Mohon tunggu...
KOMENTAR
Bola Pilihan

Luis Garcia, Gol Hantu, dan Masalah Kesehatan Mental

7 Maret 2022   07:52 Diperbarui: 7 Maret 2022   07:58 1756 3
Pecinta sepakbola Liga Primer Inggris era 2000 an tentu tidak asing dengan nama Luis Garcia. Pemain asli Spanyol yang merupakan didikan asli La Masia itu pertama kali muncul sebagai pemain jempolan kala berseragam Atletico Madrid pada tahun 2002.

Ya, di awal periodenya bersama FC Barcelona, bakat Luis Garcia lebih banyak disia-siakan ketimbang dimanfaatkan. Itu mengapa, dia lebih sering menjalani masa peminjaman ke berbagai klub, seperti Valladolid, Tolledo, dan Tenerife, sampai kembali lagi ke Valladolid.

Pada tahun 2002, Barcelona yang tampak tidak ingin membawa nama Luis Garcia ke dalam skuad yang diandalkan kemudian rela melepas permatanya itu ke klub berjuluk Los Rojiblancos. Tak dinyana, tampil bersama Atletico Madrid justru membuat sang pemain memiliki salah satu musim paling mengesankan sepanjang karir.

Dengan torehan sembilan gol dalam 30 pertandingan liga, Barcelona tertarik untuk mengaktifkan klausul pengembalian Luis Garcia ke Katalan. Meski berhasil tampil cukup konsisten untuk Barcelona dengan membawa klub tersebut duduk di tangga kedua tepat di belakang Valencia sebagai pemegang gelar liga, Luis Garcia malah dijual ke Liverpool yang saat itu ditangani Rafael Benitez.

Dengan biaya sebesar enam juta euro atau setara 101 miliar rupiah, Luis Garcia resmi dikontrak dengan durasi selama lima tahun dan menjadi rekrutan asal Spanyol keempat Liverpool pada musim panas 2004. Tepat sembilan hari setelah peresmiannya, Luis Garcia langsung mendapat tempat di tim utama. Dia tampil brilian dan sukses memainkan peran yang amat mengagumkan.

Gol Hantu di Balik Gelar Ajaib Liverpool Tahun 2005

Meski baru memulai debut di kompetisi Inggris, Luis Garcia mampu membuat gebrakan. Banyak sekali pertandingan yang dimainkan. Tak hanya di kompetisi lokal, namun juga Eropa yang mempertemukan Liverpool dengan tim-tim terbaik lainnya.

Bicara soal kompetisi Eropa, Luis Garcia punya pengalaman luar biasa bersama Liverpool. Dia menjadi bagian tim yang berhasil membuat keajaiban di Turki. Semua penggemar sepakbola tentu masih ingat tentang betapa agungnya memori yang diciptakan. Dalam sebuah partai final yang sangat menegangkan, AC Milan yang ditantang sebagai lawan tampak bakal keluar sebagai juara.

Betapa tidak, dengan deretan skuad bertabur bintang, Milan asuhan Carlo Ancelotti berhasil mencetak tiga gol di paruh pertama pertandingan. Sontak saja, para penggawa tim asal Italia itu langsung merayakan kemenangan di jeda babak pertama. Namun ternyata, itu justru menjadi petaka bagi mereka. Liverpool yang saat itu juga terdapat nama Luis Garcia, berhasil menyamakan kedudukan 3-3 untuk memaksa pertandingan dilanjutkan ke babak tambahan.

Setelah tidak ada lagi gol yang tercipta, akhirnya, drama adu penalti dijadikan sebagai penentuan. Milan yang tampak murung usai dikejutkan dengan berondongan tiga gol Liverpool di babak kedua memainkan drama ini dengan tidak meyakinkan. Dua penendang pertama mereka, Pirlo dan Serginho, gagal total.

Hal itu pun membuat semangat Liverpool yang telah berkobar jadi kian membara. Benar saja, Liverpool berhasil memenangkan pertandingan yang sangat dramatis ini dengan skor 3-2 di babak adu penalti, setelah sebelumnya sempat terjungkal dengan gelontoran tiga gol di babak pertama.

Namun yang paling diingat dari Luis Garcia bukan hanya soal laga final paling mengagumkan ini. Akan tetapi juga satu golnya yang disebut tak pernah melewati garis gawang, di laga melawan Chelsea pada babak semifinal.

Pada leg kedua babak semifinal yang digelar di Anfield, Luis Garcia menjadi penentu kemenangan bagi The Reds untuk memastikan langkah mereka di partai final. Dalam sebuah kemelut, bola liar hasil sepakan Milan Baros ketika itu coba disergap oleh kiper Chelsea, Petr Cech. Namun ternyata disitu terdapat Luis Garcia yang langsung menyambar bola.

Walhasil, bola yang digulirkan pun langsung mengarah ke gawang. Namun saat bola akan melewati garis gawang, William Gallas sejatinya sukses melakukan sapuan. Apes bagi Chelsea, bola yang dianggap banyak orang belum melewati garis gawang itu dinyatakan gol oleh wasit Lubos Michel.

Gol yang menjadi satu-satunya dalam dua laga yang digelar antara Liverpool dan Chelsea ini pun langsung timbulkan banyak reaksi. Luis Garcia sendiri mengaku kalau dirinya yakin bahwa bola sudah melewati garis gawang. Itu mengapa dia langsung melakukan selebrasi.

"Saya merayakan gol karena sangat percaya bahwa saya melihat bola telah melewati garis gawang. Itu semua terjadi sangat cepat. Lihatlah gerakan saya ketika menembak dan pemain-pemain Chelsea saat mencoba menyapu bola. Ini hal yang biasa, tapi saya melihat bola telah melewati garis gawang," ucap Luis Garcia.

Sementara itu, wasit Michel juga turut mengeluarkan komentar atas keputusannya di laga itu. Menurutnya, dia hanya mengikuti keputusan asisten wasit.

Namun ketika bicara tentang kubu lawan, maka Jose Mourinho yang berpotensi membuat sejarah bersama Chelsea memilih untuk tidak mengakui gol yang diciptakan Luis Garcia. Menurutnya, itu adalah gol hantu dan bola yang dIsambar tidak pernah melewati garis gawang.

"Gol itu (Liverpool) tidak akan pernah menjadi gol jika diterapkan pada masa sekarang," ujar Mourinho pada 2020.

Nasi telah menjadi bubur. Liverpool yang bila ketika itu tidak mampu kalahkan Chelsea lewat gol hantu Luis Garcia, tentu tidak akan pernah mengukir cerita paling menakjubkan di partai final Liga Champions Eropa.

Pensiun dan Membantu FIFA Berantas Masalah Kesehatan Mental

Sepanjang perjalanan karirnya sebagai seorang pesepakbola, meraih gelar Liga Champions Eropa bersama Liverpool tentu menjadi yang terbaik bagi Luis Garcia. Usai masanya habis di tahun 2007, dia lantas putuskan pulang ke Atletico Madrid dan membela beberapa tim lainnya, termasuk Racing Santander, Panathinaikos, sampai Central Coast Mariners, sebelum akhirnya putuskan pensiun pada tahun 2016 silam.

Menikmati perjalanan yang sangat panjang dalam dunia sepakbola, ternyata membuat Luis Garcia sempat alami masalah mental, hingga pada akhirnya dia menemui Pako Ayestaran yang saat itu jadi asisten pelatih, dimana pria itu menyarankannya untuk menemui seorang psikolog olahraga.

Dari situ, Luis Garcia menyadari bila kesehatan mental bagi setiap pemain sepakbola sangatlah penting. Dari pengalamannya, dia jadi tampil lebih nyaman dan lepas setelah berkonsultasi dengan seorang psikolog olahraga.

"Sedikit demi sedikit aku menyadari pentingnya kesehatan mental dan selalu berusaha untuk berpikir baik dan positif," ujarnya kepada FIFA.com.

Berangkat dari pengalamannya, Luis Garcia lalu menjadi bagian dari FIFA yang menggalakan kampanye #REACHOUT, dimana di dalamnya terdapat tujuan untuk meningkatkan kesadaran akan gejala kondisi kesehatan mental, mendorong masyarakat, khususnya pesepakbola untuk mencari bantuan saat mereka membutuhkannya, sekaligus mengambil tindakan untuk kesehatan mental yang lebih baik.

Luis Garcia, dalam kampanye nya bersama FIFA, lantas menjelaskan bila berinteraksi dengan psikolog olahraga banyak membantunya untuk mengurangi tekanan, hingga berhasil mengubah caranya dalam menghadapi setiap tantangan sebagai seorang pesepakbola.

Garcia sendiri mengakui bila sejatinya banyak pesepakbola yang sulit untuk bercerita masalah pribadi kepada seseorang. Akan tetapi, dia menegaskan bila memiliki interaksi yang rutin dengan orang tepat dan bisa memahami setiap permasalahan yang dialami, itu menjadi hal yang sangat melegakan.

"Aku pernah berada dalam situasi dimana aku tidak merasa nyaman tentang sesuatu dan ingin berbicara dengan seseorang tentang hal itu. Ketika aku memiliki kesempatan untuk berbicara dengan psikolog olahraga dan itu berjalan dengan sangat baik, aku mulai berbagi pengalamanku."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun