Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Lisanmu, Kunci Surgamu

17 Mei 2017   11:17 Diperbarui: 17 Mei 2017   11:23 208 1
Beberapa hari kemudian, saya berangkat tes wawancara di Instansi B. Saya agak gemetar karena pengalaman sebelumnya, sangat menegangkan. Namun, ternyata keadaan berbalik 180 derajad. Saat beberapa menit menunggu Ibu ketua yayasan, saya melirik sana-sini tanda grogi. Kemudian muncul dua perempuan seumuran kakak saya dengan senyumnya menyapa saya. Detik pertama, sungguh membantu....senyum kedua senior yayasan itu menghembuskan angin segar. Selanjutnya wawancara berjalan lancar, lebih tepatnya ngobrol. Saya dibebaskan untuk bercerita tentang keluarga, tentang motivasi dan tentang masa depan. Selebihnya diselingi gojekan yang dapat melumerkan suasana. Yang tidak pernah saya lupa adalah ketika saya ditanya tentang bacaan Qur'an saya sampai mana? saya langsung "Makjleb" (bahasa jawa untuk terpana karena tepat sasaran). Pertemuan sebelumnya memang saya pernah ditanya sehari dapat berapa ayat? Dan saya jujur....saya baca Qur'an kalau sempat saja bu. Beliau hanya tersenyum. Saya heran, lisan yang dia ucapkan tidak bersifat menggurui. Selalu diawali dengan senyum dan mengutarakan maksudnya dengan lemah lembut. Dia menanggapi dengan mengatakan bahwa kita ingin membangun anak yang cerdas dan berakhlaq islami. Jadi kalau siswa dituntut untuk hafal Qur'an berarti gurunya pun harus dituntut Hafal dan belajar Qur'an. Ya disempatkanlah baca Qur'an , ditambahi berapa ayat setiap hari. Jadi pasti Ibu bisa 'one day one juz'.....senyumnyapun masih mengembang. Saya mengangguk-angguk dan merasa tertampar keras. Kemana saya selama ini?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun