Maraknya fenomena buka puasa bersama memang sangat dimaklumkan, karena tak hanya lingkup mahasiswa saja yang melakukan kegiatan tersebut, melainkan semua orang juga melakukannya. Berbanding terbalik dengan fenomena sahur on the road  yang terkadang masih ada beberapa kelompok masyarakat yang kaget dan terganggu dengan adanya kegiatan mahasiswa ini.
FOMO (Fear of Missing Out) terkadang yang terlintas dipikiran rekan-rekan jika tak melakukan kegiatan tersebut. "Kurang Solid aja gitu kalo ga buka dan sahur bareng, Kurang Keren" ujar beberapa teman mahasiswa.
Tatkala mahasiswa merasa semua orang akan satu pikiran dengan mereka, banyak masyarakat yang protes akan kegiatan mereka.
"Saya kira mau tawuran mbak, wong rame rame bawa bendera sambil bawa drum, Â wong bangunin orang sahur kok kayak mau berantem, memang gajelas arek-arek iku", ucap Sudjono warga Sigura-gura, Malang.
Terlihat perbedaan pemikiran kelompok mahasiswa dan masyarakat sangat jauh menjadikan kegiatan ini dikecam sebagian kelompok masyarakat. "Seru" pikir mahasiswa karena mereka terasa solidaritasnya, di lain sisi "Rusuh" pikir masyarakat yang tidak punya etika atau aturan dalam membangunkan sahur atau berkegiatan.
Semua selalu ada jalan tengah yang bisa kita selesaikan bersama-sama. Menjadi manusia yang menghormati satu sama lain dan menghargai pemikiran satu sama lain akan mengindahkan setiap langkah kita, terlebih lagi bulan Ramadhan yang penuh berkah ini.
"Saling mengerti batas masing-masing  aja sih mbak dan tetap menghargai satu sama lain pasti akan memiliki esensi dari mana itu arti Seru dan mana arti Rusuh", pesan Sudjono.