Yaiy, Desember, musim penghujan di Semarang kota ATLAS (Aman, Tertib, Lancar, Asri dan Sehat). Hehehe … yang tinggal lama di Semarang pasti bisa manggut-manggut memaknai slogan tersebut. Meski beberapa kali menerima piala penghargaan Adipura, ternyata momok bernama rob dan banjir, baik yang dari hujan maupun bandangan (termasuk tanah longsornya) tetap menjadi langganan. Dulu sering melihat demo dimana-mana … pemandangan yang awam. Yang itu tentunya bukan demo masak.
Sesekali jantung saya ikut jogging, khawatir bahwa tanah kota Lumpia itu ambles senti demi senti dari tahun ke tahun (seperti yang dijelaskan berbagai researcher). Banyak daerah yang telah mengalami peninggian jalan berkali-kali, termasuk kampung halaman saya. Hiks, tanah merembes itu masih menghantui. Bapakkkk ... ibuuukkk ...
Nampaknya beberapa langkah yang diambil oleh pemda dan masyarakat tak menunjukkan hasil yang signifikan. Rumah-rumah masih kebanjiran, banyak daerah yang rumahnya keruntuhan tanah longsor, mas rob setia menggenangi para langganan di beberapa titik (Tanah Mas, Semarang Utara, Simpang Lima, MH Thamrin, Pemuda, Ahmad Yani, MT Haryono, Jenderal Sudirman dan sekitarnya) dan terakhir korban dari jatuhan pohon besar di pinggir jalan. Innalillahi …
Yah … silahkan menikmati sensasi copot sandal/sepatu maupun cincing-cincing rok/celana (red: mengangkat rok/celana agar tak kena air baik dari banjir atau rob) di Semarang. Itu bisa menjadi atraksi kagetan bagi turis lokal bahkan mancanegara. Hey, ini kondisi yang biasa ik … hiks. Semarang kaline banjir … (red: air sungai Semarang sering meluap).
***
Mal-mal ditanam, kota lama terbenam
Tahun demi tahun, kota yang menjadi pusat bisnis dan jasa ini tumbuh. Ya ampun, Nda … makin banyak investor yang tanam saham untuk membangun mal disana. Ow … mungkin karena di Semarang panas, orang butuh ngiyup (red: berteduh) ditempat yang ber-AC kah? Orang Jerman lebih menyukai AC alami dengan membuka pintu dan jendela rumah/kantor sedangkan pemanaslah yang selalu ada demi melawan gigitan temperature sampai misalnya – 27 derajat!
Kalau melihat para pengunjung di Mal Semarang, banyak orang wara-wiri window shopping dan tak benar-benar menghamburkan uang. Irit, betulkah? Buntutnya, mal tetap saja menang tender investasi dibanding kota lama.
OK. Yang paling menggenaskan adalah kawasan kota lama yang sering disebut-sebut sebagai “The Little Netherland”. Limapuluhan bangunan kuno jaman pendudukan Belanda selama 2 abad, seperti Greja Blenduk, jembatan Berok, Stasiun Tawang dan lainnya patut diorganisir sebagai tujuan wisata Asia berkelanjutan, bahkan dunia. Sayang bangunan lainnya rusak dimakan usia, kondisi alam yang mengganggu bangunan (air asin, banjir, panas dan sebagainya) dan kurangnya maintenance.