Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Seni Merakit Skripsi dan Air Seni

2 Juli 2012   15:05 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 313 2

Aku sempat berpatah hati saat proposal skripsiku ditolak dosen pembimbing dengan alasan kesamaan judul dengan salah seorang kakak tingkat. Untunglah hatiku kembali tersambung diikuti semangat untuk merakitnya menjadi skripsi. Nah, itu berarti aku harus kembali bertarung dengan derunya mesin mobil angkot maupun angkutan umum dalam provinsi sejak alam mulai merajut pagi kira-kira pada pukul 06.30 WIT hingga pasrah dalam tangan senja pada pukul 18.30 WIT. Begitu seterusnya selama dua bulan. Beruntung ada beberapa teman seangkatanku yang berbaik hati untuk membantuku mengambil data penelitian demi skripsiku di Terminal A2 Mardika Ambon.

Berbekal jam tangan hitam yang dilengkapi stopwatch, pena dan kertas pengambilan data kedatangan dan keberangkatan angkot, aku bersama teman-temanku berada di beberapa titik strategis. Kebetulan judul yang ingin kukembangkan yakni mengenai analisis sistem antrian.

Kadang-kadang aku merasa seperti sedang melakukan sebuah aksi penyamaran. Bagaimana tidak? Bila sekali dua kali bertemu tetangga atau kenalan di pasar.

“Hei, nona..sedang apa?”, tanya seorang tetangga yang kebetulan sedang berbelanja di pasar.

“Hehe..menunggu teman.”

“Ooo..”

Tapi tidak lucu, bukan, bila hampir tiap hari - kecuali Minggu – mereka selalu menemukanku parkir di terminal sekaligus pasar utama di ibukota Provinsi Maluku itu. Apa lagi-lagi menunggu teman? Hehehe.. Bukannya minder sebenarnya tapi mungkin karena aku tidak suka urusanku diketahui orang lain.

Lalu pada hari itu, ketika tikaman mentari yang tak mau tahu mengomandoku untuk berpindah lokasi pengamatan. Kuberanjak dari halte menuju seberang jalan, tepatnya di depan sebuah tempat jualan buah dan sayuran milik seorang ibu muda. Beruntung kutemukan sebuah bangku kayu sederhana yang tak terlalu panjang.

“Yup! Lumayanlah..di sini cukup nyaman. Aku masih bisa memantau angkot yang keluar dari sini..”, gumamku.

Tak lama kemudian, muncul seorang balita perempuan. Kutaksir, umurnya sekira empat tahun. Kemungkinan dia adalah putri ibu penjual di tempat itu. Apalagi kulihat sekilas dia sedang mempercakapkan sesuatu yang tak jelas dengan wanita tersebut.

Tiba-tiba ada yang aneh...si bocah kumal tak beralas kaki itu mendekatiku tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Sepasang mata beningnya seperti mengisyaratkan sesuatu yang sayangnya tak kupahami.

“Adik mau apa?”

“Nggg...”

“Mau pergi ke mama? Tuh, mama di sana..”

“Mmm...”

Tubuhnya malah semakin didesakkan pada kedua tungkaiku yang berada dalam posisi saling memangku. Makin bingung aku dibuatnya. Lalu kucoba untuk bergeser sedikit ke kiri – bagian bangku yang lowong.

Maka terperangahlah aku ketika tanpa mengucapkan terimakasih, si bocah langsung melucuti celana dalamnya di depanku – dan tentu saja di depan umum – dan....piiissss....DIA PIPIS!!! AAAAAAHHH!

Masih tak mampu menerjemahkan keterkejutanku, si bocah lalu berbalik meninggalkanku tanpa rasa bersalah setelah menaikkan celana dalamnya. Kulihat air seninya menggenang pada lantai semen berukir di mana kakiku berpijak. Aku lalu bergeser sedikit...dan saat rasa terkejutku belum mau pergi, tiba-tiba.....

“OH, NOOOO! KERTASKU TERJATUH. SIAL!

“Sial?”

“YAAA! KARENA ITU LEMBARAN KERTAS PENGAMBILAN DATAKU YANG BERISI SEBAGIAN DATA HARI ITU!”

“Terjatuh di mana?”

“JATUH DI GENANGAN AIR SENI ANAK ITUUUU!”, batinku bergulat sendiri.

Sekarang aku terpojok diantara gerutu, malu, ragu, dan belagu.

“Mana mungkin aku mengangkat kertas yang sudah berbau air seni?  Idiiih! Tapi itu kan kertas data penelitianku! Kalau tidak diangkat, lalu pengolahan data hari ini bagaimana?”

Akhirnya...kuputuskan untuk MENGANGKATNYA! Sudah begitu, aku lalu MENYEKANYA DENGAN SAPUTANGANKU – yang sedari tadi kupakai untuk menyeka keringatku - untuk mengurangi rembesan air seninya. Kupikir, data itu akan kusalin di buku dataku dan saputangan tersebut akan kucuci. Uhuhu.. Apalah daya...TERPAKSA!

✽✽

Aku takkan pernah melupakan pengalaman termenarik sekaligus memalukanku saat fase penyusunan skrispsi – pengambilan data. Dan semua ini tak sia-sia karena kemudian aku berhasil lulus ujian skripsi pada 27 Januari 2007 dengan nilai A, serta diwisuda pada 5 Mei 2007. Ini memberikan pelajaran bahwa keberhasilan butuh pengorbanan. Dan itulah yang membuat kerja keras kita bernilai ketika keberhasilan itu sudah dicapai.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun