Sebentar lagi pemilihan umum tahun 2014 segera dimulai. Sebuah surat dari KJRI Frankfurt dikirim ke alamat tempat saya tinggal.
Masalahnya, saya bingung. Tidak mengenal semua calon tetap anggota DPR RI DKI Jakarta kecuali mereka yang berstatus artis. Padahal banyak berita santer seputar citra buruk beberapa artis yang masih menjadi calon atau sudah pernah menjabat sebagai wakil rakyat di berbagai media. Ah, jangan digebyah uyah.
***
Dua cara pencoblosan (pemilu) di LN
Seminggu yang lalu, sebuah surat pemberitahuan dari PPLN KJRI Frankfurt yang membawahi enam negara bagian Jerman; Baden-Württemberg, Bayern, Hessen, Nordrhein Westfalen, Rheinland-Pfalz dan Saarland), datang.
Isinya mengabarkan bahwa pemilu anggota legislatif (DPR RI) 2014 akan diselenggarakan dengan dua cara yakni dengan datang langsung ke tempat pemungutan suara pada hari Sabtu, 5 April 2014 pukul 10.00-17.00 di KJRI Frankfurt am Main, Zeppelinallee 23, atau tidak ke TPS tapi melalui surat. Setiap pendul (istilah pak Isk Harun menyebut penduduk RI yang tinggal di luar negeri) diharapkan mengirim konfirmasi tentang alternatif cara yang dipilih, yakni lewat kartu pos. selambat-lambatnya tanggal 14 Februari 2014.Jika tidak mengirimkannya, otomatis saya misalnya, dianggap memilih langkah yang kedua, via pos. Tentu saja, tanpa banyak kata, saya memilih cara yang kedua, dengan pos. Bukan karena saya menyenangi koleksi kartu pos dan sebangsanya. Ini lebih pada penghematan waktu dan pengaturan keluarga. Jarak rumah ke Frankfurt adalah tiga jaman dengan kendaraan pribadi, lewat jalan tol. Repot kalau bawa anak-anak segala. Ditambah, anak-anak ada kegiatan pada hari H.
Toh, saya tetap yakin bahwa kerahasiaan dengan jasa pos tetap dijaga.
Gambar para artis
Saya buka lembaran besar yang dilipat. Halaman depan menampilkan lambang KPU dan penyelenggara pemilu di wilayah kami bermukim. Tak lupa markas KJRI yang memiliki bangunan kuno Jerman ada di sebelah kanan. Biasanya, di sana lah HUT Kemerdekaan RI dirayakan, seru! Disinilah nanti lokasi TPS pemilu 2014, dibuka lebar.
Di sebelah kiri, adalah cara memilih yang baik dan benar. Maklum, banyak kejadian dicoblos semua, tidak dicoblos sama sekali atau dirusak. Padahal disarankan untuk mencoblos satu kali pada nomor atau tanda gambar partai politik dan atau nama calon pada surat suara.
Di barisan paling bawah adalah partai peserta pemilu 2014. Ada 12 saja. Oh partai nomor 11-13 tidak tertera di sana. Partai nomor 1-15.
Kertas saya balik. Saya amati daftar calon tetap anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia untuk Pemilu 2014. Untuk daerah pemilihan DKI Jakarta II (propinsi DKI Jakarta, bukan propinsi Jateng tempat saya berasal). Oh, ada gambar-gambar para calon sudah ada di sana. Berikut partai yang memayungi mereka. Ini ditetapkan di Jakarta pada tanggal 22 Agustus 2013. Sedangkan beberapa tokoh KPU yang menandatangani dan sering saya dengar namanya adalah Ida Budhiati dan Arief Budiman saja. Nama mereka sering saya dengar dari mantan ketua KPU yang sering diwawancarai kawan-kawan, bu Fitriyah yang cantik dan cerdas.
Pertama-tama, saya senang sekali mengetahui prosentase jumlah perempuan (wakil masing-masing partai) sudah berkisar 43%. Bahkan, ada salah satu partai yang memiliki 73% jumlah perempuannya! Luar biasa. Sebuah perkembangan yang semoga diimbangi dengan kemampuan calon. Tidak hanya penampilan luarnya tetapi juga cara mengemban amanat rakyat. Berat memang. Karena biasanya kalau sudah duduk, ada yang lupa berdiri.
Kedua, saya hanya mengenal nama beberapa calon saja. Mereka adalah artis, seperti Jenny Rahman (dari film Indonesia jadul) atau Dwiki Dharmawan (tampilan model dan sinetron yang diperankannya). Lainnya? Saya harus banyak mencari informasi tentang kualitas mereka dan apa yang mereka lakukan selama ini. Masih banyak waktu. Kan ada kompasiana? Kompasianer yang ada di lapangan langsung, pasti akan melaporkan dari Indonesia. Saya tunggu. Masih ada waktu dua bulanan lagi.
Tetap saja sebagai orang awam yang buta politik, saya kembali merenung. Pilih yang mana nanti, ya? Partai yang bisa dipercaya dan memberikan bukti bukan janji. Selama di luar negeri, saya belum pernah melihat adanya kampanye partai seperti di tanah air. Sunyi. Masih ingat hebohnya partai-partai menggelar kampanye disertai bagi-bagi ini-itu kepada simpatisan di lapangan, di balai kelurahan dan tempat strategis lainnya. Dari anak-anak sampai lansia, ikut semua. Oh. Padahal anak-anak belum menjadi target pemilu, ya? Hati-hati. Tempelan kertas, bendera, umbul-umbul, spanduk, baliho ting crentel di segala penjuru kota, menjadi sebuah pemandangan yang biasa. Penertiban dilakukan petugas, masih saja ada yang melanggar. Indahnya pemilu Indonesia. Kangen dot com.
***
Saya berharap Pemilu 2014 berjalan dengan lancar dan lebih baik lagi, tidak ada kesalahan berarti atau mengurangi kekeliruan 5 tahun yang lalu. Kertas tertukar, kendala pengiriman kertas, kotak tertukar, kualitas tinta yang kurang dan entah apalagi ... semoga tidak akan terjadi. Lancar jaya.
Sebagai warga Indonesia yang ada di luar negeri, saya juga ingin mensukseskan pemilu 2014. Sama halnya dengan Kompasianer lainnya di tanah air tercinta. Mari-mari ... Selamat pagi. (G76).
Sumber:
Selebaran KJRI Frankfurt kepada saya.