Seru. Itu yang saya rasakan pada Workshop Penulisan “menumbuhkan Jiwa Menulis di kalangan pelajar dan mahasiswa” bersama Raditya Dika pagi tadi di Universitas Semarang (USM).
Ternyata kegokilan seorang Raditya Dika bukan hanya di buku – bukunya atau di dunia twitter nya saja. Terbukti hari ini saya berkesempatan menyaksikan secara langsung kegokilannya di depan peserta workshop. Sebagai pembuka dia banyak bercerita tentang pengalaman-pengalaman lucunya. Sebenarnya lebih tepatnya Raditya Dika ini sedang curhat (menurut saya sih hehe...) Dan di sini dia juga bisa ngelawak loh.
Selain bercerita tentang lika liku hidupnya sebelum dan setelah menjadi seorang penulis, Raditya Dika juga membagi ilmu menulisnya. Saya tergelitik untuk menanyakan tentang ‘mood’ (suasana hati) dalam menulis. Sebab seringkali mood yang berubah-ubah menjadi kendala seseorang untuk memiliki semangat ketika menulis. Dan dia menjawab bahwa ‘mood’ yang tidak menentu jangan dijadikan sebagai alasan. Apabila memang benar-benar sedang tidak ‘mood’ satu-satunya cara untuk mengatasinya adalah dengan dipaksakan.
”Dipaksain untuk menulis. Hasilnya pasti jelek. Tetapi apapun hasilnya, bagus atau jelek tetep menulis. Lebih baik menghasilkan satu lembar tulisan jelek daripada tidak menghasilkan sama sekali”
Wah, benar-benar benar sekali kata-kata Raditya Dika ini. Dan bukan tidak mungkin semangat menulis bagi pemula juga akan semakin besar.
Selain bertemu dengan Raditya Dika, pada sesi berikutnya ada pembicara dari Suara Merdeka Bpk Ir. Cocong Arief Priyono yang membahas tentang Strategi Menembus Media Massa. Serta Bpk Dr. Saifurrohman, M.Hum dari USM Semarang yang membahas Strategi Menulis Buku & Artikel.
Sebuah pengalaman yang komplit. Mendapat ilmu menulis dari seorang penulis best seller, mendapat wawasan dari para penulis dan pewarta senior serta bisa bertemu dan berkenalan dengan teman-teman dari USM Semarang yang sangat care, ramah dan baik banget. So, terima kasih untuk semuanya.
Salam Kompasiana