Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe

Puasa Seks 40 Hari 40 Malam?

30 Juli 2011   21:51 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:14 3796 3

Judul asli film yang saya tonton itu berjudul 40 Days And 40 Nights. Rilisan tahun 2002 itu memang sudah lambreta, tapi masih membuat saya geli dan geleng kepala. Isa-isaneee … (red: bisa-bisanya seorang perjaka berpuasa seks hanya dalam kurun waktu 40 hari 40 malam saja). Mbok diperpanjang gitu … bisa tidak?

OK. Matt Sullivan yang diperankan Josh Hartnett dan teman sekamarnya, Ryan  yang dilakoni Paulo Costanzo bekerja pada sebuah perusahaan bernama the San Francisco dot-com. Matt dikisahkan sedang terobsesi dengan mantan pacarnya, Nicole yakni artis Vinessa Shaw. Wanita itu baru saja bertunangan.

Lantaran kecewa, Matt berjanji pada saudara lelakinya, John. John yang diperankan aktor Adam Trese itu ternyata sedang dalam proses training menjadi pastor Katolik.  Janji Matt itu adalah berpuasa selama 40 hari dan 40 malam tanpa seks. Ia benar-benar sedang dalam kondisi kesehatan seks yang tidak menyenangkan, itu alasannya. Patah hati dan benar-benar menentang pernikahan sang mantan pacar pastilah sebuah kondisi yang depresif, bumi serasa gonjang-ganjing dan bumi kelap-kelip.

Kakaknya yang alim itu mengingatkan pada sang adik bahwa nazarnya itu tak semudah orang meludah. Sementara itu Ryan, teman berbagi kamar memanfaatkan situasi itu untuk mengeruk keuntungan secara materi; membuka pertaruhan di kantor untuk mengira-ira sampai berapa lama Matt bisa berpuasa seks.

Plot-nya semakin menarik saat Matt bertemu dengan Erica. Artis Shannyn Sossamon itu adalah seorang seorang nanny didunia maya. Merekapun mulai berkencan. Sampai suatu waktu, Erica menyadari bahwa Matt sedang dalam menjalani nazar, namun hati sang lelaki masih nyangkut pada Nicole. Teman-teman Matt di kantor berkali-kali mencoba membujuk Matt untuk melakukan hubungan seks, demi memenangkan meja pertaruhan. Ternyata yang terjadi adalah bahwa pada hari terakhir masa puasa seks itu, birahi Matt justru ingin meledak-ledak.

Demi merayakan hari ke-40 yang ditunggu-tunggu itu, Erica dan Matt merencanakan perayaan istimewa. Mereka berpikir bahwa kebanggaan menjadi perjaka selama kurun waktu yang ditentukan itu patut ditandai dengan sesuatu yang tak terlupakan.

Namun siapa sangka jika pertaruhan itu tercium Nicole dan membuat si wanita nekat memperkosa Matt yang sedang tidur pulas. Hal ini membuat Erica terbakar api. Erica yakin Matt bukan orang yang terhormat karena menodai nazarnya. Untungnya, Matt berhasil merayu Erica untuk kembali padanya. Lelaki yang bukan perjaka itu mengingatkan masa-masa indah dari awal perkenalan di internet hingga di dunia nyata.

All right, itulah sekelumit adegan film yang saya tonton bareng suami di sofa oranye. Sembari memandangi layar kaca, sesekali saya berdiskusi dengannya tentang keperjakaan dan keperawanan. Ternyata memang perspektif soal itu di Indonesia dan di luar negeri amat berbeda. Suami mengolok-olok saya. Ih!

Jaman dahulu para orang tua di tanah air amat rajin menasehati buah hatinya untuk menjaga kesucian dan berhati-hati dalam bergaul. Ternyata di Jerman, para orang tua di saat yang sama, amat membebaskan anak di atas usia 18 tahun dalam menentukan menjadi perawan atau perjaka meski belum menikah. Bahkan anak diijinkan untuk menginap sekamar dengan teman lawan jenis, anak bisa saja disanguni (dibekali) kondom atau diantar ke dokter kandungan untuk mengetahui kesehatan kelamin anak perempuan yang sudah mengalami menstruasi. Aduh, Misterrrr boro-boro buat periksa dokter secara teratur, untuk makan atau bayar sekolah saja sulit. Itu dari sabang sampai Merauke, lho … Om.

Jadi amat mustahil kalau nazar 40 hari 40 malam tanpa seks diberlakukan bagi beberapa remaja Jerman perkawanannya kala itu, ujar suami saya yang gemar masak itu. Bahkan, ia menuding pasti banyak remaja Indonesia yang sebenarnya tak tahan puasa seks ini, karena jika melakukan hubungan di luar nikah atau kumpul kebo, resepnya adalah “Jangan bilang siapa-siapa …”. Sedangkan di negaranya, beberapa anak muda yang sudah berhasil melepas masa keperawanan atau keperjakaan justru bangga kaya jago kluruk (red: seperti ayam jantan berkokok). Bahkan, mereka yang masih perawan atau perjaka justru dipoyoki (red: diolok-olok). Ya ampunnn … yo mbok ben (red: biarkan, hak orang untuk menjadi perjaka atau perawan).

Ngeres kalau lihat anak-anak tumbuh dengan orang dan lingkungan yang tidak tepat, bukan? Semoga film diatas juga menginspirasi bagi semua orang tua yang memiliki permata hati, remaja yang sedang tumbuh dan siapa saja yang sempat membaca ini. Selamat berpuasa bagi yang menjalankannya.

Sumber: terjemahan bebas dari Wikipedia

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun