Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mencari Harta Karun

19 September 2012   09:46 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:14 2788 12

Oleh Gaganawati dan Dhanang Dhave

Mencari harta karun atau orang Jerman menyebutnya Schatz suche atau oleh masyarakat dunia kerap disebut Geocaching adalah sebuah hobi di alam terbuka yang menarik nan menantang.

Kegiatan ini bisa dijalani sendiri atau bersama/kelompok, dimanapun dan kapanpun juga. Selain kemauan, keuletan, kreativitas, kecerdasan, kerjasama dan kegigihan seseorang menjadi faktor penting dalam penemuannya. Sudahkah kompasianawan/wati mencobanya di tanah air? Terhitung minimal 5 titik daerah di Indonesia (Jakarta, Semarang, Solo, Jogja dan Bali). Mengapa kita tidak menambahnya dari sabang sampai Merauke? Membayangkan keindahan alam ciptaan Tuhan di puluhan ribu pulau Indonesia, pasti geocaching makin seru. Ayo mari dimulai dari daerah tempat tinggal.

***

Geocaching, erat kaitannya dengan cache yang berarti sebuah boks, kontener atau sebuah buku/kertas kecil.

Geocaching setidaknya bisa ditemukan di 200 negara pada 7 kontinen bahkan pusat luar angkasa internasional. Setelah 12 tahun berlalu, sudah ada lebih dari 1,7 milyar Geocaching aktif yang bisa ditemukan di banyak website. Terhitung 5 milyar Geocacher ada di seluruh dunia.

Dokumen Geocaching pertama yang didaftarkan GPS adalah 3 Mei 2000 oleh Dave Ulmer dari Beavercreek, Oregon. Petunjuk Dave bagi para geocacher adalah koordinat45°17.460′N 122°24.800′W dengan pesan,”…the original stash was a black plastic bucket buried most of the way in the ground and contained software, videos, books, food, money, and a slingshot.” Bahwasannya harta karun yang ia sembunyikan ada disebuah kotak plastik berwarna hitam, terkubur di dalam tanah dengan koordinat tersebut diatas. Isinya adalah software, video, buku, makanan, uang dan ketapel.

Dalam perkembangannya istilah stash (yang dianggap berkonotasi negatif) diganti dengan geocaching.

Hobi ini kemudian menjadi klangenan masyarakat Jerman yang saya kenal. Bahkan ketika mengunjungi Hungaria Agustus lalu, kami temukan beberapa titik yang mengantar kami pada sebuah ‘harta karun’, diantaranya sisa Yahudi jaman NAZI. Sebuah tugu peringatan!

Bagaimana cara mencari ‘harta karun‘?

Pertama, mencari informasi di google tentang geocaching. Dan mendaftarkan diri dengan nama samaran. Ambil salah satu titik dari daftar yang akan kita tuju. Misalnya saja yang berdekatan dengan rumah kita. Disitu akan tertulis koordinat yang menjadi kata kunci atau petunjuk menuju penemuannya (misalnya “ada di sebuah pohon tumbang di hutan, setinggi 30 cm” atau “ada dibebatuan terakhir di atas rerumputan taman”).

Global Positioning System (GPS) amat diperlukan, sebuah HP dengan koneksi internet atau jika tidak ada, ya, kopian koordinat dan petunjuk dari internet di atas secarik kertas (yang nantinya bisa dicari dengan kompas manual). Yang terakhir agak repot, jadi ingat jaman pramuka menghitung koordinat dari sebuah cerita … waduhhhh!

Oww ... siapkan pula kondisi fit, kaki dan sepatu yang kuat!

Bagaimana cara menyembunyikan ‘harta karun’?

Yang diperlukan adalah pendaftaran di forum Geocaching. Administrator akan menjelaskan panjang lebar aturan mainnya lewat e-mail dan kita tinggal mengikutinya.

Sebuah kotak transparan yang tahan di alam bebas (misalnya dos plastik dari merk tertentu) harus disediakan, demi metakkan sebuah buku kecil dimana para penemu akan membubuhkan tanda tangan dan nama alias, tanggal dan sekedar souvenir mini (yang bisa ditukar tambah oleh Geocacher).

Beberapa orang menggunakan bekas wadah film jadul (rol hitam panjang), tempat mereka melingkarkan kertas panjang kecil untuk mencatatkan diri sebagai geocacher.

Sedangkan ada pula yang ekstra berat dengan nano, sebuah wadah dari metal, berukuran sangat-sangat mini (kadang dilekatkan pada magnet pula). Untuk menemukannya tergolong susah dan lamaaa ….

Selain ketiga jenis wadah diatas, tak lupa pensil dan serutannya menyertai. Souvenir jika perlu.

Pengalaman yang tak terlupakan

Sudah dua tahun kami mengikuti Geocaching ini. Dengan sebuah kotak transparan ukuran besar di hutan depan rumah. Ayah yang memulainya dengan sebuah nama samaran. Anak-anak jadi ingin mengikutinya untuk membuat harta karun mereka sendiri agar dicari geocacher lain. Mbak Chayenne yang minggu ini masuk kelas 1 merengek, ia minta dibuatkan persembunyian ‘harta karun‘ juga, menjadi seorang Geocacher sejati.

Yang paling mengesankan adalah ketika kami memutuskan untuk membuat sebuah travel bug, yakni gantungan kunci yang harus dibawa sampai Swedia oleh geocacher yang menemukannya. Barang ini kami masukkan di ‘harta karun‘ dan dibawa oleh seorang penemu dan dititipkan di ‘harta karun‘ lain yang mendekati tempat tujuan. Begitu pula seterusnya, hingga pindah ke Swedia. Menurut informasi terakhir dari internet, travel bug kami masih sampai Hamburg (dari Tuttlingen). Terima kasih kepada Geocacher yang telah menemukannya dan membawa sampai sana. Semoga cepat sampai di ‘harta karun‘ di Swedia dan bersua dengan kompasianawan/wati disana.

Oh ya … pemesanan metal itu langsung kepada admin dan dikirim ke alamat kami. Harganya dipatok pada kisaran 10 euroan.

Yup. Telah kami temukan harta karun Geocacher lain sebanyak 24 buah, 3 diantaranya tercatat ada di Hungaria. Biasanya waktu yang kami pilih adalah usai makan malam (pukul 18.30-20.00) hingga membuat anak-anak lelah dan cepat tidur, akhir pekan ketika sedang lewat dalam perjalanan ke tempat wisata, berkunjung ke rumah teman atau saudara. Hujan dan salju amat kami hindari karena takut kesehatan ketiga kurcaci terganggu. Hidup menjadi lebih hidup!

Makna Geocaching

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun