Sebuah pertemuan training and networking LSM kemah internasional se Asia Pasifik waktu itu digelar di Jepang. Salah satu rentetan kegiatannya adalah di Hinode Taiyo No Ie. Rumah bagi orang dengan mentally disadvantaged ini bekerjasama dengan rekanan lokal, yakni Neverending International workCamp Exchange yang bermarkas di Shinjuku ku, Tokyo mengundang kami para relawan dan relawati (termasuk Gaganawati … xixixi).
HTNI dahulu sempat ditentang warga setempat, namun berkat gerakan gigih NICE lewat peng-imporan relawan sedunia, lambat laun ada seberkas cahaya harapan bagi komunitas orang yang cacat mental itu.
Location
Hinode Taiyo No Ie ini jauh dari keributan negeri se-modern Jepang. Suasana damai, sunyi dan segar akan ditemukan siapapun yang menjadi relawan di daerah pegunungan, 50 km arah barat Tokyo ini. Pemberangkatan relawan biasa diawali dari stasiun KA Tokyo akan membutuhkan waktu 90 menit (bukan dengan KA cepat) untuk mencapai stasiun Hinode. Lumayan, bisa untuk baca buku atau sekedar ngantuk-ngantuk ayam didalam kereta lah. Majidee??? Eeee …
Work dulu, then … bonus
Kerja sosial yang ditawarkan adalah membantu individu komunitas orang cacat mental/grup, membantu staf HTNI dalam menjalankan kegiatan harian komunitas (membantu mereka mandi, mengganti baju, mengelap tetesan air liur, menyuapi, olahraga, dan kegiatan lainnya). Tak ketinggalan adalah merawat rumah Samurai di sebelahnya. Hiyyy … rumah tua itu terkesan angker. Kuburan para Samurai ada di belakang kebun, tepat disebelah rumah teh. Sebuah kolam ikan dengan puluhan Nishikigoi alias ikan koi akan mempesona mata. Duhhh gemuk-gemuk dan cantik-cantik warnanya, makannya apa sih, hai para ikan???
Saya waktu itu termasuk relawan short term, sedangkan mereka yang tinggal selama Maret-September misalnya disebut sebagai mid/long term. Untuk proyek tahunan biasa dikatakan sebagai long term.
Lhaaa ... beban lain yang bertengger di pundak relawan disana adalah pengelolaan fasilitas kesejahteraan sosial dan ekologi. Salah satu yang pernah kami lakukan waktu itu selama dua minggu adalah menanam pohon, menjumputi sampah (sekaligus mendaurnya) dan memotong rumput. He he he … kecillll … yang repot, mengurus orang-orangnya itu lohhhhh. Ealahhh sabarrrr … disuruh kekiri malah kekanan dan selanjutnya
Lalu, meski diberi bonus 30,000 yen per bulan netto (1 yen kira-kira Rp 100 an), menjadi relawan mid/long term di tempat ini butuh kesabaran yang tinggi, keuletan dan kreativitas. Relawan diharap tak bermain aji mumpung (red: asal-asalan/coba-coba).
Bonus tambahan lainnya adalah love story (ada beberapa pasangan relawan asing dan lokal yang akhirnya berujung di pelaminan). Hehehe … kalau jodoh hendak lari kemana, tak lari gunung dikejar. Halahhhh …
Bonus ketiga adalah kekayaan cross cultural understanding, alias pemahaman ranah budaya beragam bangsa semakin bertambah. Relawan jadi tak boleh hidup dalam katak dibawah tempurung.
Akomodasi
Karena waktu itu kami berbanyak (30 orang), kelompok dibagi dalam 2 kamar. Lantai bawah untuklelaki dan lantai kedua untuk perempuan. Walah … rumah yang very very tradisional itu sangat kuat bau kayunya … ditambah hawa dingin yang menyelip diantara temperatur ruangan yang hanya dipanaskan oleh kuali gantung dan tungku dari ruang minum teh yang kecil. Lengkap sudah atmosfir mistik itu …. Bayangkan jika relawan LAMP itu sedikit. Hiyyy ....
Bagi para vegetarian diharap tahu diri karena kebanyakan masakan berbau daging/ikan amat marak dijadikan menu massal (tak boleh manja, yah?).
Special qualifications:
Saat seorang relawan mahir berbahasa Jepang (oral), memiliki jiwa kuat dan motivasi yang tinggi serta memiliki pengalaman bersama para penderita cacat mental, terbukalah pintu masuk lebar-lebar di HTNI ini.
Selain itu karakter bertanggung jawab, mampu bekerja sama dengan orang lain, fleksibel, gampang beradaptasi, sabar untuk tinggal di negeri rantau selama kurun waktu yang ditentukan (ingat desa mawa cara negara mawa tata, setiap negara memiliki adat istiadat dan kebiasaan yang berbeda. Terkadang ini menimbulkan cultural shock dan menimbulkan konflik home sick). Hati-hati dan waspadalah jika kangen Indomie, krupuk sama sambal … xixixi.
Syarat setelah tiba di Jepang adalah belajar bahasa dan budaya masyarakat setempat, mengikuti training dan pertemuan rutin lainnya. Awas, jangan kebanyakan jalan-jalan … pasang kaca mata kuda … lurus, jalan terus! Siap grakkk!
Apa itu LAMP
Dalam bahasa Inggris ‘Lamp’ berarti lampu yah ? Sedangkan kepanjangannya sendiri dimaksudkan adalah Long And Middle-term voluntary Programs. Program bagi para relawan sedunia untuk bekerja sama selama 2-12 bulan di sebuah pusat sosial, lingkungan, LSM dan sejenisnya. Selain membantu pekerjaan rekanan, relawan juga diharap membantu kegiatan lokal dan internasional yang sedang berlangsung (kemah, seminar, training, kampanye dan lainnya) yang digelar LSM pengundang (dalam hal ini NICE).
Mengapa ada LAMP?
Tujuan utama dari kegiatan jangka menengah dan panjang ini adalah untuk membantu kemajuan masyarakat lokal dalam kegiatan setempat.
Kemudian agar relawan mendapat kesempatan untuk belajar hidup bersama dalam dunia nyata dan bertukar pikiran dengan manusia sedunia.
Terakhir memotivasi organisasi pengundang juga masyarakat sekitar untuk maju bersama-sama menyongsong masa depan yang lebih cerah.
Program ini mengingatkan saya pada KKN di universitas, sekilas mirip … berbeda satu tujuan.
Siapa saja yang boleh melamar?
Selain kualifikasi yang dibutuhkan seperti tersebut diatas (special qualifications, ternyata tak ada pembedaan gender dan usia diatas 18 tahun (sudah boleh daftar).
Nah, jika berminat melamar:
1.Kirim surat lamaran, motivasi dan CV dalam bahasa Inggris (Jepang lebih baik).
2.Dapatkan LSM pengirim dari Indonesia (kecuali bagi warga Indonesia yang lama tinggal di Jepang, bisa melamar langsung ke NICE). Sementara ini ada 2 yang bisa dikontak (IIWC Indonesia di iiwcindonesia@hotmail.com dan Dejavato di dejavato@yahoo.com lalu untuk NICE sendiri ada di alamat LM@nice1.gr.jp
3.Setelah mendapat invitation letter dari organisasi pengirim, mengurus visa sendiri ke kedutaan dan berangkat dengan tiket PP sendiri ya?Namanya relawan, rela juga uangnya kabur dulu(w)an. Jangan takut kelaparan, kecuali kalau alergi/tak mudah melahap makanan Jepang …
4.Mumpung masih muda, take the chance and feel the spirit! Good luck!
Woiii ... generasi muda Indonesiaaaa … tunggu apa lagi? Buruaaaann nge-LAMP dan yang penting, MENABUNG! Mari ... mari ...
Tips:
1. LAMP di HTNI tahun ini sayang sekali sudah tidak ada lagi ... xixixi ... ups sorry ... namun don't worry ... program lain yang sama hebatnya banyak! Bagi yang lebih tertarik dengan special qualification mahir bahasa Inggris saja, silahkan memilih tugas kerelawanan menuju Inggris (ketik UNA EXCHANGE atau CONCORDIA), Amerika (VFP) atau Australia (VFP). Yah, paling gampang lihat di web site pada link atau kontak email tersebut di atas saja lah.
2.Jika berdomisili di tanah air Indonesia, sebaiknya menghubungi organisasi rekanan/filial LSM asing di Indonesia yang teregistrasi sebagai member CCIVS UNESCO, ALLIANCE dan NVDA Asia Pacific yakni; IIWC Indonesia dan Dejavato (mereka akan membantu dalam pencarian program yang tepat, invitation letter (undangan bagi berkas pelamaran visa sosial yang menyebutkan penanggungan akomodasi dan lainnya selama tinggal dan bertanggung jawab penuh dalam program yang dipilih relawan dari awal hingga akhir) serta pembekalan (plus kontak person jika ada apa-apa selama program).
3. Link:
http://nice1.sakura.ne.jp/e/lm_e/lm_list_e.html
http://iiwcindonesia.wordpress.com/
http://dejavato-indonesia.blogspot.com/