Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Substansi Pendidikan

30 Juni 2012   05:27 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:24 76 1
Pendidikan suatu hal yang sudah tidak asing ditelinga, salah satu metode untuk bisa mengenal dengan apa yang dimaksud dengan pendidikan itu adalah denga cara bersekolah, Sekolah sendiri  berasal dari bahasa Yunani yakni “Scolahe” yang mengandung makna mengisi waktu luang, namun seiring berkembangnya jaman sekolah ini tidak lagi dijadikan ajang untuk mengisi waktu luang, namun juga merupakan tuntutan dalam kehidupan. Sudah bukan menjadi hal yang asing jika untuk mayoritas penduduk diseluruh dunia, sekolah ini dianggap hal yang sangat penting dalam perjalanan kehidupanya. Dalam sekolah inilah benih-benih muda diperkenalkan dengan dimensi pendidikan, mulai dari pendidikan yang sifatnya positif maupun negatife tergantung darimana sang penerima pendidikan memanifestasikan apa yang disampaikan oleh sang pendidik. Tidak dapat disangsikan jika sekolah ini sangat berperan penting dalam proses pembentukan karakter ( character Building ) seorang manusia, karena disekolah inilah seorang manusia diperkenalkan dengan berbagai macam hal, mulai dari ilmu pengetahuan,etika,norma masyarakat sampai hukum-hukum yang berlaku  dikehidupan ini, yang pada tujuan akhirnya agar manusia ini  menjadi manusia yang sesungguhnya, yakni manusia yang mampu memanusiakan manusia yang lainnya. Saat sekolah ini berubah haluan dari tujuan utamanya yakni agar peserta didik mampu memanusiakan manusia yang lainnya menjadi manusia yang mendidas/membuat manusia yang lain menderita maka sangatlah perlu diadakanya  sebuah deidologi  sekolah(pendidikan), hal ini bukan tanpa sebab, jika kita mau menengok kebelakang sejenak tentang proses pendidikan yang terjadi disekitar kita, maka kita akan tercengang, bagaimana tidak sekolah yang ada sekarang ini sudah sangat jauh dari esensinya. Bukti konkret tentang hal ini adalah ketika output dari sekolah yang seharusnya menciptakan manusia-manusia yang mampu memanusiakan manusia yang lain malah justru menjadi manusia yang merugikan manusia orang lain atau bahasa ekstrimnya parasit bagi manusia yang lain. Contoh kecil para lintah penghisap uang rakyat, mereka adalah orang-orang yang notabenya orang  berpendidikan tinggi, namun tindakan dan perilaku mereka malahan justru merugikan banyak orang. Hal-hal seperti ini sebenarnya merupakan akibat daripada sebab, sebab dimana sistem pendidikan tidak mampu menciptakan manusia pada hekekatnya, sistem yang telah gagal namun masih dipertahankan karena mungkin inilah yang diinginkan oleh segolongan orang yang memang mempunyai kepentingan didalamnya. Melihat sistem pendidikan dalam sekolah-sekolah yang ada disekitar kita maka kita akan menemukan banyak kegajilan-keganjilan dalam prosesnya, mulai dari kurikulum yang bisa dibilang mengikuti pesanan pasar sampai pada kurikulum yang seharusnya tidak dipelajari karena memang dimensi tempat dan kultur budayanya yang berbeda yang pada akhrnya esensi dari sekolah ini dilupakan. Pendidikan kita hanya menciptakan manusia yang cerdas secara intelektual namun tidak begitu dengan kecerdasan emosionalnya . Persepsi inilah yang sekarang sudah tidak asing lagi ditelinga sebagian masyarakat yang peduli dengan pendidikan, ketika output daripendidikan sudah menggambarkan sepeti hal tersebut maka tidak aneh jika kita semakin sering menemui manusia-manusia yang berprilaku tidak seperti manusia pada hakekatnya, manusia-manusia yang demikian akan terus bertambah jika sistem pendidikan yang berlaku tidak cepat dirubah yang mungkin pada saatnya nanti semua manusia akan saling merugikan manusia yang lain tanpa basa-basi. Perubahan dalam sistem pendidikan yang mampu merubah wajah pendidikan ke hakekatnya merupakan suatu keniscayaan yang selama ini diharapakan oleh mereka-mereka yang memang peduli akan pendidikan. n/b : http://galih-aja1.blogspot.com/

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun