Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Tak Perlu Menunggu Hingga Desember Tiba

10 Desember 2011   22:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:33 330 2

“Apakah pohon Natal di rumahmu sudah dipasang?”

“Belum. Ini kan baru akhir November.”

“Jadi kapan?”

“Tanggal belasan bulan Desember-lah.”

“Oh..”

*

“Eh, kirimkan aku ringtone yang berbau Natal ya?”

“Hidupkan bluetooth-mu”

“Minta juga wallpaper atau tema hp-nya.”

“Dasar rakus!”

**

Sebenarnya ada banyak hal yang berkaitan dengan Natal. Tapi saat ini saya hanya mengambil tiga sampel yang cukup lekat dengan momen perayaan Kelahiran Yesus Kristus itu. Pohon Natal, ringtone dan  wallpaper/tema hp. Gaungnya mulai terdengar sejak November.

Tak ubahnya dengan hari besar keagamaan lainnya yang dirayakan umat beragama lain. Natal pun terasa memiliki kekuatan menghipnotis umat Kristiani untuk menyiapkan beragam penyambutan bayi kudus yang diimani sebagai juruselamat dunia itu. Pohon Natal berbagai bentuk, bahan, warna, ukuran yang tentunya dinilai kelayakannya dengan rupiah. Belum lagi rupa-rupa ornamennya, menambah semarak Natal itu sendiri.

Lalu ringtone hp? Wallpaper? Tema? Sepertinya tidak gaul dan gimana gitu bila salah satu benda praktis yang cukup lekat dengan kehidupan masyarakat abad ini tidak didandani ala Natal.

Yup! Namun masa aktifnya tak berlangsung lama..11 Desember, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31 Desember...ditambah bonus sekira 15 hari dalam bulan Januari pada tahun yang baru. Jadi taruhlah masa aktifnya hanya sampai 35 hari.

After that? Pohon Natal maha indah itu dipak lagi. Puluhan ornamennya dininabobokan kembali ke dalam kardus. Lalu ringtone? Aneka wallpaper dan tema? Dengan berat hati atau mungkin malah tak ada beban apa-apa ketika para pendukung hp tersebut di delete! Yeah! See you all at the next X-mas..dan mari kita kembali ke rutinitas kehidupan di pintu gerbang tahun yang baru. Bukankah memang demikian adanya?

Pada awal Januari tahun-tahun sebelumnya, saya pernah berbincang dengan ibu sambil memandangi pohon Natal kami yang sudah tidak modern lagi namun masih layak pakai itu.

“Kapan pohon Natalnya mau dibongkar?”

“Yah, besok-besok sajalah..”

“Ah, jangan dulu, Ma..Biarkan saja sampai awal Februari.”

“Buat apa sampai selama itu?”

Sejak saat itu saya berniat untuk tetap membiarkan pohon Natal terpasang di rumah sepanjang tahun bila nantinya saya sudah berkeluarga dan memiliki pohon Natal sendiri.

Kembali ke inti.. Bukan berarti saya yang melarang orang lain dengan kebiasaan demikian. Tapi menurut saya, sebagai penganut Kristiani, bukankah kita mengimani, Kristus menyertai kita setiap hari? Natal-Nya, kelahiran-Nya sebagai bentuk cinta kasih-Nya kepada manusia kita rasakan setiap hari bukan? Ataukah berkat itu hanya datang khusus setiap Desember?

Memang pohon Natal dan embel-embel hp tadi hanyalah media perayaan Natal. Tapi apa salahnya bila kita membiarkan pohon Natal itu berdiri tegak sepanjang tahun atau membiarkan bunyi-bunyian ala Natal berteriak dari hp kesayangan kita kala ada panggilan ataupun sms masuk..atau gambar-gambar itu yang senantiasa bercerita tentang kemurahan Kristus kepada kita.

Saya sendiri sengaja menyimpan bahkan memakai ringtone dan wallpaper ala Natal walaupun Desember sudah lewat ataupun belum datang hingga pernah dicandai teman..

“Woe! Natal masih jauh..Ini bukan bulan Desember.”

“Biar..terserah aku, pemilik hp ini. Kalau tak mau dengar, sana tutup telingamu.”

Sekali lagi, embel-embel di atas cuma media belaka. Yang terpenting adalah kesungguhan hati kita untuk memaknai Natal setiap hari, memaknai kasih Allah lewat Kristus yang mengambil rupa manusia, menjadi sama dengan kita lewat seorang bayi mungil yang lahir dalam kesederhanaan, pengorbanan-Nya di kayu salib ganti dosa kita hingga penaklukan-Nya atas maut. Semua demi dosa umat manusia yang ditebus-Nya dengan keselamatan gratis. Jadi sudah selayaknya kita pun wajib mengasihi orang lain bukan agar kita balas dikasihi orang itu tetapi karena kita sudah terlebih dahulu dikasihi-Nya.

****

*movie : Mother Teresa of Calcutta (Part I)*

Ketika seorang lelaki penagih utang datang mengobrak-abrik tempat penampungan anak yang dikelola Ibu Teresa dan para suster...

Lelaki penagih utang : "Aku akan membawa semua milikmu. Mengapa kau tidak mengutukku?"

Ibu Teresa : "Bagaimana aku mengutukmu jika Tuhan mengasihimu?"

Memaafkan setiap hari, bukan hanya pada hari Natal. Mengasihi setiap saat, tak harus menunggu hingga Desember tiba. Selamat memasuki Minggu Adventus ketiga..

------------------------------------

Piru, 11 Desember 2011

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun