Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Artikel Utama

Sebutir Telur, Duaratusribuan …

27 Mei 2012   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:44 128 8

Sabtu yang indah. Untuk anak-anak, kamipun mereka-reka rencana; mengunjungi peternakan burung unta (Ostrich dalam bahasa Inggris atau Strauß dengan bahasa Jerman), menjenguk harimau dan mampir ke rumah keluarga seorang teman. Ending-nya, sebuah pengalaman yang tak terlupakan, melahap telur terbesar sedunia seharga 20 Euro atau setara dengan Rp 250.000,00 an!

***

Usai makan pagi, kami telah siap. Matahari begitu terik, anak-anak mengenakan baju summer dari katun.

Mereka sudah semangat 45 untuk melihat Strauß. Setelah dua puluh menit perjalanan, kami sampai di peternakan.

Sepasang burung unta seakan menyapa. Matanya yang dikatakan terbesar dari jenis vertebrata ini mengawasi kami, kepalanya keatas bahkan salah satunya melewati kawat dan hampir mematukku. Ih, leher yang jenjang. Agar tak dipatok, kami jaga jarak! Anak-anak dan saya segera menjumputi bulu-bulu yang berserakan di rerumputan untuk bahan prakarya dirumah. Gerakan tangan kami diikuti pergerakan kepala para unggas yang sekelas dengan Kasuari ini.

„Mama, warum ein schwarz und ein grau“ Mbak Chayenne menanyakan mengapa mereka warnanya berbeda, hitam dan abu-abu.

„Der schwarze ist männlich und grau ist weiblich. Untuk binatang, yang betina biasanya jelek ….“ Ayah menjelaskan bahwa burung yang hitam itu jantan dan abu-abu, betina. Masing-masing memiliki semburat putih pada bulu-bulunya. Yup. Biasanya hewan seperti bebek, merak dan burung unta ini, pejantannya yang tampil lebih cantik menarik (demi menebar pesona lawan jenisnya).

„Hiyyy jelek. Chayenne cantik ya, Ma?“ Ia mengiyakan keterangan dari bapaknya, namun anak perempuan mungil itu seakan tak rela jika harus selalu jenis laki-laki/jantan yang selalu tampil indah/cantik. Padahal ia yakin betul bahwa dirinya juga cantik meski berjenis kelamin perempuan.

„Ah, Papa, ki … enggak ding, Nen. Das ist nur für Tiere. Wir sind anders … Mama, Chayenne, Shenoa … kita cantik.“ Saya berusaha membesarkan hatinya bahwa jenis kelamin perempuan untuk makhluk bernama manusia, biasanya juga memiliki kecantikan tersendiri (sense of beauty) bahkan lebih cantik dari pria (bukan hanya karena pria disebut ganteng, bukannya cantik ….).

Ow … rupanya, ada satu hal yang bisa dipelajari dari perilaku burung unta; yang jantan menjaga telur dimalam hari (karena kamuflase warna gelapnya) dan betina bertugas di siang hari. Pembagian tugas yang no gender. We (human being) can do even more.

Beberapa langkah kedepan, kami lihat toko souvenir dari pemilik peternakan di sebelah kiri. Bel kami pencet, seorang lelaki datang. Kami bilang, hendak membeli sebutir telur saja. Harganya dipatok 20 Euro, yang sudah kosong 15 euro, separoh cangkang dipasang 6 euro sedangkan telur yang sudah menjadi assesori atau deko dihargai agak tinggi. Dipilih-dipiliiiiih ….

Penjual bercerita bahwa berat satu butir telur hewan ini bisa mencapai 1900 gram, 20 kali lebih besar dari telur biasa dan hampir sama isinya dengan 24 butir telur. Whatttt? … ya, masaknya nanti dicicil wis. Kami berlima masih bengong mengelus telur (berusia sehari itu) dan langsung dipindahtangankan ke saya dari si empunya. Mungkin tahu kalau saya orang asing, gak pernah lihat. Anyway, kami berlima memang baru pertama kali melihat/menimangnya. Waaa ….

Pada umumnya, satu burung betinanya bertelur barang 2-5 butir sekali. Si pemilik biasa mengumpulkan diantaranya untuk dikonsumsi atau dijual. Lelaki bermata hijau itu berpesan untuk menggunakan Hammer (red: palu) atau mesin bor. Hah??? Memang keras sekali cangkangnya, dan very very amis!

Untuk daging burung asli Afrika ini kami sudah terbiasa beli steak di swalayan, lebih murah meski dibekukan tetap enak (500 gram 3 Euroan). Jadi kami tak membeli di peternakan lantaran sudah biasa mengkonsumsinya.

Mobil terbungkus jaket saya dan tergeletak aman di keranjang belakang bagasi mobil. Hai, telur … jangan pecah, yah?

Perjalanan mengitari Straußenfarm Steppacher Hof, Badenwürttemberg kami teruskan. Küken (red: anak-anak burung) mulai makan dari sebuah kotak berisi biji-bijian. Duh, kalian jelek sekali, tapi lucu. ah …. (kata tante berbadan besar itu).

Gerombolan betina berwarna coklat agak abu-abu melongok. Saya amati dari ujung rambut ke ujung kaki. Kepalanya kecil, badannya besi (red: besar seksi), kakinya jenjang kuat dan berjempol dua di masing-masing kaki (jika menyepak manusia barangkali bisa mental beberapa meter atau langsung teng teng teng ... KO).

Pantaslah jika beberapa negara menggunakannya sebagai alat transportasi (ditunggangi, memanggul beban barang atau menarik pedati/kereta) atau atraksi (sirkus atau balap).

Puas menatap kumpulan hewan burung Unta di peternakan, kami hengkang. Dalam perjalanan, kami berhenti di sebuah rumah pemilik sirkus Belly. Anjing penjaga yang mirip anjing eskimo, Sky, menyalak. Hiks, kami hanya ingin ngintip Caesar, harimau berusia 15 tahun di kerangkeng setinggi 3 meteran itu … jangan gigit, ya?.

Sebelum sampai ke rumah, kami mampir Kaffee trinken (red: minum kopi/teh disertai kek pada sore hari) di salah satu teman suami. Satu jam kemudian, kami pamitan. Home sweet home.(G76).

Sumber: kunjungan ke Straußenfarm Steppacher Hof, Badenwürttemberg, Jerman pada hari Sabtu, 26 Mei 2012.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun