Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Pilihan

Mudahnya Menemukan Teman Baik di Kompasiana

13 Januari 2014   20:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:52 447 31

Sudah berapa lama Kompasianer bergabung di Kompasiana? Sehari? Sebulan? Setahun? Dua tahun? Tiga tahun? Kalau sepuluh tahun tidak mungkin karena Kompasiana baru umur 5 tahun.Di Jawa, namanya nglindur.

Dari perjalanan di K itu selain belajar menulis dan bersosialisasi, apa manfaat yang didapat? Penghargaan berupa HL? Highlight? Terekomendasi? Featured? Freez? Kandidat reporter warga terbaik 2013? Sudah, semua sudah saya dapatkan.Untuk mencapainya juga tidak seperti membalikkan telapak tangan bahkan sampai telinga saya harus budeg (pura-pura tidak mendengar) dan kulit badak (pura-pura kebal). Namanya orang lain-lain, ada yang berniat baik dan ada yang tidak kepada kita (atau kalau kita yang berprasangka bahwa orang lain yang berniat jahat , su’udzon, hehehe).

Ternyata, dari sekian harta yang saya kumpulkan di Kompasiana itu, yang terindah, yang termahal, yang terunik, yang termegah ... bernama teman baik. Bahwa dia baik kepada saya, begitu pula sebaliknya.

Bagaimana mendapatkannya? Mudah. Saya menjadi diri sendiri dan terpenting, jadi orang baik-baik. Meskipun namanya teman baik itu ternyata cocok-cocokan. Tidak semua orang mendapatkannya. Tidak semua teman baik kita jadi teman baik orang lain dan seterusnya. Kalau sekarang Kompasianer atau saya mendapatkannya, ini anugerah! Teman baik, tidak bisa dibeli. No peto.

Adalah Kompasianer dari Swedia, Irma Priyadi. Kami kenal hanya lewat maya, di Kompasiana sejak awal gabung tahun 2011. Entah mengapa sejak beberapa tahun terakhir ia menghilang (semoga bukan karena ia ada di luar negeri dan selalu mendapat HL kemudian ada yang berseru, „Kamu lagi, kamu lagiiiii ....“ tapi karena ia sedang mengejar masa belajar bahasa Swedia yang bikin lidah kecakot itu). Menurut rekor akunnya, tulisan terakhir Februari 2012 dan kembali menulis satu artikel pada bulan Juli 2013. Eh, sekarang sudah tahun 2014, diajeng .... hayoooo, nulis lagi. Tebarkan pesona dan rahasia Swedia.

Dan kawan di K yang ternyata se-almamater dengan saya waktu SMA itu, hanya muncul di Facebook selama vakum di K. Kamipun terhubung di jejaring sosial dunia itu. Dia selalu mendukung kegiatan saya, mulai dari lomba ini-itu sampai pameran ini-itu. That’s what friends are for, isn’t it? Dukungannya sungguh menyenangkan, tulus (tanpa diminta). Ia kerap menyapa saya di FB. Hingga suatu hari, saya kirim kartu pos padanya.

Sebenarnya sudah sejak lama saya ingin mengunjunginya di kota Malmö. Mumpung belum pindah ke Indonesia. Swedia-Jerman, termasuk dekat, daripada saya harus mengunjunginya di Indonesia. Duhhh Indonesia jauh banget dari Jerman, yak?

Dan beberapa hari yang lalu, gembira sekali, kartu pos balasannyapun datang, termasuk undangan untuk bertemu dengannya suatu hari, di Swedia atau Indonesia??? Ya, memang kami belum pernah bertatap muka. Saya sudah merasakan betapa memiliki teman (maya) baik itu luar biasa. Saya merasa diperlakukan orang lain dengan sederhana tapi mengena.

Semoga pertemanan kami abadi. Thanks kartu pos dan kontak-kontaknya, ya?(G76)

PS: Tetap waspada dan hati-hati, saya tanamkan dalam diri. Selain mudah mendapatkan teman baik di Kompasiana, mendapat musuhpun sangat mudah(meskipun tidak dicari, datang sendiri). Yang penting, memandang gelas separoh isi daripada separoh kosong.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun