Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Coklat

29 Desember 2009   23:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:43 128 0
Berhari hari aku menunggu untuk mengatakan, 'terima kasih sayang!' Kamu membuat aku tumbuh dengan berani. Integral dan padu dalam sikap... layaknya sembul yang muncul dari kuncup yang dulu sesak oleh ragu. Aku akan bawa kamu ke Ibu, karena besok adalah hari ulang tahunnya. Ingin kubawakan ia bukan bunga, tapi kamu, kecantikan yang si buta pun akan terbias haru. Hatimu bukan kontruksi berat yang mesti dipahat, diarti dan diterjemahkan dulu. Hatimu seringan kapas. Bening. Tidak perlu capek menyimpul maksud. Beberapa detik lalu, aku baru tahu kalau hatimu bisa berasa manis dan legit persis coklat. Hhhhmmmm.... Mengecapnya tidak mestilah membuatku malu, atau bodoh, atau pura-pura perkasa. Mengecapnya membawaku pada masa kanak-kanak ketika aku boleh cekikan hingga hohohoho keras-keras, boleh mengejek sejadi-jadinya, dan menangis sampai jenuh.... COKLAT! Rasamu, kureguk banyak-banyak tanpa perlu takut mabuk, keracunan atau gila karena candu. COKLAT! Kuemut, kukunyah hingga bubur, lalu tumpah ke tenggorakan dan jika sesekali keluar lewat sendawa tidak perlu segan karena harumnya pasti wangi. COKLAT! Ah... coklat

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun