Masih ingat postingan saya http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/04/20/apa-rahasia-panjang-umur-para-oma-jerman/? Baru saja Oma ED meninggal padahal sebentar lagi ia akan berulang tahun yang ke 90! Innalillahi wainnalillahi roji’un ….
Seminggu sebelum meninggal, saya sempat berbincang dengan si Oma dan perawatnya.
Berikut share saya seputar para perawat lansia di Jerman yang saya kenal:
1.Gabi asli Polandia (66 tahun)
Wanita berambut blonde cepak itu bercerita bahwa ia telah 20 tahun bekerja si sebuah RS di Polandia. Namun karena rumah sakit itu bangkrut, ia banting setir menjadi perawat pocokan di Jerman. Seorang kenalan yang telah lebih dahulu menjadi perawat di Jerman merekomendasikan namanya, salah satunya adalah kepada seorang ibu IS (anak Oma ED).
Pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya adalah merawat lansia (mengganti pembalut orang tua, mengganti baju, memandikan, dan seterusnya), belanja kebutuhan sehari-hari, menemani saat Kafe trinken (red: minum the/kopi ditemani kue), mencuci, menyeterika, membersihkan rumah, memasak, dan mengantar jalan-jalan (jika pasien mampu).
Harga yang diberikan untuk servisnya ini sebesar 1100 euro netto! Wow, padahal ia sudah makan dan tidur dalam.
OK, soal pengalaman menjadi perawat dia jago meski dalam urusan bahasa Jerman ia tidak begitu lancar, pasiennya biasa menggunakan bahasa gambar untuk menjelaskan apa yang dimaksud.
2.Kristine dari Polandia (65 tahun)
Selama 3 bulan ia merawat Oma ED, menggantikan Gabi yang telah 3 bulan sebelumnya datang dan merawat si Oma. Selain ini membuatnya dan pasien tak bosan, keluarga di rumah juga membutuhkan perhatiannya.
Oh ya, Oma ED memang memiliki 3 perawat yang bergantian selama 3 bulan sekali. Sayang satunya saya belum sempat berbincang-bincang.
Dan ternyata … pekerjaan dan gaji yang diterima Kristine sama seperti Gabi, padahal Kristine tidak memiliki pengalaman sebagai perawat sebelumnya.
Ikatan batin dengan lansia yang dirawatnya selalu erat. Tak heran saat Oma ED meninggal ia tidak bisa tidur selama 3 hari. Kesedihannya berlarut-larut.
3.Justine, tinggal di Jerman asli Afrika (45 tahun)
Tak salah jika akhirnya ia terjun sebagai Pflegerin alias perawat di sebuah Pflegedienste (red: lembaga yang membantu lansia dalam pengadaan ambulan, petugas kesehatan danperawat).
Ia tak peduli jika awalnya teman-temannya menyindir “Mau-maunya membersihkan kotoran orang-orang tua”
Justine sudah 15 tahun berada di Jerman, penguasaan bahasa Afrika, Inggris dan Jerman ternyata seimbang. Two thumbs up. Saya yakin itulah sebabnya, ia tak hanya dilibatkan lembaga sebagai tenaga Pflegerin tetapi juga merambah administrasi.
Sepertinya ia tak hanya ingin mengais rejeki demi kelangsungan hidup mereka bertiga, sekaligus memberi contoh pada putri semata wayangnya yang kini telah tumbuh dewasa bahwa hidup di dunia ini tidak ada yang gratis. Banyak hal positif yang bisa dilakukan dan bermanfaat tak hanya untuk diri sendiri tetapi juga orang lain dan tak perlu malu asal nggak nyolong saja alias jujur.
Bertugas 3 hari full dalam seminggu, ia digaji 1500 euro potong pajak, tak membuatnya berfoya-foya. Ia simpan uang hasil jerih payahnya dan ditransfer ke Afrika hingga sanggup membeli sebuah vila di Ghana! Wow!
4.Maria asal Jerman (35 tahun)
Wanita Jerman bertubuh tinggi besar ini tampaknya memiliki postur yang pas sebagai perawat lansia. Kelebihan ini mempermudahnya dalam melakukan pekerjaan angkat junjung yang membutuhkan kekuatan tersendiri.
Ibu muda beranak satu ini merasa beruntung bahwa ibu mertuanya termasuk sosok yang sangat ikhlas menerima titipan gadisnya yang masih 2 tahun itu. Apalagi mereka tinggal seatap.
Tak jelas seberapa besar gaji yang diterima wanita pendiam ini selama bekerja 5 hari seminggu paruh waktu, yang pasti ia sudah 3 tahun ini nyaman mengabdi sebagai perawat lansia orang-orang Jerman.
Hmm … perawat lansia … pekerjaan yang butuh 100% jiwa raga.
***
Gabi, Kristine, Justine dan Maria adalah contoh perawat lansia yang memiliki jam terbang di Jerman.
Saya mencoba menengok ke tanah air, banyak perawat kita yang sebenarnya bisa jadi human resource berkualitas. Pembekalan profesionalisme diimbangi dengan penguasaan bahasa asing yang cukup (syukur-syukur tidak gaptek), saya rasa bisa menerbangkan impian mereka setinggi bintang dilangit. The world is so big! (G76).