Prancis dalam Magis Zinedine Zidane

24 Maret 2022   11:02 Diperbarui: 24 Maret 2022   11:05 1333 3
Semua orang ingat bagaimana Zidane menampilkan sebuah performa luar biasa dalam gelaran Piala Dunia 2006. Ketika Prancis diambang kegagalan di awal putaran, pria yang sempat dilabeli sebagai pemain termahal dunia ini datang sebagai pahlawan. Zidane memang tak sendirian. Tapi ketika itu, kharisma serta skil dewa yang dimilikinya sukses menyihir semua penggemar.Perjalanan Zidane di Piala Dunia 2006 memang sangat istimewa. Pasalnya, dia menjadi pemain yang diundang langsung oleh sang pelatih Raymond Domenech untuk kembali dari masa pensiunnya. Zidane sejatinya telah putuskan pensiun sejak tahun 2004, usai Prancis tersingkir dari babak perempat final Piala Eropa.edisi Portugal.

Namun, Domenech masih sangat membutuhkan Zidane hingga membuat sang pemain kembali dipanggil pada babak kualifikasi Piala Dunia 2006.

Perjalanan timnas Prancis di Piala Dunia 2006

Bergabung dengan Swiss, Togo, dan Korea Selatan, nama Prancis seharusnya bisa menjadi penguasa. Kekuatan serta popularitas tim Ayam Jantan jelas melebihi seluruh lawannya. Namun apa yang terjadi selanjutnya, Prancis justru dipaksa bekerja lebih keras.

Di pertandingan pertama, mereka ditahan imbang Swiss 0-0. Kemudian, pada pertandingan melawan Korea Selatan, mereka belum juga mampu membawa pulang poin penuh, usai gol Thierry Henry di menit ke 9 mampu disamakan oleh Park Ji Sung pada menit ke 81.

Di laga penentuan, Togo menjadi tim yang harus mereka hadapi. Beruntung, Patrick Vieira serta Thierry Henry berhasil membuat skuad asuhan Raymond Domenech menang dan menduduki peringkat kedua grup dengan koleksi 5 poin.

Masuk ke babak gugur, petualangan Zidane sebagai sang playmaker handal mulai masuk ke peran yang sesungguhnya. Spanyol yang datang menghadang berhasil dibuatnya bertekuk lutut di hadapan 43 ribu penonton yang memadati stadion Hannover.

Ketika itu, Les Bleus mempermalukan tim Matador dengan skor 1-3 di babak 16 besar.  Kemenangan Prancis ketika itu terbilang mengejutkan, mengingat Spanyol muncul sebagai tim yang lebih difavoritkan. Betapa tidak, bermain di grup H bersama Ukraina, Tunisia, dan Arab Saudi, Spanyol berhasil melibas semua pertandingan dengan kemenangan.

Di awal pertandingan melawan Prancis saja, Spanyol langsung memperlihatkan performa mengesankan. Mereka berhasil menguasai pertandingan hingga unggul lebih dulu lewat aksi David Villa melalui titik putih pada menit ke 28.

Namun, kondisi tertinggal tak membuat mental Prancis mengendur. Mereka berhasil menyamakan kedudukan lewat Franck Ribery pada menit ke 41, usai menerima umpan ciamik Patrick Vieira.

Vieira yang tampil mengesankan kemudian berhasil mencetak gol kedua untuk Prancis pada menit ke 83. Gol yang tercipta berawal dari sepakan bola mati Zinedine Zidane untuk kemudian dimanfaatkan oleh para pemain Prancis di kotak penalti lawan

Di menit akhir pertandingan, Zinedine Zidane kian melengkapi duka Spanyol di pertandingan itu. Berawal dari kesalahan pemain belakang La Furia Roja, Zidane yang kemudian menerima bola berhasil mengelabui Carles Puyol untuk memastikan kemenangan 3-1 Prancis atas Spanyol.

Magis Zidane di Laga Melawan Brasil

Di babak perempat final, Prancis harus menghadapi tim kuat Brasil. Laga itu boleh dibilang sebagai tantangan terberat tim Ayam Jantan, mengingat Brasil merupakan tim yang masuk ke dalam partai final di tiga Piala Dunia edisi sebelumnya. Selain itu, di tahun 2006, Brasil juga dihuni oleh deretan pemain jempolan. Sebut saja Ronaldo yang kita tahu punya skil ajaib sebagai seorang penyerang, Ronaldinho yang berhasil membuka gerbang kejayaan FC Barcelona, hingga Ricardo Kaka yang masih menikmati masa kejayaan bersama AC Milan.

Belum lagi di barisan belakang yang dihuni oleh Cafu, Lucio, sampai si kaki meteor Roberto Carlos.

Namun, seluruh pemain berlabel bintang yang dimiliki timnas Brasil justru takluk oleh magis Zinedine Zidane, yang menunjukkan permainan yang sangat menghibur.

Pertunjukkan Zidane dimulai dengan sebuah sapaan ikonik kepada rekan setimnya di Real Madrid, Ronaldo Lus Nazrio de Lima. Kemudian, belum juga pertandingan berjalan selama semenit, Zidane sudah memberikan peringatan berupa liukan tajam yang sukses mengecoh sejumlah pemain Brasil.

Lewat sebuah permainan sepakbola rumit namun sederhana menurut Marcel Desailly, Zidane kemudian berhasil mengecoh Ricardo Kaka melalui sentuhan ajaibnya.

Dari situ, penampilan Zidane terus tuai pujian. Tak terhitung seberapa banyak skil indah yang ditunjukkan untuk dapat menguasai pertandingan. Hari itu, Zidane sekali lagi telah menunjukkan bahwa sepakbola tak melulu tentang kecepatan dan mencetak gol. Baginya, sebuah sentuhan indah namun sederhana sudah cukup untuk membuat semua terpana.

Hingga pada akhirnya, pertunjukkan brilian Zidane berujung pada sebuah assist indah yang berhasil dimanfaatkan menjadi gol oleh pemain Arsenal, Thierry Henry. Lewat gol semata wayang Henry, Prancis kemudian berhasil menang dengan skor 1-0 untuk menghentikan langkah tim bertabur bintang Brasil, sekaligus melaju ke babak semi final.

Antiklimaks di Akhir Turnamen

Di babak semi final, Prancis bertemu dengan Portugal yang di pertandingan sebelumnya berhasil mengalahkan timnas Inggris lewat drama adu penalti. Di laga itu, Prancis berhasil menang dengan skor 1-0 melalui sepakan penalti Zinedine Zidane.

Berlanjut ke partai final, Prancis harus berhadapan dengan timnas Italia yang baru saja menyingkirkan tim tuan rumah Jerman melalui pertandingan yang begitu dramatis. Semua banyak yang menganggap bila pertemuan antara Prancis dan Italia di partai final sangat layak untuk diikuti. Betapa tidak, pemain yang tampil di partai puncak itu nyaris semuanya dikenal orang.

Baru berjalan tujuh menit, Zidane berhasil membuka keunggulan Prancis lewat sebuah tendangan penalti yang begitu menawan. Meski bola sempat keluar dari gawang dan diamankan Buffon, wasit tetap mengesahkan gol yang diciptakan Zidane.

Tak lama berselang, Italia berhasil menyamakan kedudukan lewat aksi Marco Materazzi pada menit ke 19.

Setelah pertandingan berjalan sampai 90 menit, tidak ada lagi gol yang tercipta.

Di babak tambahan, muncul lah sebuah insiden yang tak akan pernah dilupakan dunia. Zinedine Zidane yang dianggap sebagai pemain terbaik sepanjang turnamen, telah menodai namanya sendiri dengan aksi tandukan yang mengarah ke dada Marco Materazzi.

Tepat di menit ke 108, mulanya Zidane terlibat adu mulut dengan Materazzi. Sempat meninggalkan sang bek asal Italia, Zidane kemudian berbalik dan melakukan aksi yang tak pernah diduga-duga sebelumnya.

Sontak, pertandingan pun pecah dengan riuh penonton. Selain itu, para pemain yang berada di lapangan juga ikut tersulut. Wasit yang menyaksikan kejadian tersebut langsung memberi hadiah kartu merah kepada Zidane, untuk memaksa sang pemain meninggalkan lapangan lebih cepat.

Sejatinya, Prancis masih mampu mengimbangi Italia hingga akhir pertandingan, meski satu pemain andalan mereka dikeluarkan. Namun segala perjuangan yang diciptakan sepanjang gelaran, pupus dengan sebuah kekalahan di final. Melalui drama adu penalti, Prancis mengakhiri turnamen dengan kucuran air mata.

Zidane, selain diingat sebagai pemain yang tampilkan permainan indah, juga tak akan pernah dilupakan sebagai pemain yang telah melakukan tandukan paling berbahaya sepanjang sejarah sepakbola.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun