Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Lahirkan Bayi di Jerman dan Dapat Bonus Menarik

16 September 2011   05:37 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:55 2285 17
Ibu saya mengirim sebuah surat yang isinya membalas surat saya bulan lalu. Ungkapnya, ia mememinta saya untuk memaklumi bahwa sebagai orang tua, dahulu tidak bisa membahagiakan saya dan keenam saudara dengan materi. Beliau hanya memberikan pendidikan karakter dan perhatian yang sepantasnya untuk kami. Kripik gedang kripik tela, sitik edang waton rata (red: keripik pisang keripik ketela, meski berbagi tapi tetap merata) selalu menjadi semboyan untuk kebutuhan sandang, pangan dan papan kami saat itu. Hiks.

„... pangapuramu ya, Nduk ... kaya ngapa rasane mbiyen dijak rekasa, sak anane ..."

Ketika berada di Jerman, sosok biyung saya itu amat jarang saya temui. Belum ada seorangpun yang menyamainya. Rata-rata perempuan berusia tigapuluhan yang saya kenal disini, hanya memiliki seorang anak hingga empat orang. Wanita usia diatas 50-80 tahun yang saya kenal rata-rata memiliki satu anak atau maksimal lima orang anak. Dari semua wanita dua golongan tersebut, banyak juga yang tidak memiliki anak, baik karena tidak mau atau karena tidak bisa, menyangkut masalah gangguan kesehatan. Saya memaklumi lantaran itu hak orang, dan memiliki anak di Jerman tidaklah semudah membalikkan telapak tangan. Ya wis ... ya wis.

Sayang sekali bahwa dukungan dana dari pemerintah Indonesia untuk setiap keluarga dan atau setiap anak belum seperti di Jerman, namun bersyukurlah bahwa kesadaran masyarakat tanah air kita untuk beranak pinak terlihat relatif besar (jika ditilik dari berapa jumlah pertambahan penduduk Indonesia sekarang). Orang-orang Indonesia yang saya kenal biasa memegang motto; dua anak lebih baik atau bahkan banyak anak banyak rejeki, mangan rak mangan sing penting kumpul (red: makan tidak makan yang penting senang dan berkumpul). Saya pikir, ini sebuah karakter dua negara dari dua benua, yang amat berbeda ... klise tapi nyata.

To be proud ... Jerman adalah satu dari sekian negara yang memberikan kucuran dana bagi rakyatnya. Istilah Elterngeld (red: uang bagi orang tua) di Jerman tercipta demi memompa minat masyarakat untuk memiliki anak dan membuat wanita tak perlu khawatir meninggalkan pekerjaannya demi anak, toh tetap tercukupi secara finansial.

Saya yakin generasi rakyat Jerman kini menyusut karena keinginan mereka untuk berkeluarga yang besar, amat kurang tetapi justru memiliki hasrat tinggi untuk auswandern (red: pindah ke luar negeri dalam jangka waktu tertentu bahkan selamanya). Kenyataannya, semakin banyak pendatang seperti dari Turki dan pecahan Rusia-lah yang menetap dan beranak banyak. Jerman bisa jadi terjajah secara komunitas, one day somehow. Meine Gute ...

„Elterngeld hat in anderen Ländern positiv dazu beigetragen, dass bei steigender Frauenerwerbsquote mehr Kinder geboren werden ... Elterngeld ist eine Antwort auf drohenden Fachkräftemangel durch den Geburtenrückgang und ermöglicht Betrieben Kosteneinsparungen durch weniger Fluktuations-, Wiedereinstiegs- und Fehlkostenzeiten"

Elterngeld sendiri telah digembar-gemborkan partai SPD sejak 13 Desember 1996, begitu pula CDU/CSU dengan model Familiengeld-nya. Besarannya adalah: anak pertama mendapat 200 DM, 200 DM bagi anak kedua, anak ketiga 300 DM, sedangkan anak keempat dan seterusnya menerima 350 DM (red: 10 DM=5,12 euro). Lalu tahun 2011 ini, Elterngeld dinaikkan. Dahulu, saya telah mendapatkan uang 300 euro setiap bulan selama setahun pasca melahirkan. Ditambah Kindergeld sebesar 558 euro (red: support untuk kebutuhan anak sebesar; 184 euro bagi anak pertama, anak kedua  184 euro, 190 euro untuk anak ketiga, 215 euro anak keempat dan seterusnya. Jadi jika seorang wanita sering-sering melahirkan bayi di negeri Angela Merkel ini akan mendapatkan Elterngeld dan Kindergeld, bahkan bisa jadi mengantongi Mutterschaftgeld (red: uang pengganti ibu tidak bisa bekerja karena merawat anak). Sayangnya tersiar kabar bahwa pemerintah gagal dalam program menambah jumlah penduduk meski telah keluar uang banyak sekali.

Yang bikin kecut hati adalah adanya situasi yang membingungkan di masyarakat, saat § 7 Bundeserziehungsgesetz / §3 Abs. 1 Bundeselterngeld- und Elternzeitgesetz (red: UU soal uang santunan negara kepada orang tua) menyebut bahwa Das Mutterschaftsgeld, das wir zahlen, ist übrigens nicht auf das Erziehungsgeld/ Elterngeld anzurechnen (red: uang pengganti mengurus bayi tidak menggantikan bantuan kepada orang tua).

Sedangkan dalam situs "Eltergeld.de" diterangkan bahwa „Das Elterngeld wird mit dem Mutterschaftsgeld verrechnet!" (red: bantuan kepada orang tua akan dihitung bersamaan dengan uang pengganti mengurus bayi). Dalam artian bahwa sebuah keluarga yang baru saja memiliki bayi, dan tidak mendapatkan Mutterschaftsgeld akan memperoleh Elterngeld. Sehingga keluarga itu tidak akan bisa mendapatkan dua-duanya, salah satu saja.

Elterngeld sendiri akan dibayarkan selama 10 bulan saja, kecuali jika pasangannya ikut berada dirumah untuk membantu istri selama beberapa waktu (suami saya selama seminggu), akan dibayarkan 2 bulan Elterngeld lagi. Kenyataan yang saya alami adalah tidak mendapatkan Mutterschaftsgeld (karena saya memang belum pernah bekerja di negeri ini) melainkan 12 bulan Elterngeld. Lumayan buat mudik ... xixixi

Partnergeld (red: uang dari pasangan) juga bisa ditadah, dimana saat ibu melahirkan, ibu dan atau ayah tinggal di rumah untuk membantu pekerjaan rumah tangga yang terbengkalai karena kedatangan bayi dan mengurus anak serta rumah. Ini berlaku hingga usia anak 14 bulan. Tetapi tentu saja gaji tetap yang diterima dari kantor, tidak sepenuh ketika bekerja penuh di kantor alias ada potongan sesuai aturan yang berlaku karena berada di rumah.

Tahun 2010 lalu, pihak asuransi kesehatan mengirimkan surat pemberitahuan bahwa mereka mentransfer uang Family-Bonus tahun 2009 karena Familienpass kami (check-up anak ke dokter secara teratur) terisi dengan baik. Total yang kami terima adalah 250 euro (anak pertama 50 euro, kedua 75 euro dan terakhir 250 euro).

Bonus lainnya juga antri. Karena memiliki tiga anak, kami mendapatkan Familienpass (red: kartu keluarga) berwarna merah yang distempel setiap tahun oleh Rathaus (red: pemda setempat). Kamipun biasa mendapatkan diskon 10% di Tuwass Tuttlingen Wasser (red: kolam renang berair panas di Tuttlingen) dan beberapa tempat lain yang ramah keluarga besar.

Kemudian kami sekeluarga juga menerima Gutscheinkarte (red: beragam tiket), yakni gratis berkunjung ke berbagai museum di Karlsruhe dan Stuttgart, Schloss Heidelberg, Porsche-Museum di Stuttgart, diskon 4 euro tiket Erlebnispark Tripsdrill di Cleebronn, diskon 12 euro tiket Blühendes Barock (taman dunia dongeng) di Ludwigsburg, diskon 5 euro Eropa-Park Rust (seperti Duffan), diskon tiket kebun binatang Wilhelma di Stuttgart, Mercedes-Benz museum di Stuttgart dan lainnya.

To sum up, silahkan melahirkan sepuasnya di Jerman dan dapatkan bonus menarik dari Bundesrepublik. Biasanya berdatangan pula beragam paket sampel berbagai produk bayi secara gratis diantar hingga depan pintu. Secara pribadi saya merasa bahwa perhatian pemerintah dan swasta amat penting nan berarti, ingin rasanya memiliki dua orang Barbies lagi xixixixixixixi ... Tapiiiiiiiii ... emoh, ah!

Saya Ausländer (red: orang asing) disini, mana sendirian. Jika ada apa-apa saya sering menghadapi segala sesuatunya sendiri, suami sibuk bekerja dari pagi hingga sore. Padahal dalam masyarakat Black Forest, Jerman tidak ada perbedaan gender untuk masalah pekerjaan. Walhasil pekerjaan seperti memasang genting rumah, mengecat dinding dan balkon, merenovasi rumah, memasang keramik lantai dan dinding, membuat dinding, menyerok salju setinggi mata kaki hingga lutut di halaman, mengumpulkan jutaan dedaunan yang mlayu-mlayu (red: berserakan) di kebun yang ribuan meter pada musim rontok, mencari-mengangkat-menata kayu dari hutan saat musim semi, membakar kayu di oven raksasa dan atau tungku hias di musim dingin (rumah kami buatan tahun 1980 sehingga belum memakai sistem pemanas modern), mengebor untuk cakar ayam teras, memasang paku pada kayu teras, menata jutaan batu di taman ... menghasilkan guratan dalam rajah tangan saya. Belum lagi mengerjakan pekerjaan RT lain,salon keluarga, jadi sopir pribadi dan mengurus anak-anak dari hari ke hari.  Otot kawat balung tok-tokan tenan ... (red: sebuah multitugas yang tidak mudah). Glek!

Herzlich willkommen in Deutschland ... (red: selamat datang di Jerman).

Sumber:

1.      Pengalaman pribadi

2.      http://www.elterngeld.net/elterngeld-geschichte.html

3.      http://www.wunschkinder.net/forum/read/2/3116665

4.      http://www.elterngeld.de/pages/elterngeld.html

5.      http://www.guckmal.de/kindergeld-hoehe.htm

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun