Dalam suasana santai, sejumlah pegawai Rutan Temanggung duduk bersama-sama dengan sekelompok WBP untuk berbincang-bincang secara pribadi. Kegiatan ini bertujuan tidak hanya untuk membahas isu-isu pembinaan, tetapi juga untuk mendengarkan cerita hidup, aspirasi, dan kesulitan yang dihadapi oleh masing-masing narapidana.
Kepala Rutan Temanggung, Andri Lesmano, menyampaikan bahwa obrolan empat mata ini menjadi salah satu cara untuk mengimplementasikan pendekatan kemanusiaan dalam sistem pemasyarakatan. "Kami tidak hanya melihat mereka sebagai narapidana, tetapi sebagai individu yang memiliki pengalaman hidup dan potensi untuk berubah. Melalui obrolan empat mata, kami berusaha membangun hubungan yang lebih empatik dan memahami kebutuhan setiap narapidana," ujarnya.
Diskusi mencakup berbagai aspek, mulai dari rencana pembinaan individual, masalah psikososial, hingga harapan untuk masa depan setelah menjalani masa hukuman. Pegawai Rutan Temanggung juga memberikan informasi mengenai program-program pembinaan dan pelatihan yang dapat diikuti oleh para narapidana untuk meningkatkan keterampilan mereka.
Para narapidana merespons positif terhadap kegiatan ini, menyatakan bahwa obrol empat mata memberikan mereka kesempatan untuk merasa didengar dan diperhatikan sebagai individu. Beberapa di antara mereka menyampaikan harapannya agar kegiatan semacam ini dapat menjadi rutin, membuka ruang komunikasi yang lebih terbuka dan memperkuat ikatan antara petugas dan narapidana.
Pegawai Rutan Temanggung berharap bahwa pendekatan ini dapat menjadi model untuk lembaga pemasyarakatan lainnya, membuktikan bahwa melibatkan narapidana dalam proses pembinaan dengan cara yang lebih humanis dapat menciptakan lingkungan rehabilitatif yang lebih efektif. Langkah-langkah seperti ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam perjalanan rehabilitasi narapidana dan mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat dengan lebih siap dan positif.