Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Belajar Memahami Tradisi Halloween

26 Oktober 2012   13:13 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 1733 8

Lima hari lagi beberapa masyarakat didunia akan merayakan Halloween. Tepat tanggal 31 Oktober malam, rakyat Amerika (dan sekitarnya) misalnya, akan ramai merayakannya dengan „trick or treat“, „mau dijahili atau memberi kembang gula/coklat“.

Ada beberapa golongan masyarakat Jerman yang saya kenal, anti Halloween. Alasannya hari itu dikategorikan sebagai ajaran setan, dengan memujanya pada malam perayaan. Pesan mereka pada saya, “Anak-anak jangan diajak Halloween, ya?”. Saya yakin budaya ini tidak subur di tanah air.

Sejak tinggal di Jerman beberapa tahun yang lalu, saya mencoba memahami peringatan tiap tahunnya ini. Makna yang saya pegang erat dari Halloween adalah sosialiasi, lain tidak. Ya, mau jadi manusia makhluk sosial selalu.

***

Sejarah Halloween

Waktu kecil, saya tak pernah mengerti atau melihat tradisi ini di kampung. Saya hanya melihatnya di film Hollywood yang digelar di chanel televisi kita. Ketika dewasa, saya mengamati, ini hanya dirayakan kaum ekspatriat saja. Minoritas itu merayakan dengan lingkup kecil demi melestarikan tradisi sekaligus sosialisasi sesama pendatang.

Yang saya tangkap soal Halloween waktu itu adalah setan, labu oranye, jahil, seram dan takut.

Saya buka Wikipedia karenanya …

“Halloween berasal dari festival Samhain (dari bahasa Irlandia Kuno samain) yang dirayakan orang Kelt zaman kuno. Festival Samhain merupakan perayaan akhir musim panen dalam kebudayaan orang Gael, dan kadang-kadang disebut "Tahun Baru Kelt". Orang Kelt yang menganut paganisme secara turun temurun menggunakan kesempatan festival untuk menyembelih hewan ternak dan menimbun makanan untuk persiapan musim dingin. Bangsa Gael kuno percaya bahwa tanggal 31 Oktober, pembatas dunia orang mati dan dunia orang hidup menjadi terbuka. Orang mati membahayakan orang hidup dengan membawa penyakit dan merusak hasil panen. Sewaktu merayakan festival, orang Gael menyalakan api unggun untuk membakar tulang-tulang dari hewan yang mereka sembelih. Orang Gael mengenakan kostum dan topeng untuk berpura-pura sebagai arwah jahat atau berusaha berdamai dengan mereka.”

Kemudian orang Irlandia yang migran ke Amerika mulai menyebarkan tradisi Helloween ini. Anak-anak mulai dikerahkan pada malam tanggal 31 Oktober itu untuk mengumpulkan penganan, coklat dan permen. Kadangkala kalau tidak diberi, ada anak yang jahil misalnya dengan menghiasi depan rumah dengan toilet paper (kejadian juga di kampung kami, bahkan saya tersentak saat seorang anak berumur 4 tahun mengumpat nenek-nenek yang membukakan pintu lalu buru-buru mengusirnya. Kata-kata tak senonoh itu melompat dari bibir bocah yang merah. Sebuah didikan rumah yang salah kaprah). Ada pula yang memencet berkali-kali lalu bersembunyi. Wih ....

„Halloween yang diambil dari kalimat All Hallows' Even yang berarti malam sebelum hari raya All Hallow yang sekarang disebut Hari Raya Semua Orang Kudus (All Saints Holy Day)… Hari Para Arwah (Day of the Dead) yang merayakan kedatangan arwah sanak keluarga dan kerabat kembali ke bumi sampai sekarang masih diperingati di beberapa negara seperti di Brazil, Meksiko, China dan Filipina.“

Saya jadi mengerti mengapa beberapa orang melarang anak-anaknya untuk tidak ikut memperingati Halloween, demi menghormati arwah bukan untuk menggoda mereka pada saat hari kebangkitan. Pada kenyataannya di jaman modern ini, ada penyalahgunaan peringatan, melenceng dari tujuan semula.

Bagaimanapun, Herbst atau musim dingin di Jerman dari jaman nenek moyangnya selalu indah disemarakkan oleh hiasan seperti labu, boneka nenek sihir, kelelawar, orang-orangan, dedaunan yang telah berubah menjadi kuning atau merah. Biasanya ini dipasang didepan pintu, digantung didepan pintu atau dijendela kaca rumah.

Perayaan Halloween di kampung kami

Seminggu yang lalu, kampung kami mengadakan kegiatan mengukir Rüben alias bahan pembuat gula tempo dulu. Para peserta yang terdiri dari anak-anak hingga lansia itu memang merupakan kegiatan tahunan demi menstimulasi kreativitas dan sosialisasi warganya.

Festival itu saya lihat tak ubahnya festival Jack-O-‘Lantern di Amerika dimana labu besar warna oranye diukir menjadi wajah seram (mata, hidung dan mulut bengis), diiris bagian atasnya sebagai tutup, kerok bagian dalamnya-bisa dibuat sup, diberi lilin atau lampu ditengah-tengahnya.

Hmmm … ukir labu, memang terasa ada sebuah interaksi yang berharga merasuk hati, bersama warga. Saya yang sering homesick jadi terhibur, sekedar bercanda dengan anak-anak tetangga yang wara-wiri, bercakap-cakap dengan beberapa orang tua yang mendampingi buah hatinya mengukir buah Rüben ini. Oi, hari yang indah dalam menata pikiran dan hati.

Ow. Minggu depan, peringatan Helloween atau Halloween akan diperingati di gang kami. Tradisi ini memang terlihat efektif mengeratkan hubungan tetangga. Karena tak ada arisan bapak-bapak atau ibu-ibu seperti di tanah air, ini menjadi ajang untuk menghangatkan komunikasi antar manusia yang berempat musim ini. Bayangkan, ini dirayakan pada musim yang suhunya rendah hingga harus berjaket tebal dan menutup rapat dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kalau tidak karena keinginan kuat untuk bersosialisasi, pasti tak maulah kami menunjukkan batang hidung ini.

Tugas telah dibagi-bagi, siapa yang masak minuman khas Halloween (seperti Schaurige Grusel yang biasa diseduh dalam mug keramik), yang kebagian bikin kue dan kek seram, yang bawa roti untuk Vesper (red: makan malam, dingin), yang menenteng minuman ringan dan alkohol,  serta siapa yang menyediakan tempat (meja, bangku, tungku api dan seterusnya).

Sebuah kerjasama yang apik terlihat diantara rukun tetangga sebuah gang. Ini menepis anggapan bahwa bangsa barat itu selfish, egois. Bangsa manapun didunia, kalau mau pasti bisa menjadi ramah dan bersahabat.

Saat hari H, biasanya para orang tua berkumpul di meja yang tersedia sedangkan anak-anak berkeliling dari rumah ke rumah mengumpulkan penganan dan kembang gula.

Dandanan kami memang serba seram mulai dari make-up sampai asesori dan pakaian yang didominasi warna hitam dan oranye (dalam perkembangannya ada yang merah dan lila); hantu, labu, nenek sihir, vampire, burung gagak, kucing hitam, laba-laba dan lain sebagainya. Bisa jadi industri tekstil pas Halloween berhasil mengeruk keuntungan akan penjualan kostum layaknya natal, Fasching (red: festival bulan Februari-Maret) dan Oktoberfest di Jerman. Dagangan yang ditawarkan di tiap toko amat menarik dengan harga yang terjangkau (1-20 Euro/set).

***

Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Peringatan Halloween yang mewabah tak hanya di Amerika tetapi juga di Jerman ini saya maknai saja sebagai tempat bertemu tetangga-tetangga, yang jarang bersua karena kesibukan dalam bekerja/keluarga, enggan atau malas saja. Urusan lain-lain soal alkohol, jahil, pemujaan setan dan sebagainya tak wajib saya ikuti. Memahami Halloween dengan tameng yang diusung dari budaya bangsa sendiri ... lebih baik. (G76).

P.s: Mari ikuti link WPC XXV: High Key and Low Key di http://lifestyle.kompasiana.com/hobi/2012/10/13/weekly-photo-challenge-high-key-dan-low-key/

Sumber:

1.Pengalaman pribadi

2. http://id.wikipedia.org/wiki/Halloween

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun