„Mama, anaknya mau ditindik boleh nggak?“Suami saya mendekat dan meminta pendapat saya jika anak sulung dilubangi telinganya. Yah, memang di kota kecil kami, banyak anak lelaki pada tingkatan TK dan SD (umur 2,5-9 tahunan) sudah mulai ditindik satu. Naudzubillah … (red: dilain sisi, kebanyakan keluarga Jerman menindikkan anak perempuannya setelah permintaan dari si anak perempuan sendiri. Ini lain dengan masyarakat Jawa, Indonesia misalnya yang orang tuanya mengijinkan anak perempuannya dilubangi telinganya sejak lahir entah itu digantungi benang atau emas).
Menurut „Deutsche Ärzteblatt“ terbitan Juli, sekitar 41% gadis muda umuran 14-24 dan 27 % anak lelaki Jerman telah memakai piercing (tidak termasuk tindik telinga klasik) dan atau tattoo. Ih, tato biasa yang bentuknya kecil saja bisa mencaplok 125 euro-an loh di kampung kami!
„Halah …“ Saya mendesah, kepala berkali-kali menggeleng … tak menyetujui niatan anak berumur 11 tahun itu. Sebaiknya ia melakukannya setelah berumur 18 tahun, yang notabene usia yang dianggap dewasa disini lantaran mengetahui apa yang baik atau tidak, dan sudah boleh mendapatkan haknya untuk melakukan apa yang diinginkan. Tidak sekarang, better not and should’nt!
***
Untuk meyakinkan saya, kami search tentang piercing dan tatto, kami sontak menemukan sebuah laporan dari seorang redaktur Andrea Hennis dari Focus Schule. Penulis itu menggambarkan sebuah tren anak muda untuk men-tatto matanya di kawasan Stuttgart, Jerman. Kota besar itu 40 menit-1 jam dengan mobil dari rumah kami.