Hujan turun sangat deras. Arah pandangku tertuju di rumah seberang itu. Rumah di seberang selalu terlihat suram dikala hujan turun. Jam dinding menunjukkan pukul 21.00, ibu sudah meneriakki ku agar segera tidur. Aku pun menarik selimut dan mulai memejamkan mata dan mulai terlelap. Tiba tiba suhu kamarku menjadi lebih dingin dibanding biasanya, aku terbangun mendengar suara keras seperti kayu jatuh, lalu aku menoleh ke sumber suara, ternyata jendelaku belum tertutup dan angin meniupnya. Aku berjalan menuju jendela atensiku sepenuhnya tertuju di rumah seberang, “ah lagi-lagi pemiliknya tidak di rumah ya” batinku sambil menutup jendela. Pemilik rumah selalu pergi pagi-pagi buta dan kembali dalam waktu yang lama, aku sering melihat keluarga kecil itu pergi meninggalkan halaman rumahnya saat aku hendak berangkat ke masjid komplek. Aku menarik selimut dan berniat tidur kembali karena jam masih menunjukkan pukul 00.00, saat hendak memejamkan mata aku mendengar suara lirih tangisan dari seberang sana. Suara tangisan ini selalu terdengar di pukul 00.00, aku sampai hafal dengan tangisan ini. Setiap tangisan itu muncul bulu kuduk ku berdiri, pasalnya tangisan itu terdengar menakutkan. Sudah satu jam aku mencoba untuk tidur sayangnya mataku tidak bisa di ajak kerja sama. Suara itu tidak terdengar lagi. Aku penasaran dan bangkit dari kamar tidurku.
KEMBALI KE ARTIKEL