Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mengikatkan Tali Dirndl Jerman di Belakang, Bisa Dikira Janda

14 September 2011   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58 1508 7

Masih ingat dibenak ini ketika kanak – kanak ingin sekali memiliki kebaya atau baju-baju batik cantik seperti kepunyaan bulik R.Ay Narti Kusuma, sang penyanyi keroncong era 80–an itu. Seperti pepatah berakit – rakit kehulu berenang–renang ketepian, kata–kata ibunda saya masih terngiang di telinga “…kamu harus banyak belajar, bekerja dan menabung untuk mewujudkannya, tidak boleh asal tunjuk … tidak asal meminta …”.

Saat dewasa, saya mulai mengkoleksi pakaian tradisional dari berbagai negara yang saya kunjungi. Hingga akhirnya saya jatuh cinta dengan Dirndl, pakaian adat perempuan yang biasa dipakai bangsa Scwabish atau Bavarian. Saking mahalnya harga Dirndl yang mencapai ratusan euro, beberapa teman kenalan dan saya, memilih untuk membelinya dari Flöhmarkt alias pasar barang bekas yang diselenggarakan musiman, atau Ebay di internet.

Pada suatu hari di musim panas, kami berjalan-jalan menuju sebuah tempat yang letaknya 1 jam dari Rietheim, yakni butik Die Alb Ruft. Sebenarnya ada lagi butik tempat penjualan Dirndl yang terkenal, Graseger, di kota Garmisch – Patenkirchen, tetapi musti ditempuh selama 4 jam perjalanan dengan mobil. Rasanya tak nyaman untuk kesana, apalagi jika membawa anak kecil.

Akhirnya kami telah sampai di tempat yang terlihat sepi. Sebuah rumah kayu yang sunyi. Tak kami lihat pengunjung satu pun ditoko pakaian tradisional itu. Mulut saya komat–kamit membaca sesuatu. Terpampang sebuah kalimat dalam bahasa Jerman di papan kayu yang antik “Die Alb Ruft!Landhaus&Tracht” atau Alb Ruft, rumah dan pakaian tradisional di kota Alb Stadt. Turun dari mobil, saya pandangi bangunan berlantai dua yang terletak dipinggir jalan. Memasuki halaman yang nampak asri dengan bunga hangende Geranien (red: Geranien gantung) yang berwarna berani itu, membuat kami semakin ingin tahu koleksi apa yang ada di toko.

Sepulang dari sana, kami kegirangan mengenakan Dirndl dan mendokumentasikan aksi fotogenik di kebun belakang. Baju adat ini biasanya dipakai dalam setiap festival yang ada di Jerman seperti Oktober fest, Sommerfest, Dorffest, Freilicht village fest, Traditional Market, Stadt fest dan lain – lain.

Hati-hati, Bu … kamu salah … pitanya harus di kanan. Du bist verheiratet und gar keine Witwe …“ suami saya buru-buru membenarkan letak pita dari tali celemek. Timpalnya lagi, karena saya sudah menikah talinya harus disebelah kanan, bukan dibelakang, yang berarti saya mengaku janda.

„Waduh, entschuldigung ja klar du lebst noch … mana tahu, Pak … ich bin Ausländer, von wo weise ich genau über die Schleife??“ Saya kaget, tak menyangka bahwa kebiasaan saya di Indonesia untuk membuat pita dari tali rok di belakang itu bisa menjadi salah tafsir orang di Jerman, bahwa saya menyatakan diri sebagai Witwe. Untung suami memaklumi, sorry.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun